Coffee

84 2 0
                                    

Mulmed: Joe

3.00 PM. Wanita itu terbangun dari tidurnya. Penyakit insomnia yang dideritanya ternyata belum sembuh sepenuhnya. Dia lalu meninggalkan tempat tidur tempat suaminya terlelap dan menuju dapur. Air putih biasanya bisa membantunya tidur.

Tapi ada sesuatu yang salah. Kamar keponakannya, Rick terbuka sedikit dengan cahaya lampu biru yang keluar dari celah pintu. Menyadari ada yang salah, wanita itu mencoba memasuki kamar Rick untuk mematikan lampunya. Tapi seseorang yang sedang mengetik di dalamnya sama sekali tidak menoleh ketika pintu kayu itu berderit. Tumpukan buku di sebelahnya menjelaskan kalau Rick memang sedang sibuk dan tidak sebaiknya ditanya.

"Pagi, bi" sapa Rick tepat sebelum Bibi Alda meninggalkan kamar itu. "Kalau kau bertanya-tanya sedang apa aku, aku sedang mencari informasi tentang profil seseorang." Rick membalikan tubuhnya dari kursi putar. "Bagaimana kau mencari profil seseorang lewat buku-buku ini?" Bibi Alda menggangkat sebuah buku dan kemudian menyeringit melihat semua buku di sana adalah buku sejarah kerajaan inggris.

"Aku rasa aku mendapat ilham dari mimpiku semalam, Rick" kata Paman Joe yang melemparkan koran ke meja makan lalu duduk. Rick dengan cepat meraih koran itu dan membacanya. "Tidak mungkin" Rick mengunyah sandwichnya dengan mata kagum tertuju pada koran itu. "Koran lama, aku lupa aku menyimpannya karena mereka entah sengaja atau tidak membocorkan keturunan kerajaan inggris yang hilang. Yang bisa kau baca tinggal di sebuah kota yang sudah di tinggalkan, membentuk sakte gila."

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kau dan pamanmu sama-sama bertingkah aneh" tanya Bibi Alda yang sedang menyetir menuju SMA Rick. " Jadi, kami bertaruh. Jika aku dapat mengehui fakta mengenai berita simpang siur adanya 'keturunan kerajaan inggris yang hilang' paman akan menjadikanku asistennya untuk menyelesaikan kasus". Mobil Mercedes tua itu berhenti di depan SMA. "Apapun itu, aku tidak mengapa kau ingin sekali menjadi asistennya" Rick hanya tersenyum lalu meninggalkan mobil.

Tumpukan file baru saja Bibi Alda letakkan di mejanya. Banyak pekerjaan yang harus dikerjakannya. Laporan keuangan bulan ini telah diminta oleh sang direktur.

***

"Orang itu menolak di interogasi. Dia memakai hak untuk diam" Detektif Dunphy keluar ruang interogasi dengan kecewa. "Ya, aku melihatnya" balas Detektif Joe. Mereka berpasangan dalam kasus pembunuhan remaja perempuan yang di temukan tewas di halaman rumah tua. "Tidak ada pilihan lain. Forensik" Joe lalu beranjak dari tempatnya. Mengambil kunci mobil untuk pergi ke apartemen Skyler. Terduga pelaku. Sementara Syler di tahan selama penyelidikan berlangsung.

Joe, Dunphy, dan dua orang anggota polisi memasuki apartemen murah itu. Semuanya tertata rapih. Semuanya berada di tempatnya. Dengan karpet hitam di seluruh ruangan, membuat Joe dan Dunphy jelas curiga. Dunphy mengangkat ujung karpet itu. Tepat. Darah kering meresap ke bagian belakang karpet. Joe menggunakan guntingnya untuk memotong sedikit bagian karpet.

Setelah satu jam mencari bukti lain di kamar kecil itu, mereka tidak menemukan senjata apa pun. "Seperti biasa, lihat di selokan sekitarnya." Kata Jeff, polisi senior yang ikut dengan mereka. Usul Jeff masuk akal. Biasanya, jika jarak tempat tinggal tersangka dengan tempat tinggal korban dekat, tersangka akan membuang senjatanya di sekitar jalan. Mungkin di selokan atau di semak-semak.

"Paman!" Rick yang terengah-engah seperti habis berlari menghampiri Joe di semak-semak dekat TKP. "Ada apa Rick?" Tanya Joe kesal dengan masih memegang radionya. Rick menunjukan pedang berukuran kurang lebih 50 cm berlumuran darah kering. "Apa ini?" Joe memegang pedang itu dengan tangan terbungkus sarung tangan. "Aku menemukannya di selokan sebelah sana. Mungkin ini senjata yang dipakai pelaku." Tatapan Rick menjadi serius. "Rick, jangan main-main, aku tidak bodoh." Joe meletakan pedang itu di tanah. "Paman, aku tidak main-main. Kau bisa membuktikannya lewat DNA. apa salahnya?"

***

Mobil Alda berhenti di kantor polisi. Rick tadi telah menelponnya untuk menjemputnya di sana. Joe dan Rick pada saat itu juga keluar dari kantor polisi. Menaiki mobil Alda. "Kenapa kau bisa di sini, Rick?" Alda lalu melajukan mobilnya. "Aku berhutang padanya. Dia menyelesaikan kasusku dalam sehari!" Joe menengokkan kepalanya ke belakang. Rick hanya mengangkat bahunya.

###########################

This chapter is the way too short. I know. Coz I made this chapt just as an intro. Bye.

AbandonedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang