34. Good Bye, Sebang

327 34 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

SMA Semangat Bangsa

Jantung Senja rasanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ntah kenapa perempuan itu merasa dirinya sangat cemas hari ini. Angkasa, nama itu kini terus terngiang-ngiang di fikirannya. Setelah semalaman ia memikirkan laki-laki itu, harusnya Senja sadar bahwa Angkasa tetaplah yang terbaik.

Senja melangkah menuju kelasnya, melihat isi kelas yang dipenuhi tawa gembira dari murid-murid. Hari terakhir ujian sekolah, lalu mereka segera melepas atribut sekolah ini. Sebagian orang merasa sangat bahagia, tapi pasti mereka juga akan merasakan kehilangan. Kehilangan terbesar, meninggalkan teman-teman yang sudah lama mereka kenal.

Perempuan berambut panjang itu duduk di bangkunya, tatapannya tetap sama, raut wajahnya datar. Senja memikirkan bagaimana laki-laki itu sekarang, dan akankah dia baik-baik saja?

Setelah membaca surat Angkasa kemarin, Senja merasa bahwa dia akan menyesal nanti. Walaupun dia sendiri tak tahu akan menyesali apa saat itu. Hati Senja sendiri tak mau merelakan Angkasa, tak mau melepas laki-laki itu. Dia terlalu mencintainya...

Farah dan Mega baru datang ke kelas. Farah duduk di samping Senja, melihat perempuan itu yang diam saja. "Ja, lo nggak lagi sakit kan?" tanya Farah yang melihat wajah Senja pucat.

"Iya, muka lo pucet banget, Ja." sahut Mega yang duduk di bangku depan Senja.

Senja menggeleng pelan. "Nggak apa-apa kok." jawab Senja.

"Lo belum sarapan?" tanya Mega.

Senja mengangguk. "Ya, mungkin karna itu." balas Senja.

Farah menghela nafas. Akhir-akhir ini Senja selalu seperti ini, diam dan tiap harinya seperti tak ada arah untuk hidup. Farah sendiri mengerti kondisi Senja saat ini, yang begitu berat. Tapi Farah dan Mega juga tak bisa melihat Senja seperti ini terus. Ini bukan Senja sama sekali! Berbeda.

"Lo makan ya? Kita ke kantin sekarang, Ja." ajak Farah yang menarik tangan Senja. Namun Senja menolaknya, dia tetap duduk dibangkunya.

Senja menggeleng. "Aku nggak laper." ujarnya membuat kedua temannya saling menatap. Mereka bingung harus berbuat apa untuk mengembalikan temannya yang dulu.

"Beneran lo gapapa?" tanya Farah.

Senja mengangguk. "Iya, gapapa kok." jawabnya sambil tersenyum, walaupun hatinya tetap tak bisa tenang.

Mega menepuk pundak Senja pelan. "Kalo lo ada masalah, lo harus selalu cerita ya ke kita. Inget kita sahabat, Ja." ucap Mega, Senja membalas dengan anggukan dan tersenyum.

Senja senang bisa mengenal Farah dan Mega. Mereka orang yang baik, baik menjadi teman. Senja juga selalu berharap bahwa dia akan selalu bersama sahabatnya ini.

****

Markas The Blaze

Angkasa menatap seluruh anak-anak The Blaze. Melihat mereka tampak sudah siap untuk menjalani aksi nanti. Angkasa harap, semuanya siap dan semuanya akan baik-baik saja.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang