Lebar kedua; Ketika semesta egois.

238 126 29
                                    

"Kamu berharap apa pada dunia yang alurnya saja sulit ditebak?"


-Haikal

Semua siswa-siswi berhamburan dari kelas usai bel berbunyi tiga kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua siswa-siswi berhamburan dari kelas usai bel berbunyi tiga kali. Dari seribu lebih insan pelajar, seperduanya terlihat berbondong-bondong menuju kantin untuk menuntaskan rasa lapar atau sekadar membeli minuman lalu kembali lagi ke kelas. Serayu juga demikian, ia terlihat sedang berburu minuman dengan puluhan murid lain.

Setelah satu gelas es teh sudah ia dapatkan, Serayu tidak berniat untuk langsung kembali ke kelas, ia malah melihat sekeliling, mencari siswa yang tidak terlihat batang hidungnya sejak tadi pagi.

Tepat dimeja paling pojok, orang yang Serayu cari muncul juga.

"Haikal!" teriaknya lantang. Si empunya nama lantas celingukan, mencari asal suara.

Haikal menoleh, yang dia temui hanya gadis berpostur pendek dengan rambut di gerai. Memakai pita pink kecil sebagai hiasan.

Haikal tersenyum sebentar, sebelum Serayu menatapnya tajam. "Jangan kabur!" Dia berlari kecil, menuju meja yang nyatanya hanya ditempati oleh Haikal seorang. "Ikal, kamu punya dendam apa, huh?"

Jelas Haikal kebingungan, dia tak merasa membuat satu pun kesalahan pada Serayu. "Apa? Dendam apa? Emang aku ngapain? Coba ngomong pelan-pelan."

"Pura-pura gak tahu." Perempuan itu mendudukkan dirinya di samping kanan Haikal. "Kamu bilang ke Agas kalau aku mesra-mesraan sama Mamang potokopi, kan?"

Mendengar kalimat itu, Haikal tersedak minumannya sendiri. Sampai ponsel yang sejak tadi ia genggam ikut basah. "Si Bagas percaya? Demi apa Bagas percaya?!"

Setelahnya, tawa Haikal memenuhi seisi kantin, siswa-siswi yang lain bahkan menatap objek yang masih sibuk tertawa bak orang yang kesetanan.

"Serayu ....Aku mah becanda. Bagas nya aja yang error."

"Samanya geh. Kamu kan tahu kalau Bagas gak bisa diajak becanda. Agas itu tipe cowok semua diseriusin." Serayu malah mendapat mimik tak bersalah dari lawan bicaranya. "Denger gak?"

"Iya denger." Haikal menjawab sembari mengelap bulir air yang tadi membasahi ponselnya.

"Kamu kayaknya udah cukup akrab sama Agas."

"Nggak juga, tapi iya juga."

Serayu kembali memukul singkat sahabatnya itu. "Iya apa nggak?"

"Iya, Sera. Iya."

Detik itu, keduanya malah membisu sampai beberapa waktu.

"Makan?" tanya Serayu singkat di tengah keheningan kantin pukul sepuluh pagi.

"Mau? Pesen sana, aku yang bayar."

Serayu ragu, Haikal sering sekali menjahilinya. "Bohong."

"Ngapain bohong? Kalau ke kamu aku gak suka bohong, kan sukanya ... mie ayam, gih sana pesen, keburu bel masuk." Haikal mendorong pelan perempuan disampingnya, terkesan seperti usiran halus. Serayu adalah cewek dengan perut karung, Haikal tahu itu.

Rintik Sedu Di Kota Hujan [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang