17. [ A L V I N P T ³ ]

1.3K 53 3
                                    

Bruk!

Bruk!

Pringg..

Beberapa kali lemparan bola basket itu masuk ke dalam Ring, mata nya menatap sinis pada orang yang tengah duduk santai digajebo. Melempar kembali bola basket itu kedalam ring dengan keras.

Bruk!

"Santai aja kali." ucap Alvan sembari memakan salad buah yang dibuat oleh Rezhita.

Alvin yang mendengar itu lantas melempar bola kearah gajebo, namun bolanya melenceng jauh dari gajebo. Sejak kejadian kemarin Alvin jadi trauma dekat-dekat dengan Alvan, tidak lupa dengan dirinya yang seperti memusuhi abangnya itu.

Dan ya, Alvin juga trauma tidak memakai celana. Buktinya, sekarang ia memakai celana pengaman itu. Seharusnya sekarang ia tengah tidur-tiduran santai dikamar, tapi gara-gara Alvin dilanda kebosanan, jadi ia memutuskan ingin main.

Tapi sayang, ia tidak boleh main keluar rumah dengan mamanya itu. Tapi dengan memaksa Mamanya buat mengizinkan ia main keluar. Alhasil, ia bermain basket dilapangan belakang rumah milik keluarganya dengan ditemani oleh Alvan.

"AKHH!..."

Alvin berteriak kencang sampai Rezhita yang tengah memasak didalam rumah sampai pergi keluar. "KENAPA DEK?!" Pekik Rezhita dari ujung lapangan.

Alvin menghela nafas kasar, lantas berjalan mendekati Rezhita dengan jalan yang sedikit mengangkang."Mama..."

"Kenapa sayang, ada yang sakit?" Tanya Rezhita khawatir.

Rezhita sedikit parno kalau mendengar anaknya teriak seperti itu, takut-takut kejadian kemarin terulang. Mana Alvin bermain ditemani oleh Alvan, meningkat lah rasa parno nya Rezhita.

"Kapan sembuhnya sih." Alvin memeluk sembari menyembunyikan wajahnya kedalam dada Rezhita."Alvin bosen ma..."

"Nanti sembuhnya sayang, makanya Alvin jangan ngeluh terus dong." Rezhita mengusap kepala Alvin.

"BANG! TOLONG ANGKAT AYAM DIKUALI! TAKUT GOSONG ITU!." Pekik Rezhita.

Rezhita baru ingat kalau ia sedang menggoreng ayam tadi, malah ia tinggal begitu saja. Alvan yang mendengar itu hanya menurut, padahal dalam hati ia sangat malas untuk melakukan nya. Tidak apa, demi Mama tercinta.

Alvan melihat sekilas keadiknya itu, sedari kemarin Alvin tidak ingin sekali dekat dengan nya bahkan bicara saja tidak. Sudah beribu bujukan untuk mendapatkan maaf dari Alvin, sampai-sampai ia membelikan lima kaset game baru buat Alvin, namun tetap saja tidak ada respon dari adiknya itu.

"Masuk aja yuk! mataharinya udah mulai terik, nanti lukanya tambah sakit, loh" ajak Rezhita yang dituruti oleh Alvin.

"Mama, empat hari lagi Alvin mau lomba. Kalau ini belum sembuh gimana?"

Rezhita mengusap rambut lepek Alvin yang sudah banyak keringat. "Kalau belum sembuh, berarti enggak usah lomba dulu."

"Enggak mau ma..." Rengek Alvin yang sudah mengglosor disofa."Alvin mau lomba pokoknya!"

"Ya kalau belum sembuh, mau gimana lagi sayang?"

Rezhita menghela nafas lelah melihat bungsunya ini merengek sembari air mata anak itu keluar."Iya, nanti ikut lomba. Tapi sembuh dulu baru di izinin buat lomba."

"Seharusnya udah sembuh! gara-gara abang geh!" Kata Alvin sembari melirik sinis Alvan yang baru saja duduk disofa.

"Ya maaf sih" sahut Alvan.

Alvin memukul sofa itu kesal, lantas menangis dibalik bantal sofa yang ada diatas wajahnya."Akhh...! harusnya udah enggak sakit lagi, Hiks... adek benci pokok nya, kesel, kesel, kesel. HUH!..."

ALVINZO RELFFANZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang