prolog

4 0 0
                                    

Perempuan menatap sebuah pecahan cermin yang ada di hadapannya. Bisikan itu menyuruhnya untuk mengambil satu pecahan cermin, dan menggoreskan pada pergelangan tangannya. Ia memejamkan matanya dengan kuat, bisikan itu itu terus mengucapkan hal yang sama berulang kali

Ambil, ayo goreskan pada lengan mu. Ayo mati...mati...mati...mati

"Arghhh pergi sialan."

Kedua tangannya menutupi telinga, berusaha untuk tidak mendengar bisikan yang ntah dari mana asalnya.

"PERSETANAN DENGAN DENGAN HIDUP, GUE BENCI. KENAPA GUA GAK PERNAH BERUNTUNG DALAM SEGALA HAL!!"

Perempuan itu melempar barang-barang yang terlihat di matanya, dengan umpatan kasar yang terus keluar dari mulutnya. Topeng yang biasanya ia gunakan sudah tidak ada lagi, senyum palsu yang sering ia pasang kini tergantikan oleh tangisan hebat. Emosinya semakin tidak terkontrol, ia benar-benar meluapkan emosinya, yang selama ini ia tahan.

Ia menjatuhkan tubuhnya ditengah-tengah barang yang sudah berantakan ada pula yang rusak dan pecah, seolah tenaganya sudah habis, namun tangisnya masih sama seperti awal. Ia sudah tidak bisa berfikir lagi, perlahan mengambil pecahan cermin, menatapnya cukup lama.

"maafin aku, re aku ternyata kalah."

Dengan senyuman kecutnya ia mulai menggoreskan pecahan cermin yang tajam, pada pergelangan tangannya. Darah segar mulai mengalir dan menetes, tanpa peduli rasa sakitnya ka menggores lengannya kembali, sampai lengannya penuh dengan darah. Menatap pergelangan tangannya dengan tatapan kosong. Lelah, ia benar-benar menyerah.

Luka & obatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang