#012: Afwan

8 3 0
                                    

Part 12

"Kejadian yang lalu, biar saja berlalu. Jangan di ungkit lagi. Aku terlalu muak untuk membahasnya."

~Afwan

Selamat membaca✨

Suara Adzan berkumandang pertanda salat magrib, membuat aku menghentikan kegiatan memotret keindahan senja. Lalu, bergegas meninggalkan rooftop.

"Ayra!"

Pekik suara memanggil ku membuat langkahku terhenti. Kemudian berbalik dan setelah itu, aku menepuk kening karena melihat seorang cewek yang kini berjalan ke arah ku.

"Parah kamu ninggalin aku?" ucapnya ketika telah berada di hadapanku.

"Maaf Kak ... Ayra kira tadi Kak Rara udah turun ke bawah bareng Daffa." jawabku.

Aku meringis mendengar helaan napas kasar Rara.

"Kak?" panggil ku menatap Rara bingung.

Cewek tersebut tiba-tiba saja menatapku dengan pandangan yang sulit terdefinisikan.

"Em, kita bisa turun ke bawah sekarang kak?"

"Eh? Ah, iya-iya," katanya.

"Kak Rara tadi natap Ayra sambil ngelamun ya?" tanyaku seraya terus berjalan menuruni tangga.

"Gak kok,"

"Masa sih?"

"Iya, Ayra."

Aku mengangguk dan memilih diam. Hingga, ketika kami berdua telah berada di lantai dasar, seseorang tiba-tiba menghampiri kami. Lebih tepatnya, dia menghampiri Rara. Membuat aku pun ikut menghentikan langkah.

"Ra, gw mau ke warkop nih, lu mau titip gak?"

Mendengar panggilan 'Ra' aku merasa cowok itu pun tengah berbicara pada ku. Namun, aku menepis pikiran tersebut. Tidak mungkin, Rifki akan berbicara seperti itu pada ku. Mengingat bagaimana perlakuan dia ketika aku tiba di asrama ini dan ketika semua penghuni asrama nomor 001 berkumpul di meja makan siang hari.

Tidak ingin membuat kejadian siang hari terulang lagi, aku pun bergeser sedikit ke arah kanan, lalu melanjutkan langkah ku seraya melewati Rifki begitu saja.

"Ayra?"

Langkahku terhenti mendengar panggilan Rara. Menghela napas aku berbalik. Namun, tidak beranjak sedikit pun untuk menghampirinya.

"Kamu mau pesan sesuatu gak ke Rifki?"

Aku menggelengkan kepala. Kemudian berkata, "Sudah waktu salat magrib, Ayra duluan Kak ke kamar nya."

Setelahnya, aku meninggalkan kedua anak adam tersebut. Tanpa mendengar respon keduanya.

"Lu udah puas lihat sunset, Ra?"

Lagi-lagi aku harus menghentikan langkah. Karna pertanyaan dari seseorang, yang tidak lain adalah Daffa.

"Daffa gak salat? Pms?"

Bukannya menjawab pertanyaan Daffa aku malah melontarkan pertanyaan lain pada cowok tersebut.

Kening Daffa terlipat, seperti orang yang sedang kebingunan.

Ada apa? Apakah pertanyaan yang aku berikan salah? batinku.

"Salat?"

Aku mengangguk. Namun setelahnya aku di buat meringis mendengar pernyataan yang di berikan Daffa.

"Waktu salat Sulawesi dan kediri berbeda. Pasti lu ngira udah magrib ya? Coba lihat tanda lokasi di ponsel gw!"

Sungguh?

AFWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang