Dare dua puluh enam

187 14 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°°°

"Vio. Thank you banget udah nganterin gue," ujar Zehra seraya menutup pintu mobil sedan hitam milik sahabatnya yang telah mengantarkan sampai di depan rumahnya. Jendela mobil terbuka menampakan gadis cantik berambut panjang tergerai tengah tersenyum.

"Maapin gue lain kali aja kita nontonnya. Hujan, nyokap gue udah telepon gue terus... Sorry ya Zer." Balas Violet mengeraskan suaranya karena hujan dan gemuruh mengganggu mereka. Lengan Zehra menutup kening menghalangi rintikan air membasahi wajahnya dia berlari kecil memasuki gerbang rumahnya.

"Gak gapapa kali. Lain kali juga bisa!" Kata Zehra tersenyum melambaikan tangan. Supir pribadi Violet melajukan mobilnya kembali mengingat perintah tuannya agar segera membawa nyonya muda pulang dengan cepat.

"Gue duluan ya Zer. Bye-bye ... Besok pasti jadi!" Pamit Violet balas melambaikan tangan. Perlahan kaca jendela mobil naik bersama mobil yang melaju pergi dari rumah Zehra. Gadis itu bergegas masuk masih dengan senyum, dia bersyukur bisa pulang tanpa harus susah hujan-hujanan.

"Assalamualaikum..." Zehra membuka pintu rumahnya perlahan. Seragam yang dia kenakan sedikit basah akibat berlari memasuki dan keluar dari mobil Violet tadi. Setidaknya tidak terlalu basah kuyup. Sudah ada sang bunda duduk manis di depan televisi dengan teh hangat dan sebuah kertas brosur arisan.

"Waalaikusalam, kakak pulang sama siapa?" Sahut Tasya--maminya Zehra--mengalihkan pandangan menatap sang anak sulung lalu beranjak menyimpan kesibukannya tentu sedari tadi dia mengkhawatirkan kedua anaknya apalagi sedang hujan begini walaupun dia percaya Zehra dan Rasion akan berhati-hati di jalan.

"Violet." Jawab Zehra membuka kaos kaki serta sepatu menaruhnya diluar rumah. Terlihat motor Rasion masih basah akibat hujan tadi sudah terparkir di garasi rumahnya. Menyebalkan giliran membawa kakaknya saja itungan. Nyonya Tasya membawa handuk putih polos menyerahkannya pada sang anak.

"Kok bisa basah? mamih udah bilang bawa payung? Udah mamih bilangin juga dari pagi?"

"Zehra gak lupa bawa payung 'kan? Tapi gak ada di tas Zehra, mih. Zehra bawa payung gak sih yang ungu itu loh?" Zehra mengelap bagian tangan yang telah basah dia sangat yakin pasti tertinggal tidak mungkin sampai menghilangkannya mengingat Zehra saja tidak mengeluarkan payung itu dari ranselnya sama sekali.

"Masa ilang? Kamu aja teledor nyimpen dimana aja, masa sekolah elit gitu ada yang nyuri payung? Aneh-aneh aja!" Sang mamih membalas dengan omelan bahkan tadi pagi Tasya sendiri yang menyiapkan dia tau Zehra sudah memasukan pada ransel. Dasar Zehra saja yang teledor!

"Enggak mamih gak ada di tas orang gak di bawa kemana-mana. Ketinggalan di rumah pasti!" Elak Zehra kesal mau bagaimana mana pun Maminya tidak akan percaya pada akhirnya dialah yang di salahkan. Zehra menenteng ranselnya menaiki tangga menuju kamar. Rasion mungkin sekarang sudah enak-enakan tidur sembari memainkan ponselnya.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang