Happy Reading
🌱🌱🌱Pagi ini, udara dingin terasa menusuk kulit Ika meski dia sudah mengenakan jaket yang tebal serta berbulu dibagian lehernya.
Ika menghindari langkahnya, agar tidak menginjak genangan air. Kemarin malam hinggu pukul dua subuh, hujan mengguyur deras disertai petir.
Membuat Ika, akhirnya tidur bersama Rere dan berakhir kesiangan. Sudah dibuktikan, pelukan Rere adalah obat untuk mereka yang mengalami insomnia.
Pantas saja, mendiang Alex. Selalu betah di kamar jika Ika kecil menginap dulu.
Ika mengusap hidungnya kasar saat merasa gatal, sepertinya dia akan bersin. Ika menghentikan langkahnya, merasakan detik-detik yang menyebalkan. Pasti hidungnya kembang kempis jika kamera meng-zoom nya saat ini!
"Haaaccciihhhhh!"
Benar saja bukan?
Ika menutup setengah mukanya dengan tangan seraya menundukan kepala. Jangan lupakan kedua matanya yang menutup rapat, dan ketika hendak mengangkat kepalanya, namun.
"Haaaccciihhhhhh!"
"Em, alhamdulillah."
Ika menoleh kekanan dan kekiri berulang kali, "Ko ga ada yang bilang yarhamukallah gitu?" Ujarnya menggaruk kepala bingung.
Seingatnya, hal ini sangat viral dan selalu muncul diberanda. Membuat Ika selaku yang membaca mencoba membayangkan saja sudah senyum-senyum sendiri.
Ika menarik ingus yang berbentuk air itu kembali kedalam, kedua tangannya menurunkan resleting agar dapat menjangkau dasi.
Langsung saja, Ika mengelap hidungnya dengan bagian paling bawah dasinya. "Heheh, yang penting ga keliatan."
Dengan cepat, Ika kembali menaikan resleting jaket sebelum aksinya diketahui banyak orang.
Ika menatap Rizky yang kini berjalan sempoyongan, "Iki, sakit kah?"
Ika yang hendak memperingatkan, terlambat!
"Iki, ga papa kan?" Tanya Ika, pelan melihat Rizky yang menonjok tembok beberapa kali.
"Gue ga papa Ka."
Ika mengedipkan matanya cepat, melihat penampilan Rizky yang berbeda seratus delapan puluh derajat. "Iki kenapa?!"
***
Ika memberikan segelas teh hangat yang dia beli kepada Rizky. Kini, mereka duduk di halaman belakang yang sudah Ika sulap menjadi tempat yang nyaman, aman, damai, dan tentram.
Tidak ada lagi dinding kumuh, dan tanaman liar yang menjalar. Ika benar-benar merealisasikan tujuannya.
"Beneran ga mau di UKS?" Tanys Ika untuk kesekian kalinya.
"Gue lebih seneng disini, damai."
Ika mengangguk tak yakin, melihat Rizky yang kantung matanya terlihat sangat jelas. Serta rambutnya yang terlihat seperti tidak tersisir.
Ika menatap bunga Mawar yang kini sudah berkembang banyak, rasanya tidak nyaman jika Ika menanyakan langsung kepada Rizky.
Bisa saja, Rizky terlalu sering begadang akhir-akhir ini. Mungkin saja karena membuat 2022 candi dalam waktu satu bulan?
"Ika."
"Iya Iki?"
"Menurut lo, kesalahan seperti apa yang pantas dimaafkan?"
Ika mengerjapkan matanya, "Aku ga tau, tergantung dari tingkat kesalahannya. Kita hanya manusia biasa Iki, meskipun kita tau jika memaafkan dan meminta maaf itu hal yang wajib."
KAMU SEDANG MEMBACA
JESIKA [END][COMPLETED]
Teen Fiction[Series Teen Fiction] "Kalau engga baik, bukan Ika namanya." Jesika yang kerap dipanggil Ika, gadis maniak stroberi, penyuka yupi dan barang-barang gemoy. Pemilik gingsul yang menambah kesan manis diwajahnya dengan pipi chubby. Ini kisahnya, memasuk...