Myoi Mina Universe (One Shot)

Back Again

ーLove will always comeback with any way, although You try to deny itー

❛❛I've never expect that you will come back again, I try to move on and renew mylife, but in that day I can see you Again❜❜

✤✤✤

ーChaeyoung, She's a woman who always love mina forever and always find mina in everywhereー

ーMina, she's a woman who have a sin, and can't meet Chaeyoung again, however she always love Chaeyoung as wellー

©LGBT CONTENT ⚠️
Just fiction, not related with real life.

Back Again

✤✤✤

Di sebuah persimpangan jalan, di tengah ramai nya kota. Orang-orang berlalu lalang melakukan aktivitas nya, kendaraan pun sama, melaju sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Hanya tersisa Dua orang yang berdiri mematung pada masing-masing sisi bahu jalan, salah satu dari mereka yang mempunyai warna mata biru bak kedalaman lautan menatap seseorang di sebrangnya dengan tatapan tajam, sekaligus intens.

Orang yang ditatap pun menjadi kikuk, namun tetap kakinya seolah tidak bisa bergerak, tubuhnya mematung terdiam dan matanya lekat menatap seseorang yang juga sedang menatapnya.

Atmosfir pada saat itu menjadi dingin, kebisingan disekitar tak lantas membuat keduanya terganggu. Masih asik dengan apa yang dilihat, masih betah dengan pemandangan yang sebenarnya sangat di rindukan oleh keduanya.

Tak ada yang berani memulai pergerakan hingga sang pemilik mata biru memutar kembali tubuhnya, menjauh, pergi menghilang diantara kerumunan orang-orang.

Merasa tak mau kehilangan orang itu untuk kesekian kali nya, dengan segera ia menyebrangi jalan raya yang padat, bunyi klakson beberapa kendaraan yang sempat ia tabrak tak menghentikan langkah nya, kakinya ia pacu sekuat tenaga nya mengejar dia yang mulai hilang kembali dari pandangan.

Lampu merah berikutnya menyala, menghentikan pada pengguna jalan terutama orang yang ingin menyebrangi jalan.

Sedikit lagi bahu itu, bahu itu akan sampai pada genggaman tangannya, hanya sedetik lagi hingga ia bisa mencapai orang yang ia tunggu kedatangannya dengan penuh harap.

Takdir memang baik, belum sempat tangan menyentuh bahu, dia kemudian berbalik, terlihat matanya masih memancarkan tatapan tajam dan dingin.

Ingin menyapa, namun semua kata seolah tercekat hanya sampai di tenggorokan nya saja, hingga diam menjadi pilihan.

Tak kehabisan ide, ia lalu dengan segera menggenggam pergelangan tangan orang yang dihadapannya, pergi menuju minimarket di pinggir jalan.

“Sorry, bisa lepaskan tangan saya!” permintaan sekaligus perintah itu terlontar kala mereka sampai di depan minimarket