Dare dua puluh delapan

147 12 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

"Stt..." sesekali Zehra meringis seraya menatap lelaki dengan sangat hati-hati menempelkan plester pada luka di sikunya untung tidak ada luka serius hanya luka-luka goresan berdarah. Zehra kembali membuang muka setelah lelaki yang berjongkok di hadapannya selesai mengobati lukanya.

"Tatap aja terus biar tambah suka!" Arlon tersenyum kecil menatap Zehra masih berjongkok lalu menepuk kedua tangan beranjak dari posisinya.

"Lo kalo ngomong ceplas-ceplos ya. Asal lo tau, Gak semua orang suka lo!" Cerca gadis berkuncir kuda itu, memutar bola matanya malas.

"Gak masalah. Tapi kelebihan gue bisa buat orang suka sama gue. Termasuk orang kaya, zer! Mau bukti?" Jawabnya enteng diikuti senyuman membuat Zehra semakin malas menanggapinya. Bagi Zehra, Arlon itu hanya mempermainkannya tidak salah lagi mengingat banyak gadis yang menjadi objek keplayboyan kawannya maupun Arlon sendiri.

"Gak jelas!"

"Kita mau kemana sekarang?" Tanya Arlon menatap kesana-kemari sudah sore mungkin tidak ada salahnya berjalan-jalan sebentar dengan gadis itu walaupun raut Zehra nampak malas meladeninya.

"Pulang." Balasnya singkat tanpa menatap Arlon. Zehra memegang dinding jalan itu dengan hati-hati berdiri hanya sedikit rasa ngilu tapi tidak berarti dia tidak bisa jalan.

"Lo bisa 'kan?"

"Gue gak papa. Cuma kepeleset doang kali bukan kecelakaan!" Ketusnya menolak bantuan lelaki di hadapannya melangkah pergi mendahului lelaki bernama Arlon itu.

"Di galakin malah makin semangat gue halalin lo, Zer!" Katanya amat sangat semangat menyamai langkah Zehra. Gadis itu melirik sekejap lelaki di sampingnya baru menyadari lelaki itu bahkan tidak membawa ransel ataupun motornya kemari.

"Oke. Gue temenin, mau lo ke ujung dunia pun gue temenin lo, Zer!" Tambahnya bersemangat. Zehra menggeleng aneh ada saja lelaki macam Arlon memiliki banyak penggemar wanita padahal hanya modal tampang.

"Emang lo tau ujung dunia di mana? Enggakan! Suka asal ngomong sih." Gadis beransel pink itu kembali membalas sembari melirik Arlon sekejap.

"Gue gak tau ujung dunia yang pasti dimana. Tapi ujungnya buat dapetin hati lo," Selalu saja berujung gombalan tidak pernah Arlon menanggapi lawan bicaranya serius sangat jauh berbeda dengan Alvin seakan Arlon itu kebalikan dari Zehra yang pendiam.

Tak sengaja mata Arlon melirik sisi kiri jalanan ada selembaran kertas berharga berwarna kuning tergeletak begitu saja bahkan tidak satupun orang sekitar menyadarinya. Dia memungut selembaran uang itu, "Rezeki nomplok gue nemu duit lima rebu. Kita bagi dua?"

Zehra melirik apa yang di lakukan lelaki di sampingnya selembar uang lima ribu   lusuh dipegangnya. Lelaki itu tanpa ba-bi-bu menarik lengan Zehra bersamanya. "Lo mau bawa gue kemana?"

Warung sederhana dipinggir jalan Arlon menghentikan langkahnya begitupun sang gadis yang dirinya genggam tanpa disadari. Lelaki itu mendekati kulkas berisikan berbagai macam eskrim membelikan dua eskrim rasa vanila dengan lembaran uang hasil nemu di jalan tadi.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang