Hi!
Saya anjurkan baca ulang chapter IV dulu sebelum baca ini, biar ingat kembali detail-detail dan hal-hal penting dari chapter sebelumnya!Ding-dong!
Ding-dong!
Ding-dong!
Tiga kali bell rumah Marvel berbunyi, membangunkan si pemilik rumah dari atas pembaringannya.
Mata hijaunya menatap seksama pintu kamar berwarna hitam miliknya yang masih tertutup erat, berdebat di dalam benak apakah dia harus membukakan pintu atau tidak.
Paket? Tidak, seingatnya dia tidak memesan apa-apa. Lalu siapa?
Dia tidak ingat memiliki janji dengan siapapun untuk mengunjungi rumahnya.
Di dalam benak dia mempertimbangkan apakah yang datang adalah seseorang yang penting, atau ada sebuah keperluan yang penting?
Mulai dari pertanyaan itu, lalu muncul pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dan sekarang Marvel kembali dalam overthinking.
"Vel, ini gua, Samsul,"
Semua pertanyaan di dalam pikirannya langsung hilang mendengar suara orang yang mengunjunginya, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Samsul.
"Vel, gua tau lu ada di dalem. Gua mau ngomong sama lu, boleh?"
~
Duduk di sofa coklat ruang tamu Marvel, Samsul menatap sekeliling, memerhatikan rumah kontrakan baru milik Marvel yang mulai dia sewa sekitar tujuh bulan lalu.
Dibandingkan dari rumahnya yang sebelumnya, yang satu ini lebih luas dengan halaman (kecil) belakang yang langsung berhubungan dengan ruang tengah rumah, hanya dibatasi pintu kaca.
Rumah yang tidak bersekat-sekat, dimana semua ruangan berhubungan tanpa ada dinding pembatas. Dari ruang depan (ruang tamu sekaligus ruang santai), Samsul bisa menyaksikan langsung Marvel yang sedang menyediakan minum untuknya di dapur.
Satu hal, rumah ini tidak memiliki lantai dua, berbeda dari yang sebelumnya. Dan kamar Marvel sepertinya berada di ruangan yang paling ujung, satu-satunya dengan pembatas. Kamar mandi juga sepertinya ada di sekitar sana.
Suara gelas kaca diletakkan di atas meja menghentikan kegiatan observasi Samsul. Dia mengucapkan terima kasih lalu menatap Marvel yang mengambil tempat duduk di hadapannya.
"...harusnya lu udah tau lah ya, kenapa gua dateng ke sini."
Samsul memulai percakapan.
". . ."
"Gua ga mau maksa lu buat masuk kerja atau gimana. Gua cuma mau lu cerita, apa ada masalah? Lu bisa curhat ke gua, kayak biasanya."
Samsul tersenyum meyakinkan.
Matanya masih menatap wajah Marvel, menyaksikan bagaimana ekspresi Marvel berubah. Dia terlihat begitu sedih, begitu terluka.
"...gua tau gua emang selalu ngandalin lu sebagai tempat curhat gua. Tapi kali ini masalah pribadi gua... gua takut gua ga bisa ngerepotin elu kali ini, Sul."
Marvel mengangkat kepalanya, memberikan sebuah senyuman tipis.
"Haihh, sejak kapan lu ngerepotin gua? Itu tugas gua sebagai temen lu, Vel... tapi... kalau lu emang ga mau cerita ga masalah. Minimal, ada sesuatu yang bisa gua bantu ga, buat masalah lu kali ini?"
Samsul kembali meyakinkan Marvel. Dia tau sebagaimana pun Marvel tidak ingin cerita, jika dipancing dengan benar, dia pada akhirnya akan menumpahkan semua yang ada di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevin x Elestial | A Promise is A Promise | ElVin
Fanfiction"Hm, janji?" Nevin menjulurkan jari kelingkingnya. "Iya, janji." Marvel menyambungkan jari kelingkingnya dengan jari Nevin, mengikat janji. Dengan itu, sebuah janji diantara Marvel dan Nevin telah terbentuk. "Janji adalah janji, Vel." Dengan mata bi...