i. until we meet again

176 28 3
                                    

Gemercik hujan yang jatuh ke bumi semakin deras tepat saat dua gadis berbeda surai itu memasuki rumah. Pintu utama ditutup rapat dan keduanya menuju ruang tamu. [Name], gadis bersurai kelam itu membuntuti rekannya yang merupakan sang tuan rumah ke ruang yang dituju. Mai, gadis pemilik surai pirang itu merupakan teman satu kampusnya. Hari ini mereka sengaja akan mengerjakan tugas bersama di rumah Mai.

Bukan satu atau dua kali bagi [Name] mengunjungi Mai. Keduanya telah berteman baik sejak duduk di sekolah menengah atas. Kala itu, Mai yang merupakan siswi pindahan kesusahan untuk berbaur dengan lingkungan baru. Melihat itu, [Name] memutuskan untuk menmaninya. Keduanya berteman baik sejak saat itu dan awet hingga mereka masuk perguruan tinggi.

"Hampir saja kita basah kuyup," celetuk Mai. Rambut pirang ikalnya tampak sedikit basah karena terkena rintik air.

"Ayo ganti baju, kau tampak lebih parah dariku," ucap Mai sambil menatap rekannya yang sebagian baju yang dikenakan tampak basah. [Name] megangguk lantas meletakkan syal merah miliknya di salah satu cabang kayu rak gantung.

Usai meminjamkan [Name] baju miliknya, keduanya kembali ke ruang tamu untuk mengerkakan tugas. Sebelum itu, Mai menyuruh [Name] menunggu di sana lebih dulu selagi dirinya menyiapkan coklat panas.

Gadis bersurai kelam itu menjamah ranselnya dan mengeluarkan beberapa catatan. Ia mendudukan diri di sofa abu-abu sembari membaca kembali beberapa materi yang tadi diberikan. Deru suara hujan sayup-sayup terdengar di ruang dengan gaya minimalist berukuran tiga kali empat meter persegi itu.

Ding dong!

Atensi [Name] dari buku catatan kini beralih ke suara bel yang tiba-tiba berbunyi. "Mai, sepertinya ada tamu," ucapnya nyaring dan cukup untuk terdengar hingga dapur.

"Aku sedang merebus air! Bisa kau lihat siapa itu?" balas Mai lebih nyaring.

Ding dong!

Bel berbunyi untuk kedua kali. [Name] langsung bangkit berdiri dan bergerak menuju pintu. Langkahnya tampak terburu saat bel kembali berbunyi. Ia berdecak sebal. Orang ini begitu tidak sabaran, umpatnya dalam hati.

"Iya sebentar!" ucapnya tepat saat tangannya meraih knop pintu. Decitan engsel terdengar begitu tangan [Name] bergerak menarik pintu.

Didapatinya seorang pria dengan setelan jas berdiri si ambang pintu. Rambutnya tampak sedikit basah hingga membuat tatanannya berantakan.

"Oya?" Adalah kata yang keluar dari lisan si pria.

[Name] dibuat tak berkutik tatkala netra kelamnya bersirobok dengan manik lavender milik sang pria asing. Membuat gadis yang belum lama menginjak duapuluh tahun itu tenggelam dalam tatapannya. Sesuatu terasa bergejolak dalam dada. [Name] tak berkedip, tak berkutik. Manik lavender itu terasa begitu familiar.

FLASHBACK

"Hentikan!"

[Name], seorang gadis sepuluh tahun, berlari menghampiri segerombolan bocah laki-laki yang tengah melempari seekor anak kucing oren dengan kerikil di sebuah taman. Dengan sigap, tangan si gadis kecil meraih si kucing dan mendekapnya erat.

"Berhenti menyakiti kucing ini!"

Seorang lelaki dengan rambut mohawk dari grombolan tadi mendekat. Jika dilihat-lihat, tampak mereka merupakan siswa menengah pertama. Tampilannya seperti berandal.

Tubuh mungil [Name] bergetar saat dirinya dan si mohawk hanya terpaut jarak dua langkah.

"Teme, siapa kau berani memerintahku?!"

Dekapan pada anak kucing oren malang ia eratkan. Walau sebenarnya [Name] takut setengah mati, ia memasang wajah tegas.

"Berikan padaku!" ucap si mohawk sambil menujuk kucing oren itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

all too well, haitani r.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang