Happy Reading
***Dia datang.
Tenang saja, untuk sosok yang mendatangiku siang bolong begini bukanlah si psikopat, melainkan sosok yang semenjak beberapa waktu lalu menjadi bayang-bayang dalam hidupku. Ya, sang mantan pacar.
Mark datang dengan senyuman lebar di bibirnya. Ia datang seorang diri dan memberitahuku kalau teman-teman lain tidak bisa datang menjenguk karena memiliki kesibukan. Entah dia berkata yang sebenarnya atau hanya sekadar basa-basi agar aku tak menanyakan keberadaan yang lainnya.
Laki-laki berambut blonde berpotongan pendek itu duduk di sampingku, menggantikan posisi Jeno yang sekarang berdiri bersedekap di depan jendela.
"Honey."
Mataku yang mendelik langsung meliriknya. Cengiran khasnya tergambar pada wajahnya. Mark adalah sosok yang menyenangkan namun terkadang juga bersikap berlebihan. Aku dan dia serta Jeno tidak seangkatan. Aku dan Mark bertemu ketika diselenggarakannya sebuah acara di kampus. Aku yang tergabung dalam organisasi dipertemukan dengannya pada acara itu sebagai panitia.
"Bisakah kau berhenti memanggilku begitu?" tanyaku sedikit jengkel.
Mark menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan berhenti. Kau tahu kenapa? Karena aku mencintaimu," katanya sungguh-sungguh tapi aku rasa itu hanyalah "kata-kata".
Dia yang meninggalkanku, tapi dia juga yang ingin kembali memperbaiki semuanya. Huh, dia ini benar-benar.
"Aku bersungguh-sungguh, Seo Yoon. Jangan memandang jijik ke arahku," ucap Mark. Ia menoleh sekilas kepada Jeno. "Kalau tidak percaya, kau tanyakan saja pada Jeno bagaimana perasaanku padamu."
"Kenapa kau membawa-bawaku, ha?" tanya Jeno dengan kening berkerut. Mungkin ia juga merasa heran dan pusing menghadapi Mark. Tiba-tiba seenaknya menyarankan hal tersebut. Kuyakin Jeno pun tidak tahu bagaimana perasaan lelaki keturunan Amerika ini yang sebenarnya kepadaku.
"Huh, benar-benar tidak bisa diajak kerja sama," gumam Mark.
Haha. Benar, kan? Itu hanyalah caranya agar mendapat dukungan dari Jeno. Maaf, Mark tapi sepertinya kau salah memilih orang.
Aku mengenal Mark sebagai sosok yang ceria dan selalu mengatakan berbagai rayuan yang terkadang membuat tersipu, namun juga tak jarang membuatku menghela napas—terutama di saat aku dan dia yang tidak memiliki hubungan apa pun lagi.
Kebiasaannya yang satu itu tampaknya begitu sulit untuk Mark hapuskan. Ya, bahkan ketika kami menginjak lorong apartemen seperti sekarang, ia yang berjalan di sebelah kiri sambil membawa tas yang disuruh Jeno terus menoleh kepadaku dengan senyuman lebar.
"Akhirnya gadis cantikku sudah pulang dari rumah sakit," ucap Mark gembira.
Aku meliriknya. Dalam hati aku pun bersyukur sudah bisa kembali ke apartemen tercinta. Memang berlebihan, tapi aku bersungguh-sungguh tentang ingin segera pulang ke tempat tinggalku bersama Jeno.
Kami masuk. Jeno yang sejak tadi merangkul dan juga memegang bahuku, menuntunku masuk ke dapur dan berjalan ke meja makan di tengah sana.
Tidak tahu dari kapan tiba-tiba Mark sudah berdiri di sampingku dan langsung bantu menarik bangku tersebut. "Silakan duduk my love," ucapnya ringan serta satu tangan terulur, mempersilakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO | Vol.1 [Revisi]
Mystery / Thriller(16+) Terdapat adegan kekerasan dan bahasa-bahasa kasar - Be Careful Honey - Kini aku sadar, itu adalah perkenalan singkat pembawa petaka yang dampaknya terasa hingga sekarang. Mereka, orang-orang yang kusayangi dan telah menjadi bagian dalam hidup...