Chapter 10: Trapped.

312 47 20
                                    

A/N: Akhirnya, setelah berbulan-bulan saya absen, saya bisa kembali menulis cerita dengan (tidak) nyaman. Tugas numpuk, ditambah mau PAT dan kenaikan kelas. Saya tidak positif jika saya akan update serajin awal tahun kemarin. Begitu juga dengan kemungkinan bahwa saya tidak naik kelas.

Saya ucapkan terima kasih pada kalian yang masih mau membaca cerita ini. Dan maaf atas penantiannya.

--------------

Kredit:

Lagu: Alien Blues (Vundabar)
Gambar: Morotsuyoshi [@moro_244] 
(Kalian bisa membuat karakter dengan style seperti gambar di atas di App/Website Picrew!)

--------------

Keterangan:

(Italic) adalah pikiran karakter atau saya menambahkan bahasa asing.
(Bold) menandakan bahwa kalimat/kata itu dipenuhi emosi atau HINT untuk Chapter berikutnya.
(Bergaris) berarti sedang menunjukkan masa lalu/trauma karakter.
(....) Sound effects atau onomatopoeia.

. . . . Hening.

( '[ ]' ) tanda ginian menandakan bahwa author sedang menambahkan informasi.

Kalau saya beri (TW/Warning!) berarti akan ada hal yang tidak menyenangkan terjadi.

(KETERANGAN DI ATAS TIDAK BERLAKU PADA A/N.)

Selamat membaca~

----------◁■▶----------

The sun is fun, the land is dandy.
I only talks to dogs because they don't understand me.
My teeths are yellow.
Hello, world!
Would you like me a little better if they were white like yours?

I need to purge my urges.
Shame, shame, shame.
I need an alibi to justify, somebody to blame.
It's a halibut, party bitch, give it a name, and say,
"Hey, hey".

----------◁■▶----------


"Huff... hufff..."

Dak!
Dak!
Dak!

Nafas berat dan tersengal-sengal dapat terdengar. Begitu juga dengan hentakan kaki yang kuat dan terburu-buru.

Langit berlari dengan cepat, berusaha untuk menghiraukan rasa sakit dari luka dan darah yang mengucur di kakinya.

Sial, sial, sial, SIAL!

Remaja itu terus berlari, mengabaikan raungan pedih dari makhluk bayangan yang ada di sekitarnya. Mengabaikan hawa dingin yang terus merambat ke arahnya.

Kriiieeeeeet!

Langit memutar dirinya di tiang listrik saat menemui tikungan tajam. Dan melempar badannya ke mobil kosong di sekitar.

BRAK!
PRAAANGG!

Tubuh Langit menghantam kaca mobil, menyebabkan kacanya pecah . Namun dia tidak peduli dan bangkit untuk terus berlari.

Berlari, dan berlari. Kabur dari monster yang berada di belakangnya.

"KHIIIIIIIIK!"

Lolongan menyeramkan dari makhluk yang menjijikkan memenuhi lingkungan sekitarnya.

Makhluk itu, sebuah monster dengan lendir hitam dan lebih dari 100 mata berwarna merah menyelimuti tubuhnya, mengejar Langit. Semua mata dari makhluk itu mengeluarkan cairan berwarna hijau bak air mata yang dapat melelehkan besi .

Langit tahu persis bahwa makhluk itu berada tepat 10 langkah di belakangnya. Meski dia tidak menoleh ke belakang.

Tidak, dia harus melihat ke depan dan terus berlari. Dia harus bertahan hidup.

(Untuk apa? Bukankah ini maumu? Pergi secepatnya tanpa harus bunuh diri?)

"Khi khi... khi... kau...bisa...lari... ... sendiri...."

Makhluk itu bergumam, dan 100 lebih mata yang ada di tubuhnya membuka kornea, menampilkan lidah panjang dan bergerigi.

Langit bergidik ngeri, suara dari monster itu statis dan masuk ke dalam kepalanya. 

Dia mengencangkan kecepatan larinya. Merasa bahwa nyawanya lebih penting dari rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Seseorang tolong aku! Siapapun!

Pandangan Langit mengkabur saat air mata menyelimutinya.


◇◈


Tuuuut...
Tuuuut...

Suara EKG memenuhi salah satu ruangan di rumah sakit pribadi milik [Itali]

Seorang manusia dengan surai hitam berpucuk merah sedang terbaring di sana. Kabel dan mesin tersambung ke badannya.

Sementara di pojok ruangan, terdapat seorang pria dengan surai hitam-merah-kuning yang tengah meminum kopi sambil membaca majalah. Kacamata berwarna hitam diletakkan di meja terdekat.

Sluuuurrrp....

Pria itu menyeruput kopinya dengan pelan, lalu menaruh majalahnya ke meja dan menatap manusia tadi.

Tanpa sadar, kening pria itu mengkerut.

"Tch... kamu harus tahu kapan kamu bisa berhenti, Indonesia."

[Jerman] menghela napas dengan berat dan kasar. Merasa lelah dengan tingkah Indonesia- Bhayangkari, yang kian hari makin merepotkan.

"Haha! Tentu tidak mau, Germany~. Permainan ini seru!" 

Sebuah bayangan berwarna merah mengubah bentuknya menjadi seorang manusia transparan.

Sebuah jiwa, itulah apa Indonesia sekarang. Dia tidak memiliki tubuh, dan hanya bisa merasuki atau memasuki mimpi orang tertentu.

Dan tentu, apa yang dia incar sekarang adalah tubuh baru.

Jiwa itu menatap Langit dengan lembut. 

"Kamu dengan teganya mengorbankan salah satu jiwa personifikasi asli di dunia ini hanya untuk rencanamu yang gila? You are a crazy bastard." Meski pilihan katanya yang mengancam, Jerman tersenyum kecil.

[Translate: Kamu bajingan gila.]

Bhayangkari tertawa kecil.

"Mau bagaimana lagi. Agar rencana kita berjalan, aku harus ada. Dan tubuh beserta jiwa anak inilah yang paling kompatibel dengan diriku yang asli." Bhayangkari memandang tubuh Langit dengan datar. Sebelum melayang ke sana dan duduk di kursi yang ada.

Jerman menggelengkan kepala, melihat kaki Bhayangkari yang tembus di kursi.

"Sekarang, ayo kita minum-minum dulu!" Bhayangkari tiba-tiba saja berdiri dari kursi dan berjalan (melayang) ke arah Jerman. Menarik pria malang itu ke luar ruangan.

"Hey! Terakhir kali kita minum-minum kamu menghabiskan semua alkohol mahal yang aku punyai. Lebih baik ja- BHAYANGKARI!"

Mereka berdua meninggalkan ruangan itu.

Melewatkan garis di mesin EKG yang lurus sesaat sebelum kembali bergerak.


◈◇


"LANGIT! BANGUN!"


.

◮◭

.

Bersambung.

[17 Mei 2022]

[Why_are_you_asking]

Cahaya Gemintang (CH!Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang