Chapter 31: Jinnestan

98 14 0
                                    

"Ah, punggungku..." keluh Asmodeus, meregangkan tubuhnya. Ia paling muda dibanding dengan raja yang lainnya, namun sepertinya penyakit tua menyerangnya lebih dahulu.

"Udah tua jangan kebanyakan tingkah makanya, papa," ucap Dantalion, mengejek ayahnya. Asmodeus memelototi anaknya. "Enak aja! Papa Cuma pegel, tau! Lagian usia papa masih 6000 tahun!"

"Untung aku masih 19 tahun," sela Dantalion, mengalihkan pandangannya. "Ya usiamu sih masih usia bayi, Dantalion..." timpal Astaroth, melirik sobatnya.

Matahari yang hendak terbenam menghiasi langit di atas mereka, warna senja perlahan menggelap. Sebentar lagi, Asmodeus akan membuka portal dan misi perjalanan mereka akan secara resmi dimulai.

"Belle," panggil Olivia pada laki-laki di depannya. Belial menatap gadis itu, merasa bersalah karena menyatakan perasaannya—yang ternyata dibalas balik itu, dua hari sebelum keberangkatannya. Pasangan itu sudah menghabiskan waktu bersama beberapa jam terakhir, namun bagi Olivia, tampaknya itu membuatnya lebih sedih.

"Ya?" balas Belial halus, tersenyum hangat. Rambut merahnya tampak sangat serasi dengan langit berwarna oranye. Olivia mengeluarkan sesuatu dari kantung roknya, meletakkan benda itu pada tangan Belial.

"Ah, permen?" tanya Belial, melihat sebungkus permen jelly dengan rasa strawberry. Olivia tertawa kecil. "Iya, permen! Mana tahu di bawah kamu rindu dengan makanan dunia manusia?"

Belial ikut tertawa kecil mendengar jawaban tersebut dan memasukkannya ke dalam kantung. Ia menggandeng tangan Olivia, menggenggamnya dengan erat.

Waktu terasa begitu cepat, bulan mulai naik ke atas langit, menggantikan matahari yang telah padam di sana. Belial menarik napasnya dalam.

"Sudah siap, semuanya?" tanya Asmodeus, membalikkan badannya untuk memeriksa anak-anak di sana satu per satu. Pekarangan rumah Dantalion cukup luas untuk bukaan sebuah portal yang akan diisi 6 iblis.

Dantalion mengangguk, mengeluskan tangannya pada kepala Gremory yang tampak tidak peduli. Sytry berada di samping Asmodeus, menelan kunyahan terakhir dari se-cup boba milk tea yang ia beli sebelumnya. Astaroth memeriksa ponselnya, berusaha memberitahu Morax kalau mereka akan segera berangkat. Phenex pun, berada di sebelah tuan mudanya, menjadi orang ketiga antara pasangan itu.

"Oke, hadir semua, ya. Aku juga sudah memanipulasi para guru, dosen, dan teman di sekolah dan kampus tempat kalian berada. Hanya Olivia dan orangtua angkat Belial yang tahu tentang hal ini... Ya, ya, check, check. Nah, kita sudah siap. Aku akan mulai pembukaan portal," sebut Asmodeus, menjabarkan to do list yang ia punya.

Raja itu tampak menjulurkan tangannya ke depan dengan anggun.

"Wahai peri-peri Jinnestan. Aku, penguasa neraka keenam, Asmodeus. Meminta kalian untuk membuka jalan untukku."

Angin berhembus kencang dari hadapan mereka, membuat pohon-pohon di pekarangan ikut tertiup. Sebuah pusaran berwarna biru kehitaman muncul perlahan, lama kelamaan membentuk lingkaran yang Belial pernah lihat. Dulu Astaroth menyelamatkannya dengan portal saat serangan pertamanya, lalu juga dari dimensi penyihir, dan yang Barbatos buat di kliniknya. Namun kali ini, rasanya sangat pekat dan besar. Apa karena portal yang dibuat Asmodeus ini berfungsi untuk mengantar mereka ke dunia yang berbeda, bukan sekadar berpindah tempat?

"Oke, anak-anak! Portal sudah terbuka. Kita harus bergegas supaya manusia-manusia lain tidak tertarik untuk ke sini," seru Asmodeus, membentangkan tangannya. Astaroth berjalan masuk ke dalam portal, disusul Dantalion. Mereka berdiri di dalam kegelapan dengan cuek, menunggu iblis lainnya untuk masuk.

"Gremory, jangan nakal-nakal, ya. Papa dan Kakak akan segera kembali," ucap sang raja, merendahkan posisi tubuhnya untuk berbicara dengan putrinya mata ke mata. Ia mengelus rambut Gremory. Anak perempuan itu mengangguk dalam diam. Asmodeus tersenyum dan berkata, "gadis kesayangan papa memang pintar."

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang