II. Pernikahan dan Undangan

69 17 0
                                    

Pernikahan.

Sebuah kata yang membuat Jung Yunho muak ketika mendengarnya.

Siapa yang senang dengan pernikahan? Semua orang, tentu saja. Terkecuali dirinya.

Ya, catat itu. Dirinya. Jung Yunho, jelasnya.

Oh, mungkin tak hanya dia. Rekrut Choi San dalam daftar sebagai rekan sehidup semati Jung Yunho di dunia lajang penuh kebebasan. Keduanya sama-sama tak ingin kelimpungan sebab terikat dengan orang asing dalam sebuah hubungan. Terlebih hubungan yang terdengar rumit dan membosankan.

Dengan begitu, kata pernikahan tak akan bisa cocok bagi mereka; para idealis yang sudah terlanjur nyaman akan kebebasan.

Dan Jung Yunho mungkin adalah salah satu idealis jenis itu.

Baginya, pernikahan itu sebuah opsi yang ditentukan oleh dua pribadi yang akan melaksanakannya. Sebab ini berkaitan dengan kehidupan langsung dua pribadi tersebut ke depannya.

Tak etis bilamana ada orang ketiga, keempat, bahkan ke-berapa pun yang ingin mencampuri keputusan milik dua pribadi tersebut. Ini hal privasi yang menyangkut kehidupan sekarang dan masa depan sehingga tak ada yang boleh ikut campur sampai kedua pribadi itu sepakat mufakat memutuskan untuk hidup bersama.

Singkatnya, Yunho tak menyetujui sistem perjodohan yang tengah digadang-gadang ibunya dan pihak sebelah. Pun, inilah yang menjadikan alasan Yunho begitu jenuh mendengar kata pernikahan yang dilontarkan untuknya.

Akan tetapi, mau sampai kapan dia akan menghindar begini?

Suatu saat, ibunya pasti akan menemukan cara untuk memaksa dia menikah dengan seseorang yang telah disiapkan untuknya. Ha! Congrats, Jung. Bahkan masalah jodoh pun, ibu yang mengatur. Definisi sejati dari 'Anak Mama'. Tak punya pendirian.

Atau mungkin, pilihan?

Tidak. Yunho tak akan mau menikah dengan wanita pilihan ibunya. Tidak untuk wanita kali ini. Sangat-sangat tidak setuju. Yunho selalu merasa tak cocok. Bisakah dia meminta wanita lain?

Ah, tidak mungkin. Yunho tahu, ibunya itu sama keras kepalanya.

Padahal, Yunho sudah mengerahkan hampir seluruh pikiran dan cara untuk menggoyahkan keputusan sang ibu.

Pernah beberapa kali, Yunho mengusung beberapa kandidat perempuan yang akan dia nikahi dalam kesempatan yang berbeda. Niatnya agar sang ibu mau berpikir ulang dan menerima wanita pilihan anaknya sendiri. Namun, siasat Yunho gagal total. Ibunya tak sama sekali bereaksi mendukung keputusannya. Malah dengan cara yang lebih licik, ibu berhasil membuat semua wanita yang Yunho bawa meninggalkan anaknya semudah melengoskan wajah dari rekan yang baru jatuh miskin.

Begitu ironis hidup Jung Yunho saat ini. Perkara perjodohan saja, Yunho merasa hidupnya tak lagi menyenangkan. Terlebih, orang-orang di sekitarnya lebih mendukung rencana sang ibu ketimbang pendapatnya.

"Terima saja. Aku tahu kamu bosan kesepian." Orang itu tersenyum simpul. "Untuk urusan cinta, jangan dipikirkan. Perasaan sejenis itu akan tumbuh dengan sendirinya. Bahkan tanpa kamu sadari."

Bahkan orang ini sama saja. "Semudah itu?" Yunho kesal. Namun, dia tak bisa marah. "Tetapi, aku tak membutuhkan hubungan seperti itu."

"Kamu butuh, Yunho. Suatu waktu, kamu akan membutuhkan seseorang yang berperan sebagai pasanganmu. Percaya padaku," ucapannya begitu meyakinkan di telinga, namun Yunho masih berusaha menampik bahwa dia akan membutuhkan hal semacam itu.

"Entahlah, Kak. Kupikir kau akan mendukungku. Nyatanya, sama saja seperti yang lain." Dia tak mengerti. Mengapa orang-orang di sekitarnya begitu menginginkan dia menerima putusan sang ibu yang satu itu.

Ameliorate Bond [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang