1

54 2 0
                                    

Felicia Drupadi, siwa kelas 2 SMA. Baru saja bangun di pagi hari. Rambut panjangnya masih acak-acakan. Begitu membuka kamar hal yang ia lihat adalah pemandangan sepi. Kedua orang tuanya sangat jarang pulang. Bahkan mungkin dalam satu tahun hanya dua kali bisa bertemu.

Sarapan sudah siap di meja makan. Tapi.... Felicia tidak melihat sosok asisten pribadinya.

Mengambil segelas susu, Felicia menyesap perlahan sambil mencari asisten pribadinya. Di rumah besar ini, Felicia hanya tinggal berdua dengan sang asisten.

Suara riuh terdengar dari halaman rumah. Felicia menyeringai dan mempercepat langkahnya. Benar saja, begitu sampai.... sang asisten sedang mencuci mobil dan di depan gerbang banyak ibu-ibu mengintip sambil sesekali mengajak ngobrol atau lebih tepatnya sedang menggoda asisten Felicia.

"Ehem...." Felicia berdeham. Ibu-ibu tersenyum malu dan bubar perlahan.

"Pagi nona Feli...." sapa sang asisten.

Felicia menilai penampilan asistennya. Pemuda bernama Arjuna, usianya masih 20 tahun. Memakai celana pendek dan singlet yang setengah basah, mencetak tubuh yang mempesona. Dan yang paling mengesankan adalah wajahnya yang sangat tampan. Kadang Felicia tidak habis pikir, dengan wajah tampan, ia bisa menjadi model ternama tapi malah lebih memilih menjadi seorang asisten pribadi.

"Juna!... masuk." sungguh Felicia kesal.

"Tapi, Nona... saya belum selesai mencuci mobil."

Menghentakan kaki, Felicia menatap Juna dengan mata melotot. "Aku mau mandi sekarang!"

Juna mengangguk, mencuci tangan dan menyusul langkah Felicia ke kamar.

Sebagai seorang asisten pribadi. Tugas Juna adalah mengurus semua kebutuhan nona mudanya. Dari bangun tidur sampai menjelang tidur kembali. Seperti sekarang, Juna sedang membuka baju Felicia. Membawa tubuh polos nona mudanya ke kamar mandi. Di bawah guyuran shower Juna mencuci setiap lekuk tubuh Felicia. Tubuh remaja yang sedang tumbuh, kulit putih halus.

"Mereka tumbuh sempurna, Nona Feli..." Juna meremas-remas kedua payudara Felicia.

"Hmm.... suka?"

"Tentu...."

Felicia mengalungkan kedua tangannya ke leher Juna. Menatap wajah tampan Juna. "Cium aku..."

Juna menyambut senyum profokatif Felicia.

Seks pagi? sebisa mungkin Juna tidak akan pernah melewatkan.

---

"Juna.... yakin gak mau jadi model?"

Arjuna melihat Felicia yang sedang tiduran di pangkuannya. "Gak tertarik non..." Kembali membaca bukunya.

Pagi berlalu seperti ini. Arjuna membaca buku dan Felicia tiduran di pangkuan Arjuna sambil bermain ponsel.

Drt... drt...

Felicia bangun dan menatap ponselnya. Panggilan masuk dari nomor tidak di kenal.

"Ya? Siapa ini?"

"Halo...." suara bass khas lelaki terdengar.

Arjuna melirik Felicia yang bicara di sampingnya dan kembali melanjutkan baca buku.

"Felicia.... senang mendengar suara seksimu, sayang..."  suara bass menggoda telinga Felicia.

Buru-buru menutup telepon. Felicia meletakan ponsel di atas meja.

"Ada apa non Feli?..." Arjuna ikut meletakan buku, menatap Felicia yang sedang menatap ponselnya seolah benda itu sebuah wabah.

"Orang iseng!"

FELICIA DRUPADITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang