Part 18

485 85 14
                                    

'Aku tak tahu takdir macam apa yang tengah bekerja di antara kita. Tapi bolehkah aku berharap takdir bisa di ubah hanya dengan menentangnya?', pagi yang cerah namun berbeda dengan Taehyung dan juga jiwa pria itu yang mendung. Tangan kekarnya bergerak untuk melingkari tubuh Sooyoung lebih erat. Berharap wanita itu akan selalu menempel padanya setiap waktu. Apapun yang terjadi.

Tidak biasanya pria ini pesimis, sikap optimis dan sedikit narsisnya itu hilang tertelan fakta yang dilayangkan oleh kakeknya. Jika dipikir-pikir keduanya sama-sama terluka bukan tentunya? Sayangnya logika tak lagi menariknya dari pertentangan emosi dalam diri.

Mata lentik itu perlahan terbuka mendapati kekasihnya memeluknya erat dengan pandangan kosong pria itu. Wajah wanita itu sontak merona begitu mengingat kejadian semalam.

Oh tidak! Jangan salah paham mereka tidak melakukan apapun hanya tidur dan berpelukan. Ya walaupun hampir. Dan harus terhenti karna panggilan telfon dari Yeri yang menangis meraung-raung ulah hormon kehamilannya.

"Apa yang sedang kau lamunkan, Kim?", ujar Sooyoung lembut. Taehyung tersadar dari lamunannya lalu terkekeh pelan, menyembunyikan kegundahannya tentu saja.

"Tidak. Aku tidak apa-apa",

"Kau terlihat aneh sejak kemarin. Kau yakin kau baik-baik saja? Atau kau kecewa karna Yeri mengganggu.."

"Tidak! Tentu tidak! Sekalipun memang aku sering berfantasi tentang kita melakukan hal...",

"Yya! Otak mesummu!", kali ini ucapan Taehyung yang dipotong oleh Sooyoung yang wajahnya sudah semerah lobster.

"Oh ayolah. Kau juga menikmatinya semalam", ledek Taehyung namun detik berikutnya wajah tampannya tak lagi terlihat. Sooyoung melemparkan bantal itu pada wajah tampan milik Taehyung dan membuat wajah pria itu terhalang oleh bantal tersebut. Ya agar muka malu Sooyoung tak bisa dilihat oleh mata si tuan Kim.

"Hey kau menyiksaku! Cepat singkirkan bantal ini! Atau..",

"Atau apa Kim?",

"Bajuku yang sedang kau pakai akan kusingkirkan"

"YYA!!!"

......................................................................

Entah sudah keberapa kali Sooyoung menghelakan nafas berat miliknya. Tepat didepan restoran dimana seseorang membuat reservasi untuk makan siang bersamanya. Wanita ini jelas gugup namun ia tak akan mengakui kegugupannya. Semasuknya kedalam restoran tersebut ia melepaskan kacamata hitamnya dan tanpa mengatakan apapun manager restoran itu seolah tahu dan mengarahkannya kedalam sebuah ruangan private.

"Oh! Nona Park silahkan duduk", seorang kakek-kakek berusia 70an atau bahkan sudah menginjak usia 80an itu mempersilahkannya untuk duduk. Sooyoung tersenyum dan mengangguk dengan sopan.

Tanpa dijelaskan juga kalian seharusnya tahu siapa kakek ini. Ya! Benar sekali! Kakek dari Kim Taehyung.

"Apa Taehyung tahu kau menemuiku saat ini?", tanya sang kakek dengan nada ramahnya.

"Tidak kek. Aku tidak memberitahunya", jawab Sooyoung dengan senyum cerahnya.

"Begitukah? Baiklah. Jadi bagaimana hubunganmu dengan cucuku?",

"Baik. Taehyung memperlakukanku sangat baik", jawab Sooyoung jujur.

'Meskipun terkadang cucumu itu payah kek! Tapi aku mencintainya', kalimat tertahan dalam batin milik Sooyoung dan sangat amat tidak mungkin untuk dilayangkan ke sang kakek.

"Sooyoung-ssi, jika aku memintamu untuk meninggalkan cucuku? Apa pendapatmu?",

'DEG!'

Mental Sooyoung terasa di remukkan saat ini juga. Nada bicara dan ekspresi lelaki tua ini memang terdengar halus. Berbeda dengan kakek-kakek pada drama romantis yang akan berkata kasar dengan wajah galak mereka. Sooyoung terdiam selama beberapa saat.

"Maaf, kek. Aku tidak bisa", Sooyoung membulatkan tekadnya kali ini. Jangan lupa soal hal menyakitkan lainnya yang sudah memberikannya pelajaran hidup berharga sehingga ia ada di titik ini. Ujaran kakek tua ini? Hanya mengguncangnya selama menit-menit pertama.

"Sekalipun kau tahu bahwa anggota keluargaku yang menyebabkan kematian kakakmu?", kedua kalinya Sooyoung diberi guncangan dalam pembicaraan ini. Pita suara Sooyoung seolah terikat. Wanita ini lebih memilih menanti kalimat kelanjutan dari si kakek.

"Ayah dan ibu Seokjin dan Taehyung, terlibat dalam kecelakaan yang sama dengan kakakmu", Sooyoung tersenyum miring. Jika fakta yang ini ia juga sudah tahu.

"Aku tahu", kali ini si kakek yang terkesiap. Sooyoung tersenyum ramah, namun jelas terlihat bukan senyuman tulus wanita ini.

"Dari kali pertama Seokjin oppa dan aku bertemu. Seokjin oppa sudah memberitahukannya padaku, kek. Aku menyadari Taehyung belakangan ini sangat tidak focus. Mungkin salah satunya karna kau baru memberitahukan hal ini padanya", ucap Sooyoung sambil menuangkan teh untuk kakek yang tentu saja ia anggap menyebalkan.

"Kau jelas menentang hubungan kami bukan karna insiden kecelakaan itu kan kek?", sang kakek membuang muka tak ingin berinteraksi langsung dengan wajah Sooyoung yang tersenyum dengan penuh keberanian.

"Pikirkan tentang ayahmu. Apa ia akan setuju dengan hubungan kalian berdua?", Sooyoung melebarkan senyumannya.

"Tentu ayahku tahu. Kek, kau sudah tua jadi banyak hal yang sebenarnya tak perlu kau urus. Kau tahu pepatah 'senjata makan tuan kan?' Mundurlah... Kau tidak akan menang dari ayahku", Sooyoung tanpa sadar mengeluarkan nada sombongnya.

"Kau!", kakek itu menunjuk Sooyoung dengan tangan gemetarnya. Wanita itu bangkit dan meraih coat dan juga tas mahalnya.

"Pikirkanlah. Bagaimana pendapat Taehyung jika ia tahu semuanya. Sedikit saran dariku, kek. Jangan hubungi hubungan aku dan cucumu. Dan... Kalau mau aman, lebih baik kau menyarankannya untuk segera melamarku",

Sooyoung berjalan keluar dari ruang reservasi tersebut lalu menghela nafas lega. Senyumannya mengembang dan ia merasa menang. Wanita ini berniat untuk meluncur menuju rumah yang dulu ia anggap neraka itu. Namun kini tak lagi. Rumah itu benar-benar rumah baginya karna ayahnya ada disana.

'Appa harus tahu semua ini',

......................................................................

"Oh astaga! Anak singaku pulang", Sooyoung tertawa lalu memeluk ayahnya hangat. Yeri yang melihat itu terkekeh lalu menunjukan gelagat geli pada keduanya.

"Anak singa. Lalu aku dan Chanyeol?", tanya Yeri penasaran. Ji-won memutar bola matanya dan tertawa pelan.

"Kalian berdua hanya anak kucing. Kau tak melihat anak singa itu paling persis sama ayah singa itu?", keempatnya tertawa. Chanyeol? Oh pria itu sibuk mengurus perusahaannya tentu saja. Ini masih jam kerja.

"Aku menemui kakek dari Kim Taehyung barusan",

"Kau sudah menyampaikan pepatah yang aku titipkan padamu?", tanya Seojoon.

"Tentu. Mau tahu apa yang terjadi?", tanya Sooyoung memancing rasa penasaran ayahnya.

"Ia menunjukku dengan tangan keriput dan bergetarnya",

"Astaga! Kasihan sekali kakek tua itu", sahut Ji-won.

"Ia tak pantas dikasihani dan...",

"Jangan lupa bahwa Jinri meninggal karna ulahnya", lanjut Seojoon dengan tangan terkepalnya.

TBC

......................................................................

Maaf lama banget upnya. Harusnya tanggal 5 kemarin tapi ya gitu. Ini baru lebih enakan dan bisa duduk makan minum tanpa terburu-buru sedikit pun. Berkat dari kalian semangatin author nih. Hehe terimakasih atas semua doa dan dukungan kalian. Jiwa penulis ku semakin merontah-rontah buat memberi kalian hiburan.

Jangan lupa vote n komen nya ya




Brittle (VJOY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang