Sesshoumaru masih terus menjadi Ryokō-sha¹ yang mencari sebuah kekuatan terkuat di dunia ini. Dalam tidurnya, dia selalu bermimpi tentang pesan sang ayah, Inu Taisho. Pesan itu sungguh membuatnya frustasi.
Ciciue, mengapa kau berpesan untuk menggunakan pedang milikmu ini?Padahal, pedang ini sungguh tidak berguna untukku. Memuakkan!Sesshoumaru ini sungguh tidak percaya. Kau mewariskan hanya satu pedang padaku yaitu TENSAIGA, renung Sesshoumaru sambil sesekali melirik pedang Tensaiga yang ada di ikat pinggangnya.
Sesshoumaru sempat menduga bahwa kelak dia akan mewarisi ketiga pedang pusaka milik ayahnya. Akan tetapi, dia hanya diwariskan satu pedang yang terbuang dan tak berguna. Sesshoumaru mulai berpikir,di manakah ayahnya menyembunyikan dua pedangnya yang tersisa yakni Tetsaiga dan Sounga.
Kemarin Sesshoumaru sempat bertanya kepada ibundanya, tetapi Inu Kimi tak pernah tahu tentang keberadaan dua pedang milik Inu Taisho tersebut.
Waktu santai Sesshoumaru berubah menjadi kegaduhan akibat ulah para youkai hutan. Mereka sekarang mulai berani membuat keonaran di desa manusia semenjak kematian Daiyoukai terkuat di daerah ini.
“Inu Youkai, kah?” sapa seekor youkai Tokage (kadal).
Sesshoumaru masih terdiam bersandar di bawah pohon. Sang youkai Tokage tidak tahu bahwa Sesshoumaru sedang bersiap untuk menghabisinya.
“Wuaaah! Tokage, bukankah dia itu anak sang Daiyoukai Inu Shiro yang mati itu?! Oh, ayah dan anak sama saja. Sama-sama terlihat LEMAH ... hahaha!” Seorang youkai Buta (babi) yang muncul ikut menyulut kemarahan Sesshoumaru.
Dengan mengeluarkan aura kematiannya, Sesshoumaru berdiri tegak menatap tajam ke arah dua youkai tersebut. Bukannya takut dan pergi, dua youkai itu malah tertawa semakin menjadi saat mereka melihat sebuah pedang yang berada di ikat pinggang Sesshoumaru.
“Hahaha! Kau ingin membunuh kami dengan pedang yang tumpul seperti itu, Bocah? Kau bercanda ya?” tawa youkai Buta (Babi).
“Sungguh kasihan kau, Bocah. Ayahmu memberikan pedang seperti itu padamu. SAMPAH ... hahaha!” sambung youkai Tokage menertawakan Sesshoumaru dan Tensaiga.
Ctarrr! Craaattss!
Bunyi cambuk begitu menakutkan karena cambuk itu berhasil mencincang tubuh kedua youkai tersebut. Menghela napas panjang, Sesshoumaru kembali melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tempat.
***
Di sebuah desa, terlihat seorang wanita sedang menggendong bayinya. Dia nampak tersenyum dan sesekali menangis meratapi kehidupannya sekarang. Wanita itu tak lain adalah Izayoi. Dia dan putranya, Inuyasha sekarang menetap di sebuah rumah sederhana. Beruntung Izayoi sempat mengenal mantan dayang istananya di desa ini. Jadi, dia diperbolehkan tinggal di sini bersama putranya.
“Izayoi-sama, makan siang sudah siap. Mari kita makan!” ajak sang pemilik rumah penuh senyuman.
“Sitzuna-baa-chan, Anda tidak perlu memanggil saya dengan sebutan itu lagi karena saya sudah bukan seorang Putri Raja,” ucap Izayoi.
“Lho, saya sama sekali tidak keberatan jika memanggil Anda dengan sebutan 'Izayoi-sama'. Biar Anda bukan lagi Putri Raja, saya akan tetap menghormati Anda dan melayani Anda seperti saat dulu saya melayani Ibunda Anda,” tutur Sitzuna penuh kehangatan.
“Arigatou Gozaimasu, Sitzuna-baa-chan,” ucap Izayoi.
Sepeninggalan Inu-Taisho, tidak ada lagi senyuman di bibir Izayoi. Wanita itu begitu sangat kesepian sampai tubuhnya kurus dan dijangkiti penyakit. Jika dia tersenyum sekarang, itu hanya kamuflase untuk menghibur hati semua orang di hadapannya termasuk putranya, Inuyasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fanfic#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...