CHAPTER 1

6 1 0
                                    

"Karena perbedaan itu indah" Tuturnya dengan senyuman.

***

Sebuah keluarga yang harmonis sedang menyantap sarapan bersama walaupun ada yang berbeda dari satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain. Dia anak yang dikaruniai dengan kepintaran dan cerdas namun tuhan membuat kekurangan dalam dirinya, karena pada dasarnya tuhan menciptakan kelebihan dan kekurangan pada manusia.

Kakaknya menarik secarik kertas lalu menulis. "Apa kamu sedang tidak enak badan?" Lalu dia membalas. "Tidak kak, aku hanya gugup saja."

Lalu wanita sang kakak berdiri dan mendekapkan kepala adiknya didalam pelukanya. "Di sekolah nanti kamu harus percaya diri dan juga harus ceria." Lantas dia tersenyum saat dipeluk hangat oleh kakaknya.

"Andra kamu jaga juga adik kamu apalagi kamu udah jadi kakak kelas disana." Andra bangun lalu mengusap-usap kepala adiknya.

"Siap mah, kalau ada yang nakalin Azka nanti bilang ke abang aja oke."

Diapun risih saat kepalanya diusap-usap. "Apa sih abang!!!" Lantas Andra tertawa kecil.

**

Waktu di sekolah tiba dan sekolah ini adalah sekolahan yang dipilih Azka untuk menekuni belajarnya, padahal orang tuanya menyarankan dia sekolah yang ternama namun Azka menolak. Dia selalu berkata bahwa sekolah besar ataupun ternama tidak membuatnya nyaman.

"Ingat kamu Andra, jaga adik kamu," ucap sang kakak.
"Iya kak."

Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan memasukin wilayah Sekolah. Andra mengantarkan adiknya ke ruang Kepala Sekolah dan Kepala Sekolah tersebut menyuruh Andra untuk kembali ke kelas.

Azka sangat bersyukur bisa diterima disekolah ini walaupun dia memiliki kekurangan yang signifikan dan pihak sekolah memahami siatuasinya.

Kepala Sekolah mengeluarkan tulisan yang sudah disiapkan. "Jadi, nama kamu Azka Purnama?" Lalu Azka menganggukan kepalanya.

"Jadi kami paham situasi yang kamu alami dan kami berterima kasih karena kamu telah memilih bersekolah disini."

Dia pun tidak enak hati karena melihat kepala sekolah yang repot sampai menulis di papan tulis untuk berkomunikasi denganya.

Azka membungkukan badanya. "Maaf kalau karena saya, bapak ini sampai melakukan hal repot. Mungkin saya merepotkan satu sekolah."

  Kepalanya dielus seperti hal yang dilakukan keluarganya. "Jangan pernah memiliki rasa bersalah yang sebenarnya kamu tidak salah, karena seperti kamu lah manusia yang sangat sempurna."

  "Ayah mu itu adalah teman masa kecil saya dan saat kamu masih kecil, kamu udah saya anggap seperti anak saya sendiri."

Suasana kembali tenang dan kepala sekolah itu menyuruh salah satu guru yang akan mengajar untuk mengantarkan Azka ke kelasnya.

**

Sesampainya Azka di depan kelas guru tersebut memberi isyarat ke dirinya untuk masuk ke dalam kelas. Saat dia memasuki kelas, banyak wajah yang sangat asing dan dia memilik rasa takut untuk berkomunikasi.

Guru tersebut memberikan isyarat lagi ke Azka untuk memperkenalkan diri. Azka mulai menulis di papan tulis dengan rasa gemetar sekujur tubuhnya.

"Perkenalkan nama saya Azka, saya seorang Tuna rungu. Mohon kerja samanya." Kelas menjadi heboh.

"Anak-anak untuk berkomunikasi dengan Azka gunakan media kertas, karena cuma itu alat komunikasi yang terbaik untuknya," ungkap guru yang suaranya tidak didengar Azka.

Ada seorang siswa yang menunjukan tulisan ke arah Azka. "Panggil aja Rangga, salam kenal.

Satu kelas menyambut hangat kedatanganya dan itu membuat Azka bersyukur karena sebelum dia ada disini, dia mengalami bullying dari teman-temanya yang ada sebelum dirinya pindah ke sekolah ini.

Kelas pun dimulai tapi Azka memilih diam memperhatikan guru yang sedang menulis di papan tulis. 3 jam berlalu dan bel sekolah berbunyi pertanda jam istirahat sudah tiba.

Sebuah tangan diulur ke arah Azka dan dia menatap untuk melihat siapa orang yang mau mengulurkan tangan kepada dirinya. Seorang murid wanita yang dia tatap sekarang dan memberi bahasa isyarat untuk mengajak Azka ke kantin sekolah.

Azka menjawab bahasa isyarat itu. "Apa tidak apa-apa membawa ku ke kantin?" Lalu wanita itu memberi bahasa insyarat. "Kamu tidak perlu takut, aku dan yang lain mau berteman dengamu."

Azka menerima ajakan dan pergi bersama temanya menuju kantin sekolah. Sepanjang jalan tak banyak orang menatapnya yang kemungkinan mereka baru mengenali wajah Azka sebagai murid baru.

Saat sedang berjalan, sebuah tangan memegang pundak Azka dan setelah menengokan kepala ternyata dia Andra, abang dari Azka.

"Kalian teman-teman barunya Azka?" ucap Andra menatapi mereka.

"Iya kak, kami temanya Azka," ungkap siswi disamping Azka.

"Baiklah, titip Azka ya."

"Iya kak."

Andra pergi meninggalkan mereka dan siswi tersebut memberi tahu pesan dari abangnya lewat Smartphone. Azka yang membaca langsung membalas.

"Terima kasih."

"Oh iya, perkenalkan nama aku Aprillia, kamu boleh memanggilku April." April menatap Azka ketika sudah mengirim pesan.

Saat di kantin, suasana sangat ramai hingga membuat kepala Azka sakit. April menyuruh Rangga untuk mencari tempat duduk dan April yang akan membawa menu makanananya.

Rangga yang terbiasa komunikasi dengan Azka selalu membawa notepad. "Apa kamu tidak suka keramaian?" Azka membalas dengan anggukan. "Saat ramai, kepalaku sangat sedikit sakit."

"Apa mau kembali ke kelas ?"

Azka menggelengkan kepalanya. "Aku belajar menyesuaikan keadaan agar terbiasa."

Lalu April datang membawa pesanan yang sudah dipesan saat mau ke kantin, namun saat hendak duduk dikursi pundak April ditepuk seseorang.

"April, katanya sekolah kita kedatangan murid cakep ya." Siswi tersebut ialah teman dekat April.

"Itu yang diujung, namanya Azka."

"Satu lagi, dia Tuna rungu jadi sapa pakai bahasa isyarat atau bisa juga dengan media tulis."

Siswi tersebut langsung merebut notepad Rangga dan menulis sesuatu. "Perkenalkan namaku Ratu, aku teman dekatnya April."

"Nama saya Azka dan maaf saya seorang tuna rungu." Kepalanya langsung tertunduk

"Salam kenal ya." Lalu tersenyum.

Ratu menghampiri April yang sedang menyantap pesananya. Belum lama kenal udah mulai gosip ke teman dekatnya.

"Eh, cakep emang anaknya tapi sayang... " Belum melanjutkan omonganya langsung dipotong April.

"Ra, gak boleh mengatakan hal buruk ke orang yang mengalaminya walau kenyataanya benar."

"Iya maaf april, pandangan pertama ya," ucap Ratu meledek April.

April mendengar tersebut lantas tersedak. "Apa sih, baru aja kenal."

"Kamu kan gampang pandangan pertama, apalagi dia tampan." Alisnya dinaik turunkan seolah ingin memaksakan April berkata demikian.

"Apa sih!!! Lagian mana mau dia sama aku." Seketika mereka melihat ke arah April.

Wajahnya langsung memerah dan langsung ditutup dengan buku menu. Teman-teman abangnya pun ingin berkenalan dengan Azka namun sang abang melarangnya dan menyuruh mereka untuk bergantian. Abangnya Azka seorang pemain basket terkenal di kotanya yang membuat banyak orang tau bahwa Azka adalah adik dari Andra.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang