halooo, votmen ya 👹
———
Shey pulang bersama sang kakak. Sesampainya di rumah ia langsung mengistirahatkan diri di sofa ruang tengah. Tubuhnya terasa pegal karena tadi mendapat hukuman dari pak Aksel untuk membersihkan perpustakaan sepulang sekolah. Karena acara berbicara sendiri dengan Jeje tadi.
"Ganti baju dulu, dek. Langsung tidur aja." Sandy yang melewati adiknya menyempatkan diri menggusak rambut Shey. Membuat gadis itu mendengus.
Aroma harum dari dapur membuat mata Shey memejam. Ah wangi sekali aroma ini. Gadis itu langsung berdiri dari duduknya dan mencari sumber aroma. Ternyata dari sang mama yang sedang asyik mengaduk entah apa menggunakan spatulanya.
"Masak, ma?" tanya Shey. Ia mencondongkan tubuh ke wajan untuk menghirup lebih dekat. Wangi sekali aroma bumbu yang sedang dimasak sang mama.
Kisa mengangguk. "Nanti ada makan-makan." jawabnya dengan senyum.
Shey mengangguk-angguk. Mungkin akan ada makan-makan besar sehingga sang mama harus memasak sedemikian banyak. Porsinya berkali-kali lipat dari makan biasa.
"Perlu aku bantu, ma?" tanya Shey.
Kali ini sang mama menggeleng. "Kamu istirahat aja. Atau luluran gitu biar bersih, biar wangi."
Gadis itu menatap sinis sang mama. "Emangnya aku bau apa?"
"Bukan gitu sayang." Kisa terkekeh. Putrinya salah menangkap apa yang ia katakan. "Kamu udah bersih, udah wangi tapi biar lebih bersih dan wangi mending luluran aja." jelasnya menekankan kata 'lebih'.
Shey mengangguk-angguk paham. Kemudian ia melipir meninggalkan sang mama untuk menuju kamarnya di lantai atas. Gadis itu berganti pakaian menjadi lebih sederhana. Hanya kaos dan celana pendek untuk tidur.
Iya, Shey akan tidur. Soal luluran yang diminta mamanya ia akan melakukannya nanti saja saat mandi sore. Sekarang tubuhnya membutuhkan istirahat berupa terlelap bersama guling kesayangannya.
Alarm sudah terpasang. Tempat tidur siap untuk ditiduri. Si pelaku yang akan tidur juga sudah siap. Here we go, mari kita tidur.
Hampir empat jam lamanya Shey tertidur. Jika saja alarm nya tidak berbunyi, mungkin ia akan terus berada pada mimpinya yang sedang bertemu pangeran tampan dari negeri seberang.
Dengan langkah gontai dan malas ia menuju kamar mandi. Menyalakan keran untuk mengisi bak berendamnya dan menuangkan sabun. Gelembung-gelembung sabun dan busa mulai terbentuk.
Pakaian sudah tertanggal kini waktunya berendam. Ah, air hangat dengan wangi sabun kesukaannya adalah hal yang paling menyenangkan dan menenangkan bayi Shey. Semua beban tubuhnya terasa terangkat.
"Ahh enak banget. Jadi seger lagi." ucapnya dengan tangan bergerak menyabuni seluruh tubuh.
Mandi ala Shey itu selesai setelah lima belas menit. Ia langsung mengambil scrub untuk digosokkan ke seluruh bagian tubuhnya. Wangi dari scrub yang memanjakan hidung menyeruak dan menyebar ke seluruh kamar mandi.
Sesekali Shey bersenandung menggumamkan lagu kesukaannya. Walaupun tidak hafal lirik tetapi tetap diterabas.
Jika saja ketukan di pintu kamarnya tidak terdengar, mungkin Shey tidak akan menyudahi itu semua. Terlalu senang berendam sembari bermain air membuatnya lupa waktu.
"Sayang? Kamu lagi mandi? Buruan turun ya. Bantuin mama siapin makanan. Baju kamu mama gantung di pegangan pintu." teriak Kisa dari luar kamar memberi pesan kepada sang putri.
Shey mengangguk walaupun sang mama tidak bisa melihat. "Iya maa!!" jawabnya dengan berteriak juga.
Sat set sat set Shey mengambil handuk miliknya lalu keluar dari kamar mandi. Tujuannya adalah pintu kamar untuk mengecek pakaian yang sudah disiapkan sang mama.
Kepalanya menyembul celingukan melihat sekitar. Tangannya terulur mengambil gantungan pakaian berhiaskan dress panjang berwarna peach yang cukup terlihat mencolok. Kening gadis itu berkerut.
Untuk apa sang mama memberinya pakaian semewah dan sebagus ini? Toh, biasanya saat ada makan bersama kolega sang papa ia hanya memakai dress biasa. Lihat saja gantungan dress nya di lemari tidak ada yang penuh pernak pernik.
Tapi sudahlah. Pakai saja sesuai permintaan mama. Daripada nanti ngamuk dan memarahinya. Ya lebih baik ia memakainya.
Bedak tipis menjadi penghias wajah cantik Shey. Rambutnya juga sudah disisir sedemikian rupa hingga membentuk indah. Gadis itu mematut dirinya di cermin dan terperangah.
"Aku cantik banget ya, wohoho." Suara tertawa bangga dan sombong terdengar di akhir kalimatnya.
Shey menuruni tangga dengan kepercayaan dirinya. Senyumnya mengembang lebar saking senangnya. Sang mama tidak salah memberinya pakaian ini. Papa dan kakaknya saja sampai menganga.
"Aku cantik kan?" tanyanya memutar diri memperlihatkan dress nya yang mengembang. Bibirnya juga turut mengembang.
"Nah ini putri kami." Tiba-tiba saja Kisa berkata demikian. Tangannya menyentuh memeluk bahu Shey. Seperti memperkenalkan gadis itu pada seseorang.
"Cantik ya." sahut seseorang dengan suara perempuan.
Shey tentu kebingungan. Gadis itu mengintip ke ruang tamu, ada tembok yang membatasi dirinya dan letak pemilik suara, rupanya ada tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya. Pipi Shey memerah malu karena suaranya tadi cukup kuat.
"A-aku ke dapur dulu. Mau minum." ucapnya kaku. Tidak ada cara lain untuk menghilangkan rasa malu selain menghilang.
"Loh, ngapain?" tanya Kisa kebingungan. "Di sini aja. Duduk sini duduk."
Mau tak mau Shey menurut saat sang mama mengajaknya duduk bersama. Kini semuanya berkumpul di ruang tamu. Memenuhi sofa yang tersedia.
Dari perbincangan ini Shey tahu bahwa tamu yang datang ini adalah teman akrab sang papa. Yang akan makan malam di rumahnya. Baiklah baiklah. Ia sudah paham.
"Rey mana, jeng?" tanya Kisa di sela-sela heningnya pembicaraan.
"Masih ngajar les muridnya." jawab Arin, wanita seumuran Kisa yang tadi memuji Shey cantik.
"Oh, selain ngajar di sekolah, Rey ngajar les juga? Wah, apa ga cape itu ya. Saya aja bolak-balik kantor rumah berangkat pulang udah cape." ucap Henry diselingi tawa olehnya.
Tawa turut merebak bersamaan dengan guyonan para orang tua itu. Shey dan sang kakak hanya saling pandang. Keduanya turut tertawa meskipun skalanya sangat kecil.
"Itu emang karena kamu yang udah tua, Hen. Bukan karena bolak-baliknya." balas Erwin, suami tante Arin yang turut tertawa.
Yaa begitulah perbincangan orang tua. Tidak ada yang lucu pun tertawa ngakak sebagai pencair suasana.
Cukup lama, makan malam belum dimulai juga. Mereka masih menunggu kedatangan manusia yang dipanggil Rey itu. Sedari tadi belum menampakkan batang hidungnya.
Arin sudah beberapa kali menelepon putranya itu. Tetapi tidak satupun ada yang diangkat atau minimal dibalas dengan sebuah pesan.
Mereka menyerah. Arin mengatakan lebih baik makan malam dimulai sekarang biarlah nanti Rey menyusul dan langsung ikut bergabung. Akan semakin larut jika menunggu laki-laki itu datang.
Shey hanya mengikuti kemana rombongan itu. Menuju meja makan.
Entah sengaja atau tidak, ia seperti dipilihkan untuk duduk di tengah-tengah. Biasanya ia akan duduk di paling pinggir agar mudah keluar, tetapi posisinya kini diapit sang mama dan sang kakak.
Kursi tepat di depannya kosong. Sepertinya sengaja dikosongkan untuk sosok Rey itu. Semuanya sudah bersiap dengan piring masing-masing. Lauk, sayur dan sebagainya terhidang siap untuk dinikmati.
"Assalamualaikum, selamat malam. Maaf saya telat." Salam dari seseorang ini membuat semua manusia di meja makan menoleh.
"BAPAK?!?"
———
bapak siapa tuh😲😳
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND TEACHER
Romance⚠️21+ MATURE CONTENT AGE GAP STORY ⚠️ ❝Bekas bibir kamu manis. Rasanya saya seperti sedang berciuman langsung❞ ❝Kamu mau dicium saya?❞ ❝Ehm, kamu telanjang dada juga? Sama seperti saya?❞ ❝Olahraga sama mas ga akan sakit-sakit. Kamu tinggal diem nant...