Hantu Tangga Rooftop

56 12 2
                                    

Vote terlebih dahulu, happy reading.




"iya bentar ya, mbak taro cucian ini dulu," ujar Mirna sambil menunjukan tumpukan pakaian yang ia pegang, menaruh nya kedalan keranjang plastik yang telah di sediakan.

Mirna berjalan menaiki beberapa anak tangga tapi langkah nya berbalik arah turun ke ruang tamu kembali. ia baru mengingat menanyakan pada Alana buku apa saja yang ingin di bawakan.

"Al," pangil Mirna yang kini sudah diruang tamu.

"Ya mbak," sahut Alana menoleh pada Mirna.

"Buku yang mau di ambil tadi apa."

"Terserah mbak aja deh," jawab Alana enteng.

"Yang baca kan kamu bukan mbak," Mirna menggeleng kan kepala tak habis fikir dengan tingkah anak remaja satu ini.

"Eemmm," Alana berfikir sejenak.
"Buku bahasa 2 dan 1 novel ada di meja sama di rak,"

Mirna menjawab Alana dengan anggukan kepala.

"Makasih ya mbak, hati hati."

Setelah itu ia pergi menuju kekamar Alana yaang terbuka, tak biasanya Alana keluar kamar tanpa menutup pintu kamar. Mirna yang mengingat kebiasaan Alana.

Tiba di kamar Alana, mirna merasa bingung melihat banyak buku bahasa di meja Alana, mana yang akan ia harus bawa. Apa lagi novel Alana yang banyak sekali di rak buku yang besar berserta gabungan buku-buku yang lainya, Sangkin banyak nya mungkin rak itu tidak muat lagi untuk mengisi.

Tidak mau ambil pusing jadi Mirna memutuskan untuk ambil-ambil saja buku-buku tersebut. Lagian juga Alana tidak memberi tau dengan jelas toh.

Di rasa apa yang di mintai Alana sudah terbawa semua. Mirna keluar dari kamar berniat ingin menutup pintu. baru saja memegang gagang pintu mirna melihat kursi di kamar bergeser dengan sendirinya, tidak mungkin kan itu tiupan angin.
Cepat-cepat wanita itu langsung menutup pintu, turun dari lantai bawah dengan perasaan gelisah.

Hampir tiba di ruang tamu, Sebisa mungkin Mirna menetralkan raut wajahnya seperti tidak terjadi apa-apa.

Melihat Mirna berjalan seperti kesulitan membawak nampan makanan dan serta tiga buku yang dimintanya, Alana jadi merasa sangat tidak enak hati.

"Maaf banget ya mbak, Alana ngeropotin," ujar Alana pelan sambil menundukkan pandangan nya.

"Sama sekali gak ngerepotin, Al," jawab Mirna ramah, tak keberatan sama sekali. kemudian ia menaruh makanan dan buku tersebut ke meja dekat soffa tempat Alana duduk.

"Makasih ya mbak," ucap Alana tersenyum ke Mirna.

***

Suasana pagi yang masih terlihat gelap, bulan pun belum berganti ia yang masih setia menemani gelapnya langit.

Pukul 05:18 Alana sudah berada di halaman rumah menungu sang supir memanasi mobil, gadis itu sudah bersiap berangkat ke sekolah.

"Pagi banget non memang nya gerbang udah pada kebuka," ujar Burhan basa-basi. Burhan adalah supir pribadi Alana sekaligus tukang kebun rumah gadis itu.

"Kan biasanya Alana berangkat jam segini gerbang udah kebuka kok," ya begitulah keseharian Alana berangkat lebih awal dari pada teman-temanya.

Burhan tak habis fikir dengan kelakuan Alana. Jika di tanya Alana selalu menjawab 'pengen aja'. Bahkan yang lebih parahnya lagi Alana pernah berangkat sekolah pukul 04:30 sedangkan masuk sekolah saja jam 07:10 masih lama bukan.

MATA BATINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang