33.Tidak main-main

3.3K 739 73
                                    

Syam tidak peduli dengan pilihan yang di berikan oleh Theo, sampai kapanpun Syam tidak akan menerima perjodohan itu. Syam melamun, ia khawatir dengan Danita.

'Gue nggak mau kalau Mama sampek masuk rumah sakit jiwa. Apa keputusan gue udah bener buat pertahanin Nasya?' pikir Syam.

"Kak ... Kok ngelamun, mikirin apa?" Nasya melambaikan tangannya di depan wajah Syam.

Syam tersadar dari lamunannya. "Nggak mikirin apa-apa."

"Bunda tadi bikin kue bolu, kalik aja kakak mau." Nasya membuka sebuah kotak bekal, saat ini mereka berdua sedang berada di kantin.

"Pasti kue bolu buatan bunda enak deh." Syam tersenyum menatap kue bolu itu.

Kening Nasya berkerut. "Bunda aku?"

"Bunda kita, bunda lo kan bunda gue juga." Syam tertawa geli.

"Ya nggak lah, bunda aku ya bunda aku bukan bunda kakak," ucap Nasya.

"Dih, gitu banget," balas Syam.

Syam mengambil sepotong kue bolu buatan Bunda Nasya, seorang wanita yang suatu saat nanti akan menjadi Bunda-nya. Itu pun kalau Syam benar-benar di takdirkan menjadi suami Nasya.

Syam mengunyah bolu itu, rasanya enak. Tentu saja enak, bolu itu buatan calon mertuanya. Syam memakan bolu itu dengan raut wajah datar membuat Nasya merasa was-was.

"Enak kak?" Nasya menatap lekat Syam.

Syam terdiam sejenak. "Nggak."

"Seriusan nggak enak?" Pasalnya tadi Nasya sudah mencoba kue buatan Bunda-nya, dan rasanya enak.

"Iya, nggak enak. Mau nyoba?" Syam menyodorkan sepotong kue bolu.

"Rasanya enak kok, tadi aku udah nyobain," ujar Nasya.

"Ya udah cobain lagi." Syam masih mengulurkan kue bolu tersebut.

Nasya akhirnya menggigit kue bolu yang ada di tangan Syam. "Enak kak."

"Iyalah, orang gue yang nyuapin. Gimana rasanya di suapin sama cowok ganteng?" Syam tersenyum lebar.

"Narsis banget jadi orang." Nasya benar-benar tak habis pikir.

"Jey yang ngajarin." Raut wajah Syam kembali datar.

Nasya mengerjap tak percaya, tadi Syam tersenyum lebar tapi dengan secepat kilat raut wajahnya berubah menjadi datar. Sepertinya Syam sangat pandai mengubah mimik wajah dengan waktu yang singkat.

"Makan lagi kak bolu nya." Nasya menggeser kotak bekal itu.

Syam menatap bolu itu sekilas kemudian menatap Nasya. "Lo tahu apa kepanjangannya bolu?"

Nasya tampak berpikir. "Nggak tahu, emang apa?"

"Bolu ... Boleh gue halalin lu?" Semakin lama Syam semakin kreatif saja.

Nasya tertawa dengan kedua pipi yang memanas. "Nggak boleh."

"Menurut bahasa wanita nggak boleh itu artinya boleh," ucap Syam.

"Ngaco," balas Nasya.

Selang beberapa detik terdengar suara notifikasi yang muncul dari ponsel Syam. Syam menatap nanar pesan yang ada di ponsel-nya.

"Gue harus pergi, ada urusan." Raut wajah Syam terlihat datar, cowok itu berdiri dan melenggang pergi.

***

Syam berjalan tergesa-gesa, tujuannya saat ini adalah pulang ke rumah. Saat berjalan ke parkiran Syam berpapasan dengan ke-empat sahabatnya, Chiko menarik lengan Syam.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang