10. Now That His Loved One Has Left Him

18 3 0
                                    

Suasana kamar yang pengap. Jendela dan pintu tertutup rapat, semua terlihat gelap. Yeonjun duduk disudut ruangan, dengan kantung matanya yang menghitam, rambutnya berantakan, dan selimut biru muda milik mendiang ibunya menyelimuti tubuhnya. Pemuda itu menatap kedepannya dengan tatapan kosong.

Sudah seminggu, dan dia masih belum bisa melepaskan kepergian ibu tercintanya.

Yeonjun bahkan membuat hpnya menggunakan airplane mode supaya tak ada yang bisa menghubunginya. Kakak sepupunya berkali-kali mengetuk pintu kamarnya tapi Yeonjun tak kunjung membukakannya.

Dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya, dia menyalakan lagu dengan suara tinggi ketika dia mendengar suara keempat teman-temannya di depan pintu.

Ibunya. Ibu tercintanya. Beliau sudah pergi. Pergi dan tidak akan kembali lagi. Tidak akan pernah.

Yeonjun kembali terisak. Tangannya berada dilehernya, dia mulai menggaruk lehernya dengan agresif, membuatnya sedikit lecet. Dia kemudian menjambak rambutnya, menggigit bawah bibirnya hingga mengeluarkan darah.

Banyak hal yang belum Yeonjun katakan pada ibunya.

Masih banyak lagi hal yang Yeonjun ingin lakukan bersama ibunya.

Kalau saja dia tahu bahwa ibu sedang sakit saat itu, mungkin dia bisa menemaninya sampai akhir. Sayangnya itu sudah terlewat.

Ibunya memohon pada ayah untuk tidak memberitahukan Yeonjun tentang penyakitnya, karena beliau ingin Yeonjun untuk tetap fokus latihan dan terus mengejar impiannya.

Kenapa? Kenapa tidak ada yang memberitahunya? Kenapa tidak ada yang bilang bahwa saat itu ibunya sedang sakit? Dia anaknya, dia punya hak untuk tahu akan hal itu.

Yeonjun kembali menggaruk-garuk lehernya yang tak gatal itu, dia berusaha sekuat mungkin untuk berhenti menangis. Namun dia tidak bisa.

Pemuda itu menjerit frustasi dan membanting kepalanya kelantai. Terus menangis sampai ia kelelahan.

🎼🎼🎼

Sudah malam dan Yeonjun masih bisa mendengar bahwa teman-temannya masih di rumahnya. Ayahnya khawatir karena dia tak pernah keluar dari kamarnya, bahkan tak mau membuka pintunya sedikitpun.

Yang ayahnya bisa lakukan hanya menaruh sepiring makanan didepan pintu dan memohon pada Yeonjun untuk mengambilnya.

Tentu saja pemuda itu mengambilnya ketika ayahnya tidak melihat, walaupun dia hanya memakannya saat dia lapar saja. Dan itu jarang terjadi. Entah kenapa perutnya tak pernah protes walaupun dia tak memasukan makanan selama berjam-jam.

Terdengar suara ketukan pintu pelan.

"Kak Yeonjun?" Panggil Taehyun.

Yeonjun mengambil earphonenya kembali, siap untuk menutup kedua telinganya dengan musik yang suaranya sangat keras. Namun gerakannya terhenti saat pemuda-pemuda yang diluar lanjut berbicara.

"Kak Yeonjun, ini kita. Kita tahu kakak pasti sangat sedih. Tapi jangan seperti ini. Makanlah sedikit, kalau tidak makan apa-apa nanti kakak akan sakit." Ujar Heuning.

Yeonjun menggelengkan kepalanya.

Hentikan.

"Kak Yeonjun, apa kita boleh masuk?" Lanjut Soobin.

Hentikan.

"Kita bisa berbicara bersama. Jangan berpikir kalau kakak sendirian. Kita ada bersama kakak."

Hentikan.

Hentikan.

HENTIKAN!!!

"BERHENTI MEMBERITAHUKU APA YANG HARUS KULAKUKAN! BIARKAN AKU SENDIRI! PERGI JAUH-JAUH!! AKU TAK BUTUH SIAPAPUN!!" Yeonjun melemparkan bantal guling kearah pintu, membuat suara hentakan sedikit keras.

