Chapter : 16

31 3 0
                                    

Happy Reading
***

New York City – Desember, 2016

Bersama sepatu boot hitam bermodelan hak yang tak terlalu tinggi, aku sedang berdiri di trotoar menunggu lampu penyeberangan berubah hijau. Aku menghela napas, membentuk asap tipis dari bibirku yang dilapisi lipstik peach, sengaja memilih warna peach yang lebih natural juga sesuai dengan umurku yang baru menginjak delapan belas tahun.

Ini adalah tahun pertamaku berkuliah di New York setelah berinisiatif untuk mengikuti sang kakak sepupu yang tiga tahun lalu telah tinggal di kota ini untuk meneruskan pendidikan.

Hari ini aku begitu gembira lantaran satu hari ini akhirnya kugunakan untuk berjalan-jalan dengan beberapa teman sejurusan denganku. Sebagai warga lokal di kota ini mereka mengajakku untuk mengelilingi kota, pergi ke tempat-tempat yang wajib kukunjungi dan berakhir menikmati secangkir kopi serta makanan ringan di sebuah kafe, membuat suasana menjadi hangat pada musim dingin.

Sangat menyenangkan, apalagi aku yang kini dalam perjalanan pulang ke apartemen mendapat pesan dari Jeno bahwa ia sudah memasak untuk makan malam. Ya, kegembiraan double yang akan kudapatkan hari ini. Pulang-pulang, langsung disuguhkan makanan. Senangnya. Terima kasih, Jeno.

Aku membuang napas sementara kedua tanganku semakin masuk ke kantong mantel cokelat yang kukenakan. Dingin sekali. Jauh berbeda ketika musim dingin di Korea. Mengingat ini pertama kalinya merasakan musim dingin di New York membuatku cukup terkejut walau aku tahu akan seperti apa nantinya.

Pandanganku melihat lampu penyeberangan, kemudian berpindah lurus ke depan. Tanpa sadar aku tertegun. Tidak tahu apa yang terjadi padaku, tapi rasanya masih belum ada keinginan bagiku untuk mengalihkan pandangan dari sosoknya.

Laki-laki jangkung berambut blonde dengan model sedikit acak-acakan, memakai hoodie putih serta jaket jeans sebagai pelapis untuk melawan dinginnya suhu, dan jangan lupakan sorot mata tajam namun teduh dari bola mata cokelatnya.

Deg! Dia melempar senyum padaku. Apa ini? Seolah ada yang memintaku untuk tak melepaskan pandangan darinya yang tersenyum kecil, menampakkan gigi kelincinya.

Walau dia berambut blonde, tapi aku menebak-nebak bahwa dia bukanlah warga lokal, melainkan ia berasal dari negara yang sama denganku, yakni Korea. Tidak yakin juga, hanya insting.

Aku melangkahkan kaki ketika lampu penyeberangan telah berubah hijau sambil terdengar peringatan untuk segera menyeberang. Sepertinya ada yang salah dengan diriku. Masa, dengan menatap matanya saja bisa membuatku terhanyut, dan lama-kelamaan seperti orang yang tengah melamun atau lebih tepat seperti terhipnotis olehnya—tidak sadar apa yang sedang kulakukan.

Bugh!

Bahu kananku disenggol dari arah berlawanan hingga tubuhku oleng. Mundur beberapa langkah sampai kurasakan seseorang menahan kedua bahuku dari belakang. Jantungku terlonjak keras satu kali tatkala tatapanku bertemu dengan bola mata cokelat itu. Betapa mengejutkannya saat mengetahui siapa yang menolongku.

"Are you okay?"

Suara rendahnya mampu menyadarkanku kendati suara riuh kendaraan turut memenuhi indra pendengarku. Aku mengerjap satu kali lalu berdiri tegak. "Sorry."

Lelaki yang sedari tadi kupandang itulah yang menolongku. Seketika aku semakin gugup dan kakiku otomatis melanjutkan langkah sampai aku tersadar bahwa aku melupakan sesuatu. Mungkin orang-orang sedang melempar tatapan heran ke arahku yang tiba-tiba berhenti melangkah.

"Thank you," ucapku kepadanya yang ternyata juga masih berdiri menghadapku. Oh, kini aku bisa melihatnya dengan jelas. Aku berbalik badan dan lanjut berjalan, mengingat tidak bisa berlama-lama lagi di tengah zebra cross.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PSYCHO | Vol.1 [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang