Alisha seharusnya menyadari, jika Sabian bisa meninggalkan Yerin dengan mudah, maka bukan tak mungkin lelaki itu membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Namun, Alisha tidak tahu jika bagi Sabian, hubungan mereka yang pernah utuh adalah satu...
Dah lahh, komen yang banyak! Awas kalo enggak, aku lama-lamain lagi ntar apdetnya:)
Canda( ͡° ͜ʖ ͡°)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎵Mainkan : Tiga Pagi --- Fletch
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memang, walau berakhir dengan berbaring sepanjang hari di atas kasur. Masih jauh lebih baik berbaring di kasurnya sendiri—bukannya kasur rumah sakit. Sabian lega ketika pagi tadi akhirnya setelah memaksa Aldebaran mengijinkannya pulang, ia diperbolehkan dengan beberapa catatan. Yang jelas, inti dari semuanya adalah istirahat total sampai perutnya sudah tak terasa perih setiap di isi makanan. Makan makanan yang lembek-lembek, tidak boleh minum yang aneh-aneh dulu dan lain sebagainya.
Ya, tidak sulit kok.
Sabian belum turun dari kamar semenjak pagi, masih asik bergelung di balik selimut sampai sore hari. Lama tinggal di kontrakan ia sampai lupa bagaimana rasanya bed mahal di kamarnya. Hari ini, setelah semalam menginap di kasur keras rumah sakit, barulah dia sadar betapa enaknya kasur empuk di kamarnya.
Alisha siang tadi sudah datang, tapi Sabian hanya melek sebentar lalu tidur lagi. Sampai akhirnya Alisha pulang dengan meninggalkan sticky notes di nakas. Bosan di kamar, Sabian turun ke lantai bawah setelah mandi dan berpenampilan lebih segar. Ia menghampiri Bu Darmi dan meminta di buatkan sereal.
"Buk, papa kapan pulang?"
"Bentar lagi mas."
Bu Darmi berkutat dengan sayur-sayur mentah, "Itu ibuk mau buat apa?"
"Menu buat makan malam bapak dong."
Sabian manggut-manggut. "Buk! Ruang game bersih kan?"
"Lho ya bersih to! Wong tiap hari ibuk bersihkan." Bu Darmi meletakkan tangan di pinggang, Sabian nyengir melihatnya.
Setelah meninggalkan mangkuk bekas makannya yang sudah kosong, Sabian menghabiskan sisa harinya dengan bermain game. Aryo mengintip beberapa kali sepulang kerja, mengingatkannya agar tidak kecapekan dan juga mewanti-wanti untuk tidak kelupaan minum obat.
