Misi selanjutnya pun datang.
Wanwan terkesiap. Ling akan bersamanya sepanjang misi? Bagaimana dengan Yin, Baxia dan Zilong?
Ling berdehem, melihat Wanwan melamun. "Pastikan misi ini tidak gagal." Ucapnya dingin. Wanwan tersentak kaget.
Ling memutar bola mata malas meninggalkan Wanwan sendiri disana. Wanwan menghela napas kasar. "Sulit sekali membuatnya tersenyum..."
Wanwan mendengus, geleng-geleng kepala, menepis gumamannya tersebut. "Ling, tunggu!"
***
Mereka berjalan meninggalkan tempat awal pembagian misi. Mengambil senjata masing-masing, perlengkapan untuk misi. Perjalanan lenggang sejenak. Wanwan sepertinya masih bingung memikirkan cara untuk mencairkan suasana, apalagi dengan kulkas dua pintu di sebelahnya.
"Tak seperti biasanya. Kenapa kau diam, Wanwan?"
Wanwan terperangah tak percaya. Ling memulai percakapan. Seperti keajaiban dunia yang kedelapan.
"A-ah, entahlah, aku tak terlalu memikirkannya.""Lagipula, aku yakin kau juga tak akan menanggapiku, apalagi peduli." Sambung Wanwan lagi. Ling terdiam.
"Tidak juga, justru menyenangkan mendengar suara celotehanmu yang menggemaskan itu." Ling bergumam pelan. Iris coklat Wanwan yang samar-samar mendengarnya berbinar.
"Apa kau bilang? Apa kau akan dengan senang hati mendengarkan ku? Woah!" Wanwan berseru girang melompat-lompat seperti anak kecil di depan Ling.
"E-eh? Tidak-tidak, kau salah paham. Huft, kau selalu menyebalkan. Kekanak-kanakan."
Iris coklatnya yang berbinar seketika sirna. Aneh, padahal sudah biasa dia diperlakukan seperti itu oleh Ling.
Tapi perkataannya kali ini terasa... Sedikit membekas.
Wanwan terdiam sejenak, mulai berjalan normal kembali. Diam seperti kata Ling. "Baiklah, aku akan berhenti. Aku tidak akan mengusikmu hari ini."
Ling menatap Wanwan, sedikit heran. Namun ya, siapa peduli. Baguslah jika ia mau diam.
***
Bagus darimana?
Perjalanan terasa sangat sepi. Suasana hening. Wanwan benar-benar serius, diam dan sunyi kali ini, tak mengeluarkan sikap kekanak-kanakannya lagi.
"Ling, bolehkah aku bertanya?" Akhirnya topik kembali dibuka setelah cukup lama mereka berjalan dalam keheningan.
Seringaian kecil terukir di wajah Ling. "Boleh saja, apapun kecuali rok mini itu." Wanwan menggeleng, tertunduk. Bukan itu.
Dahi Ling berkerut, "Lalu?"
"A-ano... Apa tipe gadis... Idealmu?" Kalimatnya terbata-bata, malu-malu dan ragu menanyakan hal itu.
Ling sedikit terkejut, "Tentang itu--"
"Awas, Ling!"
Kalimat Ling belum selesai, tiba-tiba, beberapa bilah kunai melesat, mendekati dan siap menembus tubuh mereka.
Beruntung, Wanwan menyadarinya dengan cepat. Lantas ia reflek mendorong Ling, menghindari serangan itu. Sial bagi Wanwan, tiga kunai tertancap di lengannya. Terjatuh. Wanwan memegangi lengannya, mencoba menahan ringisan kesakitannya.
"A-akh..."
"Serangan mendadak. Kau baik-baik saja, Wanwan?" Ling memasang kuda-kuda bertarungnya, lantas bertanya dengan nada khawatir, menoleh ke Wanwan. Wanwan hanya mengangguk. Aku tidak apa-apa.
Ling mendengus marah. Dengan pedang terhunus, ia berdiri di depan melindungi Wanwan. "Kau bisa merawat lukamu sendiri, bukan? Aku akan melindungimu." Ujarnya. Kuda-kuda bertarungnya sudah mantap.
Wajah Wanwan bersemu, mengangguk. Mulai mencabut kunai, merawat lukanya.
"A-akh..." Ringisan lirih terdengar dari mulut Wanwan.
"Kau tak apa-apa?" Ling menoleh, raut wajahnya terlihat khawatir.
Tangan sebelah Wanwan melambai, "Fokus dengan misi. A-aku baik-baik saja." Ujarnya sambil tersenyum.
Ling mendengus pelan. Harusnya kau lebih mengkhawatirkan dirimu sendiri kali ini, Wanwan!
Tak lama, Wanwan telah selesai membalut lengannya. Ia berdiri perlahan, sedikit ringisan sebelum akhirnya memasang kuda-kuda bertarungnya.
"Kau bertahan di belakang, biar aku yang urus hal ini." Ling menoleh ke belakang. Tatapannya terlihat sangat khawatir, lebih dari yang tadi.
Wanwan menggeleng tegas. Tidak!
Ling menghela napas kasar, "Baik, terserah kau saja."
Dari kejauhan, sejumlah orang terlihat berlari dengan cepat, mendekati mereka. Mata Wanwan dengan tajam memindai dan mengamati jumlah mereka.
"Lima orang, Ling." Bisiknya. Ling mengangguk, informasi diterima.
Orang-orang itu semakin dekat. Dengan Dart andalannya, Wanwan mulai membidik, menembaki mereka. Ling dengan lincah, lompat dan melenting di antara pohon-pohon, menghabisi lawan dari belakang.
Benar saja, tak perlu waktu lama. Ling menyelesaikan semuanya dengan cepat. Wanwan menghela napas lega.
"Wanwan, kau tidak apa-apa, 'kan? Apa lukanya terlalu sakit? Pendarahannya masih keluar?" Ling melesat menghampiri Wanwan, menatapnya khawatir.
Hei, kalian akan jarang sekali melihat Ling bertanya sebanyak itu, dan sekhawatir itu kepada seseorang. Mungkin, Wanwan yang pertama merasakannya.
"Iya, a-aku baik-baik saja." Wanwan bangkit, memegangi lengannya.
"Kau bisa berlari?" Tanya Ling, Wanwan tidak menjawab. Ling mendengus, mengangguk mantap. Baiklah.
Sejenak, tangan kiri Ling sudah memegang bahu Wanwan. Tangan kanannya menopang kakinya, mengangkat dan membopong tubuh mungil Wanwan di depan dada.
Wanwan berteriak, wajahnya memanas. "L-ling! Apa yang kau lakukan?"
Ling mendengus kesal, "Melanjutkan perjalanan, apalagi?"
"Aku bisa sendiri!"
"Terlalu lamban, waktu akan terbuang banyak." Ling berlari, meninggalkan tempat bekas pertarungan kecil itu.
Tentu saja. Wajah Wanwan memerah, malu. Kenapa Ling jadi begini kepadanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Completed. [Ling x Wanwan]
RomanceMobile Legends Fanfiction Story [Ling x Wanwan] "Misi selesai. Musuh tereksekusi, Kau pun kumiliki." -Ling Wanwan pastilah tak akan menyangka apa yang saat misi di hari itu. Perjalanan pulang saat malam hari. Dengan bulan dan cahaya terangnya yang...