1

980 88 18
                                    

Pertengkaran orang tua terkadang tanpa sadar membuat anak menjadi takut. apa lagi jika pertengkaran tersebut karena masalah beda pendapat. Hal yang terkadang tak perlu menjadi masalah malah menjadi besar karena tak ada yang mau mengalah dan lebih mementingkan ego. Setiap hari selalu saja ribut sampai membuat anak-anak takut atau mungkin terbiasa dengan teriakan, umpatan atau bahkan pukulan yang sering mereka lihat setiap hari.

Revan dan Bumi adalah contoh anak yang selalu melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Biasanya mereka hanya melihat dari balik dinding atau mendengar teriakan dan umpatan dari dalam kamar, namun hari ini mereka menangis karena pertengkaran kedua orang tuanya sampai menyebut kata perpisahan

"Dasar laki-laki nggak tau di untung! Aku udah bantu kamu cari uang, seharusnya kamu itu bersyukur. bukan malah banyak nuntut!" Maki Sukma pada suaminya yang merupakan anggota polisi.

"Siapa yang minta kamu bantu cari uang? Aku juga sanggup hidupin keluargaku sendiri, jadi nggak usah sombong kamu!" Protes bima yang tak terima ucapan istrinya.

Sukma berdecih dengan ekspresi remeh." Kamu pikir uang yang kamu kasih setiap bulan itu cukup, mas? Kita itu punya dua anak dan yang satu sering sakit karena imunnya lemah. Mereka udah sekolah dan kebutuhan dapur juga banyak. Kalau aku nggak kerja, biaya sekolah anak nggak akan ke bayar. Aku capek ya ribut terus kayak gini!

"Punya suami tapi egois, maunya istri nggak boleh kerja, tapi nggak bisa mencukupi kebutuhan" ujar sukma yang membuat bima semakin emosi mendengarnya.

"Terus kamu maunya apa? Pisah?" Tanya bima yang sudah tak bisa mengontrol emosi.

"Kenapa kamu nanya gitu? Ngomong aja kamu yang mau pisah!" Sahut sukma.

"Sumpah, aku udah nggak tahan sama kamu. Susah di atur dan maunya menang sendiri" bima menatap kesal istrinya itu.

"Kalau emang mau pisah, ya udah pisah aja! Kamu pikir aku akan hidup sengsara kalau nggak ada kamu, mas? Kamu pikir aku nggak akan hidup tanpa kamu? Tcih, aku nggak akan kayak gitu karena aku kerja. aku punya uang dan aku bisa hidup walaupun tanpa uang dari kamu" jawab sukma yang memang sudah lelah dengan keributan itu.

"Ya udah, kalau gitu kita pisah aja!" Putus bima dengan emosi.

"Oke,fine, kita cerai dan aku bawa revan!" putus sukma tanpa ragu.

"Nggak bisa gitu dong. revan ikut aku dan kamu bawa bumi! Dia masih kecil dan lebih butuh ibunya di banding aku!" bantah bima yang tidak setuju dengan keputusan sukma.

"Curang banget kamu, mas. kamu bawa revan yang udah gede dan nyuruh aku bawa bumi yang masih kecil dan sakit-sakitan. Bumi juga butuh sosok ayah, jadi dia lebih baik ikut sama kamu" tolak sukma yang tidak mau membawa bumi.

"Revan ikut aku, titik!" Jawab bima tegas.

Pertengkaran tentang anak yang akan dibawa masih berlanjut dan didengar oleh kedua anak yang melihat pertengkaran mereka. Revan yang berusia 10 tahun menangis dengan memeluk bumi yang masih berusia 6 tahun. Memang benar yang dikatakan ibunya, bumi memiliki imun lemah dan cenderung sering sakit. hal itu juga yang membuat ibunya terkadang acuh dengan bumi, namun bukan berarti tak sayang.

"Kak, adek takut" ucap bumi yang menangis di pelukan revan.

"Jangan takut dek, kan ada kakak yang jagain adek" sahut revan seraya mengusap punggung bumi untuk menenangkannya.

"Ayah sama bunda nggak sayang ya kak sama bumi? Kok dari tadi rebutan bawa kakak aja" Tanya bumi polos.

Revan mengusap air matanya dengan lengan baju, lalu menatap adiknya itu dengan lekat." Mereka sayang sama bumi, jadi nggak boleh mikir gitu, ya!" Nasehatnya dan bumi mengangguk, lalu kembali melihat kedua orang tuanya yang masih belum berhenti bertengkar.

Gempa & Bumi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang