"Xiao Zhan!"
Suara yang menggema di lorong kelas mengejutkan si pemuda manis yang sedang asyik bercumbu ria dengan seorang siswi di salah satu kelas kosong.
"Gawat!" serunya panik. "Laoshi Wang mencariku! Aku harus segera pergi. Bye-bye, Rose!" Si pemuda manis segera melesat keluar kelas meninggalkan teman gadisnya yang langsung cemberut.
Di lorong, ia berpapasan dengan Wang Yibo, guru sastra klasik sekaligus wali kelas, yang sedang mencarinya.
"Kau ..." geram pria itu.
Xiao Zhan hanya menyeringai tanpa dosa sebelum melarikan diri. "Bye-bye, Laoshi!"
"Xiao Zhan! Jangan lari kau!" Yibo melarikan kakinya yang panjang untuk mengejar muridnya itu. "Berhenti! Xiao Zhan!"
"Tidak! Aku tidak mau dihukum olehmu lagi!" Saat jalan di depannya terhalang oleh seorang siswa yang tak sengaja berada di jalurnya, Zhan berteriak, "Menunduk!" Ketika tubuh siswa itu merendah, dengan lincah Zhan melompatinya.
Xiao Zhan semakin jauh berlari di depannya. Karena itu, Yibo berhenti, melepaskan sepatu, dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah murid nakalnya itu.
"Aww!"
Lemparannya tepat sasaran mengenai punggung si pemuda manis sehingga ia berhenti sejenak dan meringis kesakitan. Di saat itulah, Yibo berhasil mengejar dan segera menarik telinga si pemuda manis. Suara erang kesakitan pun terdengar.
"Ahh! Ampun, Laoshi! Lepaskan aku. Itu sakit!" Tangan Zhan memukul-mukul lengan Yibo minta dilepaskan. "A-aah!" ia memekik semakin keras ketika Yibo menarik lebih kencang. "Aku akan menuntutmu atas tindak kekerasan."
Dari telinga Zhan, lengan Yibo turun menjepit leher si pemuda manis agar tidak bisa melarikan diri. "Aku gurumu. Seorang guru berhak menghukum siswanya yang nakal. Ikut aku ke kantor!" Tidak perlu menunggu jawaban dari muridnya, Yibo langsung menyeretnya menuju kantor.
"Masuk!" Yibo mendorong punggung Zhan, menyuruhnya masuk ke dalam ruangan segi empat yang dipenuhi tumpukan buku. Meski begitu, ruangan itu masih terkesan rapi dan bersih.
Dengan wajah cemberut, Zhan mengusap telinga serta lehernya. "Aku benar-benar akan melaporkanmu ke komisi perlindungan anak," keluhnya.
Yibo mendengus sinis. "Kau ini sama sekali tidak pernah belajar, bukan? Apa kau tahu kalau pemerintah sangat menerapkan disiplin pada masa sekolah terutama pada murid menengah atas seperti dirimu? Memangnya berapa umurmu? Tujuh? Delapan?"
"Cerewet!" sahut Zhan seraya menjatuhkan tubuhnya ke salah satu kursi dalam ruangan. "Cepat katakan apa maumu kali ini?"
"Mauku banyak." Yibo berjalan ke arah meja, mengambil tiga buah buku yang ada di sana dan melemparkannya kepada Zhan. "Pertama, pelajari itu dalam semalam, karena besok kau harus mengikuti ujian perbaikan."
Mata Zhan membelalak melihat buku-buku itu. Kimia, Matematika, dan Sastra klasik. "Apa kau ingin membunuhku?"
"Lihat sendiri nilaimu ini!" Yibo menunjukkan kertas ulangan yang bertuliskan nama pemuda itu. "10, 20, 10. Apa-apaan nilaimu itu?! Bahkan pada ujianku kau hanya betul satu soal. Apa kau sedang menghinaku?"
Zhan menyeringai, "Pelajaran Laoshi memang susah. Aku, kan, tidak paham."
"Bukan tidak paham," koreksi Yibo. "Kau ini jelas-jelas malas belajar. Nilai-nilaimu yang lain juga tidak lebih baik. Semuanya di ambang batas. Apa kau sudah puas dengan nilai pas-pasan seperti itu?"
Zhan mengangkat bahu dengan acuh. "Aku tidak butuh peringkat. Yang penting lulus."
Yibo mengembuskan napas pendek. "Kedua, mulai hari ini kau akan menerima kelas tambahan dariku untuk mata pelajaran yang tidak kau kuasai itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THREE LITTLE WORDS [END PDF]
Fiksi PenggemarDaripada belajar, Xiao Zhan lebih menyukai berkencan. Ia mengencani setiap siswi di sekolahnya. Wang Yibo, guru sekaligus walinya, dibuat pusing dengan sikapnya sehingga ia harus mendidik Xiao Zhan dengan keras. Ia memikirkan banyak cara untuk memb...