Wasiat papa

14 3 0
                                    

Bak petir menyambar menyambut seorang gadis bernama Zahra mendengar ucapan ayahnya bahwa minggu depan calon suaminya akan datang ke rumah. Dia memang menjaga diri dari kehidupan dunia, salah satunya menghindari hal-hal yang berkaitan dengan pacaran.

Padahal teman-temannya selalu menyarankan dirinya untuk sesekali mencoba hal-hal yang menyenangkan dimasa mudanya.  Namun ia menolak. Tapi dia juga tidak ingin merasakan hal antara perempuan & laki²  dalam satu ikatan secepat ini. Sungguh Zahra baru berusia 19 Tahun dan dia masih ingin menikmati masa kuliah, main bersama sahabat, mengejar mimpi ke kota Tarim, meraih cita²nya sebagai penulis bukan terikat dalam satu pernikahan.

Zahra hanya terduduk lemas di pinggir ranjang, jika uminya masih ada beliau sudah pasti memeluk Zahra karena keputusan mendadak ayahnya  ini.

Keputusan Ayah adalah mutlak, dan Zahra tidak bisa menolak itu, Zahra teringat Uminya sebelum meninggalkan mereka selamanya, pesan terakhir yang selalu Zahra patuhi adalah turuti kemauan Ayah.

Sisi hatinya memang membenarkan untuk tidak menolak, dia adalah anak yang menuruti apapun keinginan  orang tuanya.
Apapun kemauan Ayahnya dia yakini sebagai hal yang baik. Termasuk perjodohan dengan orang yang belum ia kenal.

Zahra memilin kerudung yang menjulur, dia hanya mengangug pelan, menyetujui ucapan Ayahnya. " Iya, Yah, Zahra setuju.

Rosyid menghampiri anaknya, dia berdiri di depan Zahra membawanya dalam pelukan. "Alhamdulillah, Zahra selalu menuruti apa yang Ayah mau."

Kacamatanya berembun, Zahra mengelap sudut matanya yang berair. Dalam hati ia meminta permohonan kepada sang Ilahi, semoga saja perjodohan ini membawa kebahagian untuknya, dan calon suaminya.

Bagi Zahra menikah adalah ibadah, dan dia tidak mungkin menolak salah satu sunah Rasul itu. Terkadang Zahra akui dari pada dia harus menahan godaan dunia yang terus menawarkan keindahan para Adam, lebih baik dia menikah untuk bisa mengendalikan dirinya yang nantinya hanya tertuju pada suaminya.

Dia akui, dia juga sama seperti remaja lain yang ingin merasakan dicintai dan diberi perlindungan, atau Zahra juga ingin seperti selebgram yang sering dia stalk trevelling bersama orang yang dia cintai.

Membayangkannya saja membuat pipi Zahra panas.

Mungkin saja laki-laki itu adalah jawaban dari setiap doanya, jawaban dari rasa bersabarnya, jawaban dari segala penantian nya.

"Bismillah, atas nama- Mu Ya Rabb, hamba menerima perjodohan ini."

                    
           🍃🍃🍃

Petaka bagi Yasfi mendengar wasiat Papanya saat ini. Pantas hatinya tidak tengang melihat keanehan rumahnya yang dikunjungi para saudara. Bukan dia tidak senang, hanya biasanya mereka akan berkunjung dan ia pasti akan diberitahu oleh Bundanya, namun tidak untuk hari ini.

Alibi agar dirinya merasa senang mendapatkan kejutan, malah membuat yasfi marah.

"Fi, nolak pokonya!!!" Yasfi melipat tangan di dada, ia melihat wajah Paman, Bibi, saudaranya yang lain termasuk Bundanya yang menatap tajam.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senandung Rasa (Selesai) Where stories live. Discover now