Serigala adalah kata yang disematkan orang-orang sejak mereka mengenalnya, Ceylon Que Arradhirus. putra termuda bangsawan Ceylon sekaligus pengawal Kaisar Kudunga, raja kerajaan Argyre yang sedang surut dilanda penyerbuan bangsa Attala. Tangkas dan cerdik seperti serigala adalah dua sifat yang diandalkan oleh Arradhirus, karena dia paham bahwa pengalamannya masih jauh di belakang pengawal Kaisar Kudunga yang lain. Bukan hal mudah menjadi bagian dari pengawal Kaisar Argyre yang bertempur sambil terus berpindah-pindah agar keberadaannya tidak terendus oleh orang-orang Attala. Misi kali ini adalah misi pertama bagi Arradhirus, Kaisar Kudunga meminta pengawalan untuk mengambil kristal Sarcandra di Kuil Bulan Besar.
"Sebetulnya lebih aman bagi Yang Mulia Kaisar untuk berdiam di satu tempat persembunyian daripada terus mengikuti dalam misi berbahaya." Tanpa sadar Arradhirus mengungkapkan pemikiran di benaknya.
"Apa yang baru kau katakan?" tukas teman seperjalanan Arradheus. Ceylon Que Dame adalah putra tertua Ceylon, yang telah bergabung dengan pasukan sejak tangannya cukup kuat memegang bilah logam tipis untuk mbela diri. Dengan usia yang terpaut dua tahun dari Arradhirus, Dame masih menganggap adiknya perlu dijaga sepanjang waktu.
Arradhirus mengangkat bahu. "Hanya mengatakan apa yang membuat pikiranku kusut, Dame. Menurutku Yang Mulia Kudunga menugaskan terlalu banyak orang untuk tugas ini, bahkan sampai beliau juga turun tangan. Aku yakin kita berdua saja cukup mampu untuk mengambil Kristal Sarcandra di Kuil Bulan Besar."
Dame mendesah. Arradhirus lebih muda, selalu yakin pada dirinya sendiri dan penuh keberanian. Hal yang terakhir lebih sering dikaitkan oleh Dame sebagai kesembronoan.
"Hanya saja yang kita hadapi kali ini bukan sekedar musuh, Arra. Kabar terakhir mengatakan bahwa Azuman, Raja Attala, akhirnya datang sendiri ke Argyre. Dia memimpin langsung pasukannya setelah lima belas tahun tak membuat kita tunduk di bawah kekuasaanya. Kau tahu, orang-orang menjuluki Azuman sebagai Dewa Maut Putih." Dame menandaskan kata-kata terakhirnya. Dipanggilnya si adik dengan nama kecilnya, berharap akan menimbulkan efek kehati-hatian bagi Arradhirus.
Arra kembali mengangkat bahu. "Dia cuma orang tua berambut putih yang sudah berani menurunkan Yang Mulia Kudunga dari tahtanya. Aku tidak yakin orang-orang Attala bisa berhasil jika bukan karena anurogh-anurogh jahat yang mereka bawa. Anurogh bahkan tak bisa kita sebut burung, mereka makhluk sihir ganas yang hanya punya keinginan untuk memangsa dan ...."
Kata-kata Arra terputus ketika Dame memberi isyarat dengan mengangkat tangannya. Belantara yang mereka lalui telah berganti dengan padang berbatu. Sejauh lima kilometer padang berbatu yang dinamai Lembah Kuadron, memisahkan hutan belantara dan ibu kota Argyre tempat Kuil Bulan Besar dan istana Argyre berdiri. Tempat ini menjadi tempat pertahanan terakhir bagi ibu kota Argyre yang terletak di atas bukit berbatu, menjulang tinggi di atas Lembah Kuadron. Kini tidak ada yang bisa menyamarkan kedatangan mereka di bawah sinar rembulan jika mereka tetap melanjutkan langkah.
Melangkah penuh kehati-hatian, seorang pria paruh baya bergabung bersama Arra dan Dame di barisan depan. Usia tidak membuat gerakannya kalah gesit dibandingkan dengan para pengawal di sekelilingnya. Garis kebangsawanan melekat kuat di wajahnya yang letih yang disamarkan oleh sorot mata yang tegas. Arra mencuri pandang pada kaisarnya yang sedang memandang sendu pada istana Argyre yang dibiarkan kosong terbengkalai. Lalu mata kaisar kembali terarah pada padang bebatuan di hadapannya, berhitung dengan resiko dan kemungkinan yang ada.
"Yang Mulia, saya dan Dame akan lebih cepat menyelesaikan tugas ini dengan berangkat berdua saja," ujar Arra, memberanikan diri. Di sampingnya, Dame membelalakkan mata atas kekurangajaran si adik.
Kudunga menoleh pada anggota termuda dari pengawalnya dan senyum kebapakan terbit di wajahnya. "Arra, Arradhirus, namamu dinamakan dari legenda Dhirus, serigala agung pelindung leluhur bangsa kita, jadi aku yakin ucapanmu tidak berlebihan. Hanya saja, kali ini aku perlu melakukannya sendiri. Pada malam Perayaan Bulan Besar ini, kita memiliki dua misi penting. Misi pertamaku adalah untuk menempatkan kristal Chattara pada tonggak penghormatan di Kuil Bulan Besar. Kalian berjaga-jagalah selalu di sampingku."