Ch. 14: Peluk

352 102 39
                                    

Di antara para pelayat lain, mungkin hanya College beserta Hyunjung dan Jiwoo yang tidak mengenakan pakaian serba hitam. Mereka datang mendadak dengan tidak berbekal pakaian untuk melayat. Ibu Jungkook pun meninggal pada malam hari, sehingga tidak ada toko pakaian yang buka pada jam-jam tersebut.

Namun keluarga Jungkook ada yang mengenali Jimin, yang kemudian mengenalkan yang lain sebagai teman Jungkook. Keluarga Jungkook pun tahu, bahwa sebelumnya Jungkook menjadi salah satu pengisi acara di festival musim gugur di Daegu, bersama bandnya, College.

Jungkook berdiri bersama ayah dan kakak laki-lakinya di dekat persemayaman ibunya. Ia sudah mengenakan setelan jas hitam, lengkap dengan ban di lengannya yang menjadi penanda bahwa dirinya adalah bagian dari keluarga yang berkabung.

Selesai memberikan penghormatan, mereka duduk mengitari meja yang disediakan, lalu makanan pun dihidangkan di hadapan mereka. Tak lupa dengan sojunya, tapi mereka memilih untuk menenggak air putih biasa.

“Jungkook pasti sangat terpukul,” ujar Jimin. Arah matanya tertuju pada sup di hadapannya, lalu beralih pada Jungkook yang masih menyambut tamu yang datang silih berganti. “Dia bahkan belum menyelesaikan kuliahnya.”

Jungkook kuliah untuk ibunya. Ia sudah berjanji akan menyelesaikan kuliahnya, selagi ibunya masih hidup. Jungkook sudah sangat berusaha belakangan ini. Ia fokus pada kuliah dan tugas akhirnya, masih membagi waktu untuk tur festival bersama College. Tidak hanya itu, Jungkook bahkan menolak banyak ajakan berkumpul teman-teman lainnya yang selama ini hampir tidak pernah ditolaknya.

Jungkook melakukan itu demi memenuhi janjinya pada sang ibu. Namun belum juga janji itu terpenuhi, rupanya ibunya lebih dulu menyerah pada penyakit yang menggerogotinya sekian lama.

“Jungkook mungkin akan menyesalinya, atau malah menyalahkan dirinya sendiri. Tapi kuliahnya juga tidak bisa dikatakan terlambat. Dia lulus tepat waktu jika bisa lulus semester ini,” imbuh Namjoon.

“Ibunya sudah lama sakit. Jungkook juga sering bolak-balik Seoul-Busan, jika kondisi ibunya kritis. Pasti berat untuk Jungkook, tapi setidaknya ibunya sudah tidak lagi menahan sakit.” Jimin kembali menimpali.

Tanpa berminat ikut serta dalam pembicaraan mereka, Hyunjung menoleh pada Jungkook. Wajahnya diselimuti duka. Begitu juga dengan ayah dan kakak laki-lakinya. Mereka kini kehilangan satu-satunya wanita berharga di keluarga mereka.

Dalam satu detik waktu, tatapan Hyunjung dan Jungkook bertemu. Bertahan seperti itu selama tiga detik, yang kemudian dibuyarkan karena lewatnya seseorang yang membuyarkan pandangan keduanya. Ada pelayat lain datang, dan Jungkook harus turut menyambutnya.

Hyunjung kembali pada teman-teman yang tak lagi membicarakan Jungkook beserta dukanya. Mereka diam, menyantap makanan yang disajikan tanpa minat. Mereka pun tampak lelah. Apalagi Jimin, Mingyu, dan Wonwoo yang sudah menenggak cukup banyak minuman ketika mendapat berita duka tadi.

Entah apa yang dilakukan Namjoon dan Jiwoo, tapi mereka tampak lebih baik. Namjoon masih sanggup mengemudi sampai Busan, tapi Jiwoo harus ikut mobil Hyunjung bersama Yoongi juga karena mobil Namjoon cukup penuh.

“Aku akan cari informasi penginapan dekat sini,” kata Namjoon. Ia berkutat dengan ponselnya, lalu beranjak keluar. Jiwoo mengikuti tak lama kemudian.

Jimin pamit keluar untuk mencari udara segar, lalu Mingyu dan Wonwoo pun mengikutinya. Di dalam, kini tersisa Hyunjung dan Yoongi.

“Besok bagaimana?” tanya Hyunjung, menoleh pada Yoongi yang duduk di sisi lain meja dan pada sudut yang berbeda. “Jarak ke Seoul semakin jauh dari sini.”

“Aku akan ambil libur lagi. Ikut pulang dengan yang lain saja. Kau juga. Istirahatlah. Tunggu Namjoon dapatkan penginapan untuk kita semua.”

***

LIVE WITH ROCKSTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang