Maaf karena baru update lagi. Semoga kalia suka dengan bab ini. Selamat membaca. ❤
🦋
Zira menghabiskan bekal air minumnya saking kelelahan. Setelah dibawa berkeliling ke seluruh penjuru SMA Mangata oleh Sabiru. Atau sebutan populernya yaitu SMANTA.
Sembari memperkenalkan setiap fasilitas di sekolah tersebut. Dari gedung kelas sepuluh sampai kelas dua belas, dari lantai satu sampai tiga. Dari ruang komputer, perpustakaan, laboratorium dengan fasilitas kumplit, kemudian lapangan out door sampai indoor. Meski tidak dipungkiri setiap lift yang berada di gedung sekolah tersebut cukup membantu.
Berakhir di taman tepat depan mushola besar SMANTA. Saat ini pun mereka sedang duduk di kursi panjang berhadapan dengan kolam ikan yang mempunyai air mancur besar di tengah-tengah.
"Kakak gak nyangka, ternyata kamu itu kuat banget dibawa keliling kawasan luas SMANTA." Sabiru memuji dengan berapi-api. Tidak segan menepuk-nepuk bahu sang adik yang juga cukup menikmati tour guide dadakan Sabiru pagi-pagi ini.
"Seharusnya aku yang heran sama Kak Biru," katanya kemudian.
"Kenapa? Muka Kakak yang terlalu ganteng?" pede Sabiru sembari menempelkan kedua jari di dagu.
"Bukan, itu loh. Dari lantai satu sampai tiga, dari kelas sepuluh sama dua belas. Bisa-bisanya mau direpotin cuma untuk kenalin aku sama seluruh kawasan sekolah ini. Padahal nanti aku bisa melihat-lihat sendiri, Kak."
"Waduh, bisa habis daun telingaku kalau sampai biarin kamu keliling sendirian, Ra. Apalagi kalau sampai kamu hilang. Hilang juga nyawaku bisa-bisa." Sabiru bergidik ngeri, pasalnya ia sudah diamanahi oleh ke empat kakaknya untuk menjaga Zira di sekolah. Meski gadis itu tidak tahu.
Dan syukurlah, terbukanya Zira hari ini padanya. Sudah cukup memudahkan tugasnya.
"Loh, kok bisa? Kenapa sampai harus kehilangan nyawa?" tanya Zira cukup panik.
Sabiru tergelak, kepanikan yang tercetak di wajah si gadis berkerudung itu sungguh lucu baginya. "Bukan begitu, sudahlah kamu gak perlu tahu. Yang penting tugas kakak sekarang selesai."
"Tugas apa?"
Namun, sebelum Sabiru menjawab. Mereka kedatangan dua orang pemuda tampan dengan postur tubuh tinggi di atas rata-rata. Satu dari mereka berwajah cuek, sedangkan satunya tampak tidak jauh beda dari kelakuan kakaknya ini.
"Widih, tuan raja ketampanan sejagat raya lagi ngobrol sama siapa, nih? Kenalin dong sama Abang Arion, siapa tahu bisa jadi crush-crushan temen jomlo akut lo ini, Ru. Ha ha ha."
Terlihat dari bagaimana ia berbicara, juga tertawa receh sembari menyenggol-nyenggol lengan teman di sebelahnya sungguh satu frekuensi dengan Sabiru. Sabiru pun langsung berdiri, lalu bertos ala-ala dengan mereka.
"Enak aja lo pengen gebet adik gue. Gak selevel sama lo yang kerjaannya nyontek tugas gue!" seloroh Sabiru nyolot, langsung menghalangi sang adik dari kedua sahabatnya. Dengan berdiri membelakangi Zira sembari berkacak pinggang.
"Hah, adik lo?" beo satu temannya yang tadi terlihat cuek.
"Iya, adik kesayangan gue. Awas kalian macem-macem sama dia. Yang ada kalian juga harus jagain adik gue."
Zira diam-diam berdeham, ia agak terenyuh dikata seperti itu.
"Adik lo yang sering lo ceritain itu? Yang hilang dibawa sama Ibu kandungnya?"
"Eh diam bodoh!" Sabiru spontan menendang tulang kering Arion. Hingga cowok berkulit sawo matang itu mengaduh.
"Sakit monyet, gue cuma nanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Azeera & Brother's Story
Genç KurguIni tentang Zira, dan kelima pemuda dari keluarga Adinaja. Yang tidak akan pernah menyerah, membawa adiknya kembali pulang ke istana mereka. Sampai suatu hari, Zira berpapasan dengan kelima pemuda itu di koridor sekolah. Lalu yang tertua di antara...