Air matanya kembali mengalir, dia mencakar pipinya hingga meninggalkan bekas.

"Ugh... ung... ibu...aku kangen... hiks..."

Yeonjun mengerti sekarang. Kehilangan seseorang yang sangat kita cintai bukanlah hal yang mudah.

🎼🎼🎼

Minggu kedua akhirnya pemuda itu memutuskan untuk keluar dari kamar. Dengan kondisi yang mengerikan, lehernya merah, ada bekas cakaran di pipinya, kantung matanya menghitam.

Ayah langsung memeluknya dengan erat begitu Yeonjun keluar dari kamarnya.

"Nak, kamu kenapa?" Tanya sang ayah khawatir melihat kondisi Yeonjun.

Yeonjun tersenyum kecil.

"Gak apa, kok, Yah. Cuma capek sedikit soalnya Yeonjun gak bisa tidur." Jelas pemuda itu.

Ayah mengangguk senang, dia kembali memeluk putranya itu. Yeonjun satu-satunya orang yang beliau punya sekarang, begitu juga dengan sebaliknya.

"Ayah, Yeonjun harus kembali ke apartemen, Yeonjun harus masuk sekolah. Sudah dua minggu tidak masuk."

"Pergilah, nak. Jangan lupa datang berkunjung setiap kamu bisa, ya?"

Yeonjun tersenyum dan mengangguk lembut.

🎼🎼🎼

Yeonjun tiba di apartemen saat pukul 10 malam. Dimana ia mengira semua teman-temannya sudah tertidur, namun ia salah. Karena Soobin sedang melamun diluar apartemen sambil mendengarkan lagu. Yang lebih muda menyadari akan kehadirannya. Dia melebarkan matanya dan tersenyum.

"Kak Yeonjun!" Sapanya. "Bagaimana perasaan kakak?"

Yeonjun berjalan kesebelahnya.

"Sudah jauh lebih baik." Yang lebih muda mengangguk. "Kenapa Soobin gak tidur? Ini sudah jam 10" Tanya Yeonjun.

"Ah... Soobin gak bisa tidur. Jadi Soobin keluar buat nyari udara sebentar." Jelas Soobin.

Keduanya terdiam, bukan karena suasana awkward, melainkan karena mereka tengah sibuk menikmati angin yang menghebus ke wajah mereka.

Soobin menyerahkan earphone kirinya pada Yeonjun dan memintanya untuk menggunakannya. Dan Yeonjun pun menurut tanpa berkomentar.

Yang lebih muda merasa aneh karena Yeonjun bersikap sangat dingin. Mungkin karena Yeonjun belum sepenuhnya 'baik-baik' saja, maka Soobin memutuskan untuk diam dan tak bertanya.

"Kak Minho beberapa hari ini datang ke apartemen. Dia terus-terusan bertanya kapan kakak akan--"

"Beritahu kak Minho kalau kakak berhenti." Jawab Yeonjun dingin.

Soobin mengerjap terkejut. Apa Yeonjun baru saja memotong ucapannya? Dia tak pernah melakukan itu. Dan juga, apa maksudnya berhenti?

"Apa-- kenapa?" Tanya Soobin.

"Kakak hanya memutuskan untuk berhenti. Tak ada gunanya kakak menghabiskan waktu berbulan-bulan disana." Jelas Yeonjun tanpa menatap Soobin yang masih syok.

Soobin tahu Yeonjun sangat ingin menjadi seorang idol ataupun dancer. Tapi apa ini? Apa yang membuatnya berpikir bahwa dia hanya membuang-buang waktunya disana?

"Sudah, jangan ajukan pertanyaan lagi dan ayo masuk. Sudah terlalu larut."

Yeonjun masuk kedalam apartemen, meninggalkan Soobin yang masih terdiam diluar sambil menatap pintu.

Ini perasaanku aja atau memang di leher kak Yeonjun ada bekas cakaran, ya?

.
.
.
.

(A/n: aku ceritain cerita ini ke kakakku, terus kakakku ngambek. Dia bilang "jahat ih kamu, padahal aku suka banget sama ibunya Yeonjun😭" )

One Dream ||TXT Friendship AU (Completed)Where stories live. Discover now