[8] Hancur

1.8K 264 34
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Pagi beranjak beranjak terlalu cepat untuk Jeno. Jeno menatap tangannya lamat lamat, menghela nafas panjang. Ia harus cepat bersiap.

Kakinya ia bawa menuju kamar Jaemin. Ada Jaemin disana sedang duduk dengan segelas teh di balkon kamarnya. Matanya tampak sibuk menatap langit.

"Selamat Pagi, Yang Mulia.." Sapa Jeno. Jaemin menoleh sambil tersenyum lebar. "Selamat Pagi, Jeno!" Sapa Jaemin tak kalah riang.

Jeno tersenyum, mengambil cangkir lalu mengisi ulang cangkir Jaemin dan mengisi miliknya sendiri. "Kue ini enak sekali.. Koki istana kita yang membuatnya.." Jaemin menyodorkan sepiring kue kering kehadapan Jeno. Jeno mengangguk, mulai menyuapkan satu potong kue kedalam mulutnya.

Jeno menatap Jaemin yang kali ini tampak antusias menanti reaksinya. "Ini enak.." Jeno tersenyum. Jaemin bersorak. "Ya, kan.. Kue ini, aku juga ikut membantu dalam membuat resepnya. Aku bahkan melihat proses pembuatannya.." pamer Jaemin bangga.

Jeno terkekeh. Selalu. Rasanya hal kemarin adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi. Jaemin mengulum senyum kembali menyodorkan botol kaca.

Jeno terdiam, membuka botol itu dengan patuh. 2 kata kali ini membuat tubuhnya lemas. Renjun Madhiaz.. kasihnya, separuh hidupnya.

"Jaemin.. Kenapa?" Tanya Jeno.

Wajah Jaemin terlihat murung. "Dia.. Dia adalah orang yang Kak Mark sukai. Dia menyakiti hatiku.." jawaban Jaemin kali ini tidak bisa ia terima kedalam kepalanya. Tidak bisa lagi, kali ini Jeno tidak ingin menerima satu kebohongan Jaemin lagi.

"Dia hanya rakyat biasa Jaemin.." kata Jeno lemah.

Jaemin menggeleng. "Tidak! Kau benar harus membunuhnya! Aku tidak menyukainya Jeno! Tidak suka!" Seru Jaemin marah.

Jeno menggeleng. Dia tidak bisa..

"Maaf, Jaemin.. Tapi, kali ini tidak bisa.." tolak Jeno.

Jaemin menatap Jeno kecewa. "Kenapa? Kau mau melihatku kesakitan? Kau tidak menyayangiku lagi" cecar Jaemin.

Jeno menggeleng, bukan begitu..

"Kalau begitu aku yang pergi, kalau kau tidak mau membunuhnya, bunuh aku! Kak Mark tidak menyukaiku lagi. Kau tidak menyayangiku lagi. Aku lebih baik pergi menemui Mama.." Jaemin meraih belatinya.

Jeno dengan cepat menahannya.

"Kenapa? Kau tidak menyayangiku lagi.. Biar aku yang pergi. Jadilah Raja yang baik.." kata Jaemin datar.

"Jangan Jaemin.. Aku tidak mau kehilanganmu, tidak setelah Ayah dan Mama.." cegah Jeno sendu.

"Kalau begitu bunuh dia.. Hanya satu, Jeno.. Dia tidak ada pengaruh apapun pada Kerajaan.." ujar Jaemin.

Jeno tersenyum.

"Kau sudah bersumpah, Jeno.. Kau akan menurut padaku.. Hanya aku alasanmu sekarang, Jeno.." Jaemin menyentuh wajah Jeno lembut.

"Kita hanya punya satu sama lain sekarang, ya, kan?" Tanya Jaemin lirih. Jeno mengangguk, masih dengan usaha penuh untuk menyematkan senyum diwajahnya.

Jaemin memeluk tubuh Jeno erat. "Terimakasih, Jeno.. aku hanya memilikimu, tidak ada yang lain lagi selain dirimu.."

***

Half of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang