Casamentero

1.6K 209 38
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Sinar matahari yang panas diluar sana mampu menembus ke dalam ruangan yang berisikan seorang Ayah dan seorang putrinya. Dua manusia berbeda usia itu saling berdiam diri setelah sesaat tadi melakukan perdebatan panas. Uppps, rupanya bukan sinar matahari menembus ruangan yang membuat suhu didalam panas, melainkan perdebatan keras antara Ayah dan putrinya.

Hinata masih tetap diam, jika tentang urusan hati dan cinta, ia akan berusaha untuk mempertahankan apa yang memang harus ia pertahankan. Sikapnya ini terkesan seperti anak yang durhaka, pembangkang, dan lain sebagainya. Namun, bukankah cinta akan lebih indah dan berwarna saat kedua belah pihak saling mencintai? Benarkan? Ya, pasti benar. Jadi, yang dilakukan Hinata saat ini hanya lah demi kebahagiannya di masa depan. Meski ia sadar bahwa belum ada jaminan cintanya akan dibalas oleh pria yang kini menangungi hatinya.

Perjodohan, Klasik sekali bukan? Konyol sekali bukan? Di jaman modern seperti ini, Ayahnya masih saja memberlakukan sistem seperti itu. Apa Ayahnya itu tidak sadar jika memiliki putri yang sangat dikagumi banyak lelaki tampan nan kaya di luaran sana? Mungkin itulah sedikit gambaran tentang perasaan Hinata saat ini.

"Kau tetap menolak?" Hiashi memulai percakapan kembali, beliau tau jika anak sulungnya keras kepala. Dan itu adalah turunan darinya.

"Ya," jawab Hinata singkat.

Hiashi mengangguk, "Baiklah," merasa tenang dengan jawaban sang Ayah? Tidak kawan, bagi Hinata ucapan Ayahnya yang seperti itu adalah sebuah kata ambigu. Dimana pasti ada sesuatu yang akan terjadi lebih dashyat dan tidak terpikirkan oleh otak pintarnya. Hinata diam, bersiap menyusun kata sanggahan untuk pernyataan yang keluar dari Ayahnya. Sudah ia prediksikan jika itu bukanlah pernyataan yang menguntungkan untuknya.

"Ayah akan melengserkan jabatanmu." Titik. Setelah mengatakan itu, Hiashi keluar dari ruangan sang putri. Sedangkan Hinata terpaku ketika mendengar pernyataan yang juga bermakna perintah dari Ayahnya.

Apa kali ini ia salah dengar? Hinata meraup wajahnya cemas, ia tidak mau dilengserkan dari jabatannya saat ini. Tidak, tidak akan pernah. Untuk berada di posisi ini, Hinata banyak mengorbankan waktu dan hidupnya. Bahkan masa remaja nya yang harusnya diisi dengan berjuta kenangan indah bernuansa merah jambu, harus Hinata relakan ia isi dengan belajar, belajar, belajar dan terus belajar. Sehingga sampai saat ini, gadis cantik itu belum pernah merasakan rasanya mempunyai kekasih.

"Sial...!" Umpat Hinata pelan. Duduk di kursi kebesarannya, kedua tangannya ia gunakan untuk menyangga kepalanya. Sungguh, saat ini rasanya kepala Hinata berputar sampai rasanya ingin sekali muntah.

***

Namiuzu corp, terlihat hening, semua pekerja perusahaan ini begitu taat peraturan. Mereka seakan berlomba dalam bekerja, padahal tidak ada yang akan memberi bonus untuk mereka meski mencapai titik puncak. Presdir mereka sudah berganti sejak satu tahun yang lalu, dimulai sejak saat itulah Namiuzu berubah mencekam, saat Naruto Namikaze menjabat sebagai Presdir baru menggantikan sang Ayah, Namikaze Minato.

"Shikamaru..."

"Apa? Kali ini apa yang akan kau banting?" Langsung pada intinya, bukan tanpa alasan Shikamaru menjawab seperti itu. Dan itu semua karena sahabat sekaligus Bos-nya ini tadi melihat Hinata bersama seorang pria yang tidak lain adalah sahabat gadis itu, Kiba Inuzuka.

"Ck... Berisik...! Cepat ambilkan semua berkas hasil rapat tadi. Aku ingin semuanya ada disini sekarang," titah Naruto. Shikamaru tentu saja hanya mampu melongo. Hey, perintah Naruto kali ini sungguh tidak masuk akal. Baru sepuluh menit mereka selesai rapat, dan Naruto sudah meminta berkas? Wah, rupanya Shikamaru harus benar-benar serius memikirkan cara untuk mengikat Hyuuga Hinata disamping Naruto. Ada saran? Info mbah pelet misalnya? Atau jajaran dukun handal?

CASAMENTEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang