2

654 80 6
                                    

Hari terus berjalan sampai tak terasa kalau Bumi hanya tinggal berdua dengan sang ibu sudah hampir satu bulan. Dalam satu bulan juga sukma dan bima bolak-balik ke pengadilan jakarta untuk mengurus perceraian. Air mata mereka jatuh setelah resmi bercerai. sesekali mereka saling pandang dengan sendu karena tidak menyangka kalau akhirnya mereka bukan lagi pasangan suami istri. Dengan gentle, bima menghampiri sukma yang kini sudah berstatus sebagai mantan istri. Sukma juga tak menghindar, ia berusaha bersikap biasa di depan bima yang kini sudah menjadi mantan suaminya.

“Sukma, aku harap kehidupanmu lebih baik setelah kita pisah. Maaf kalau aku nggak bisa jadi kepala keluarga yang baik selama jadi suami kamu” ujarnya dengan memperhatikan sukma saat bicara.

Sukma mengangguk.” Aku juga minta maaf atas semua kesalahanku selama jadi istri kamu. Aku juga berharap hidup kamu lebih baik setelah kita pisah.” Sahutnya.

Mereka tersenyum canggung karena status mereka bukan lagi suami istri. Masih ada rasa cinta di hati masing-masing, namun semua sudah berlalu karena ego yang terlalu tinggi.

“Gimana keadaan bumi? Dia baik-baik aja, kan?” Tanya bima.

“Dia baik, kok. Jangan khawatir” jawab sukma yang di akhiri senyum. “Mulai sekarang, aku akan lebih perhatian ke bumi, dia dunia ku sekarang” imbuhnya.

“Alhamdulillah kalau gitu. Revan juga baik dan rajin belajar. “ katanya memberitahu.” Oh ya, aku mau ajak revan pindah ke bandung. Jadi kalau kamu kangen sama dia, kamu dateng aja ke rumah yang di bandung” ia sengaja memberitahu agar sukma bisa mudah bertemu anaknya dirumah jika merindukannya.

“ Oke” jawab sukma, lalu pamit pergi karena ia tak mau lagi berlama-lama berbincang dengan mantan suaminya itu.

Sukma melangkahkan kakinya menuju mobil, ia menguatkan hati karena mulai hari ini ia adalah seorang single parent. Tidak boleh manja dan harus kuat untuk anak yang kini menunggunya di sekolah. 

“Aku harus bisa jelasin semuanya ke bumi.” Putusnya, lalu masuk mobil dan melajukan mobil menuju sekolah dimana anak bungsunya itu menimba ilmu.

Sesampainya di sekolah kebetulan sudah jam pulang, ia langsung turun untuk menghampiri bumi yang menunggu di depan gerbang Seorang diri. 

“Assalamualaikum” salam sukma.

“Walaikumsalam, bunda” sahut bumi. Tak ada senyum dari bibirnya semenjak berpisah dengan ayah dan kakaknya.

“Ayo, pulang!” ajaknya dengan menggandeng tangan kecil anaknya.

Bumi mengangguk dan pergi bersama ibunya menuju mobil. Selama perjalanan bumi tidak banyak bicara, padahal bumi termasuk anak yang cerewet dan manja membuat sukma sedih akan perubahan sikapnya. 

“Dek, laper nggak?” Tanya sukma membuka obrolan.

“Iya” hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya.

“Kita makan ayam teriaki kesukaan adek, yuk? Ada yang mau bunda omongin sama adek” Ajak sukma dan bumi mengangguk.

Sukma mengajak bumi ke restauran favoritnya dan bumi duduk dengan anteng di salah satu kursi menunggu makanan yang datang.

“Dek, bunda boleh ngomong nggak?” Tanya sukma dan hanya di jawab anggukan kepala.

“Adek udah mulai terbiasa kan nggak ada kakak sama  ayah?” Tanyanya.

Bumi mengangguk walaupun berat.

“Mulai sekarang ayah sama bunda nggak akan bersama lagi, tapi bumi masih tetap adek kak revan dan juga anak ayah” ia mencoba menjelaskan dengan hati-hati, namun ternyata bumi sudah mengerti maksudnya.

Gempa & Bumi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang