“Sesshoumaru! Tunggu!”
Sang Lady Inu Shiro berdiri dari kursi tahta. Mata semerah darah menatapnya tajam penuh intimidasi dan ancaman. Aliran yoki keunguan hadir di sekujur tubuhnya pertanda dia marah besar.
“Apapun alasan Ibunda, Sesshoumaru ini tidak akan pernah merubah keputusan,” ujar Sesshoumaru tak acuh.
Namun nyatanya, sang ibunda tak mau kalah. Dia semakin memberikan ancaman yang serius.
“Sesshoumaru! Ibunda menawarkan satu kesempatan lagi untukmu mengurungkan niat berkelana!”
“Sesshoumaru. Jika kau meninggalkan istana ini, maka Ibunda tidak akan pernah menjadikanmu Daiyoukai penguasa dataran Barat!” ancam Inu Kimi.
Langkah Sesshoumaru terhenti. Dia tersenyum sangat tipis sebelum akhirnya bersuara, “Ibunda tidak akan pernah mendapatkan seorang Daiyoukai penguasa dataran Barat yang lebih kuat dari Sesshoumaru ini. Tidak akan pernah.”
Seketika, Inu Kimi menegang, tak menyangka akan ucapan yang keluar dari mulut putranya. Setelah kepergian Sesshoumaru, wanita itu tersenyum bangga akan pendirian sang putra. Sesshoumaru memanglah calon Daiyoukai Barat yang tak tergantikan.
Sesshoumaru mulai melangkah pasti untuk menjadi Daiyoukai yang lebih kuat. Meskipun tujuan utama sudah terselesaikan minggu lalu dengan Sang Putri Bulan, tetapi tidak membuat seorang Sesshoumaru puas. Pemuda itu masih merasa lemah dari mendiang ayahnya. Dia butuh sesuatu yang lebih kuat dari kekuatan dan pedang warisan mendiang ayahnya.
Dan ... kekuatan yang sedang Sesshoumaru cari terdapat pada satu pedang lain mendiang ayahnya. Tetsaiga. Pedang yang selalu menjadi kebanggaan Inu Taisho.
Tetsaiga. Di mana kiranya ciciue menyimpannya?
Sesshoumaru berpikir keras sampai akhirnya dia menemukan sebuah jawaban.
Di Sebuah Gunung Merapi
Bunyi antara tempaan besi, lelehan tulang, dan semprotan api yang disembur, menjelma menjadi alunan melodi terindah bagi seorang pria tua. Pria tua itu adalah sang penempa pedang, Totosai namanya.“Ah ...! Selesai juga akhirnya pesanan ini! Baiknya, sekarang aku mandi dulu ... hmm~”
Dengan penuh kebahagiaan, Totosai melangkah keluar rumah untuk berendam di bak mandi air hangat. Dia begitu asyik bersiul sembari menggosok-gosok kulit punggungnya yang keriput. Sampai kemudian, si pria tua merasakan hawa dingin yang berlebih menyelimutinya.
“Airnya tiba-tiba dingin atau udaranya yang dingin, ya?” gumamnya berpikir.
“Totosai.”
Ketika Totosai menoleh ke belakang, dia melihat malaikat kematian. “Huaah! Sess-Sess-houmaru!”
“Ya.” Sesshoumaru menjawab super datar tanpa paham dan sepertinya malah sengaja mengejutkan Totosai.
“Ada apa Anda kemari, Sesshoumaru-sama?” tanya Totosai tersenyum palsu.
Sesshoumaru langsung to the point. “Tetsaiga. Sesshoumaru ini ingin tahu di mana pedang itu berada.”
Janc*! Ini gawat darurat! Apa yang harus aku katakan sekarang! batin Totosai cemas. Dia tidak menyangka kedatangan putra sulung mendiang sahabatnya ini hanya untuk menanyakan di mana Tetsaiga berada. Totosai tidak mungkin membeberkan kebenaran karena terlanjur sepakat Myoga dan Saya ja. Ini adalah wasiat dari Inu Taisho.
“Hoo! Pedang itu, ya! Sebentar, aku akan memberitahumu, tapi izinkan aku berpakaian terlebih dahulu, Sesshoumaru-sama.”
“Baiklah. Tapi, Sesshoumaru ini akan membunuhmu jika kau berani membohongiku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fanfiction#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...