“Hanyou busuk! Matilah kau!”
Youkai Kuma¹ terlihat asyik bertarung dengan seorang hanyou berkimono merah.
“Tidak semudah itu, Kuma!SANKONTESSO²!” seru si hanyou mengarahkan kuku panjang hitamnya ke jantung youkai Kuma.
Youkai Kuma memekik kecil, lalu jatuh mencengkeram erat dada kiri yang terdapat lima gores cakaran dalam. Darah mengucur deras keluar dari luka robek bekas cakaran. Cakaran si hanyou menembus hingga ke dinding jantung, menyebabkan sang youkai tewas dalam luma menit.
“Dasar bermulut besar! Aku tak mungkin bisa kau kalahkan!”
Hanyou yang bernama Inuyasha tersenyum kecil sambil menyeka darah di kuku dengan daun talas. Dia tiba-tiba merasa bersyukur atas ajaran dari Myoga. Tentang jurus-jurus kekuatan juga cara terbaik melatihnya.
Berkat bimbingan dari Myoga dan belajar secara otodidak, Inuyasha kini sudah mampu bertahan hidup di dunia. Sekilas, tidak ada yang berubah padanya, kecuali tubuh yang semakin tinggi, kekar berotot, dan terlihat tampan.
Sudah lima belas tahun Inuyasha menghabiskan masa mudanya di berbagai hutan. Hanya untuk bertarung dengan puluhan youkai hutan agar dirinya bertambah kuat.
Sampai suatu hari, dia mendengar tentang sebuah benda yang dapat membuatnya menjadi seorang youkai murni. Benda tersebut disimpan dan dijaga di sebuah desa manusia. Tak menunggu lagi, Inuyasha bergegas menelusuri hutan menuju desa tersebut.
Benda bernama Shikon no tama itu harus segera kudapatkan!
Ketika hampir memasuki desa, Inuyasha sangat terkejut dengan sambutan yang dia terima. Empat anak panah melesat cepat membuat tubuhnya tertancap di batang pohon.
“NANI?! WOOAAH! APA-APAAN INI!”
“Ternyata hanya seorang hanyou. Ah, mengecewakan.”
Di tengah melepaskan diri dari empat panah yang menancap di kimono bagian tangan dan kaki, terdengar suara merdu seorang wanita. Inuyasha menunduk ke bawah di mana dia melihat seorang Miko³ berambut hitam yang memegang sebuah busur kayu dan memanggul keranjang kecil anyam berisi anak panah.
Miko yang wajahnya datar, sebelas duabelas dengan sang kakak tiri melengos hendak pergi. Inuyasha tentu tak akan membiarkan.
“Tunggu, Ningen! Lepaskan aku!”
Sang Miko berhenti, menoleh mendongak ke atas batang pohon tempat Inuyasha terperangkap panahnya. Mata menyipit tidak suka. “Hanyou, aku tahu kenapa kau kemari. Kau hanya ingin mendapatkan Shikon no tama, ‘kan?”
“Cih! Kalau iya, kenapa?! Aku tidak suka menggunakan kekerasan pada seorang wanita lemah sepertimu!” decihnya mengejek.
Miko berparas teduh menutup mulut, terkekeh kecil yang masih bisa didengar telinga Inuyasha. “Wanita lemah? Bukankah kau yang lemah, Hanyou?”
Inuyasha menggeram marah. “Memangnya kenapa kalau aku adalah Hanyou?! Setidaknya, aku tidak menyedihkan seperti dirimu, Ningen!”
Sang Miko memberikan tatapan membunuh terakhir pada Inuyasha, lalu kembali pergi meninggalkannya.
“Woy! Lepaskan aku!”
Menyedihkan, ya? Apakah aku ini sangat menyedihkan?
***
Pada hari berikutnya, Inuyasha kembali datang ke desa tersebut. Dia tidak mudah putus asa. Akan tetapi, kejadian yang sama lagi-lagi terulang. Tubuhnya kembali tersangkut panah suci milik sang Miko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesshoumaru: Demon Dog Ruler of the Western Plains [ SLOW UPDATE ]
Fiksi Penggemar#2 in Sesshoumaru (12/10/23) Sesshoumaru .... Aku tahu itulah namaku .... Nama panggilanku .... Nama kebesaranku .... Sebuah nama yang akan mengalahkan nama besar ayahku ... Inu no Taisho. INFO⚠ PADA DASARNYA INI CERITA SAYA DENGAN JUDUL SEMULA 'SES...