Happy Reading
🌱🌱🌱Topik tentang kejadian pembullyan yang dilakukan seorang ketua OSIS terhadap teman sekaligus bendahara organisasi, rupanya masih menjadi sesuatu yang hangat.
Hangat untuk bahan gosip maksudnya, berbagai bumbu yang sama sekali tidak dibutuhkan justru ditambahkan dari mulut kemulut.
Sedikit wajar masih haneut, karena pelepasan jabatan sebagai hukuman yang ditetapkan untuk Ika baru dua hari berjalan.
Dengan datangnya Ika ke sekolah bersama Biri yang kini telah terparkir rapih, menjadi pusat perhatian banyak orang.
Ika yang beberapa bulan ini, selalu memakai almamater lengkap khusus. Berganti dengan almamater navy yang seragam dengan seluruh murid SMA 200 Wijaya.
Ika lupa mengatakan hal ini, dia kecewa dengan apa yang dia terima saat ini. Bukan ke sang pencipta namun kepada manusia yang pandai membalikan fakta.
Kedatangan Ika, senin ini tidak menunjukan dirinya yang mengalami perubahan total yang biasanya dilakukan seseorang sebagai manusia sakit hati.
Atributnya sangat lengkap, bahkan dasi tertata rapih dan begitu licin. Yang membedakan selain almamater nya, adalah potongan rambut Ika yang kini berponi.
Flasback
Saat Ika pulang dari Taman, dia mendapati Tomy, Cita dan Wisnu yang membangun sebuah tenda di halaman depan rumah.
Karena melihat Cita yang dipotong rambut, membuat Ika berkeinginan untuk membuat poni kembali serta memotong rambutnya agar tidak terlalu panjang.
Setelah mendapat izin Rere, dengan berbekal lampu tumbler sebagai pencahayaan yang mengelilingi pagar, serta sebuah kompor minyak tanah hasil Cita menawar dari pedagang kerak telor.
"Kalau pake kayu bakar ga elit, mending pake ginian."
Tomy dan Wisnu yang tidak ingin acara berdebat sengaja mengiyakan sebelum Cita kembali berbicara panjang lebar.
Chandra yang melihat jika di halaman rumah Ika bersinar terang benderang akhirnya ikut berkemah tanpa Septian yang memang tidak menyukai Ika sebab berpikiran jika Mawar hampir dibully.
Tomy dan Wisnu yang notabenya pemuda ramah dan cepat bersosialisai merasa senang-senang saja dengan kehadiran Chandra yang sebelas dua belas dengan Cita. Bermaksud agar suasana kian ramai dan hangat.
"Loh belum mendidih?" Tanya Ika yang memegang ponsel yang senternya menyala.
"Padahal kita jalan kaki loh Ka." Ujar Wisnu menyimpan beberapa keresesk yang isinya bahan makanan, disusul Tomy yang meletakan kardus air mineral.
"Kalian dari supermarket depan?" Tanya Chandra mengipasi kompor dengan kipas keropi milik adiknya.
Ika mengangguk membenarkan, "Iya, kenapa gitu Ka?"
"Yah, gue mau ikut. Liat si Cantik lagi jaga." Jawab Chandra sembari tertawa hingga tidak sadar matanya menutup.
"Arghh lo Bang!" Pekik Cita kesal karena hidung nya terkena kipas. "Lagian, ngapain ngipasin kompor sih Bang? Dikira api unggun apa?"
Chandra menggaruk rambut nya, "Lah kirain bakal nyala. Gue sering liat tukang kerak telor kipas-kipas kompor."
Wisnu menepuk kening nya, "Itu bukan kompor minyak tanah Bang. Mereka pake semacam dari tanah liat terus bahan bakarnya arang."
Chandra mengangguk-angguk, persis seperti hiasan dalam mobil.
"Shit! Kena tipu gue, nyesel bayar mahal kalau kompor dah rusak gini." Cita menimpuk kompor tidak berdosa itu dengan sandal swallow miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESIKA [END][COMPLETED]
Novela Juvenil[Series Teen Fiction] "Kalau engga baik, bukan Ika namanya." Jesika yang kerap dipanggil Ika, gadis maniak stroberi, penyuka yupi dan barang-barang gemoy. Pemilik gingsul yang menambah kesan manis diwajahnya dengan pipi chubby. Ini kisahnya, memasuk...