Haechan mengantongi ponselnya, lantas bergegas memakai helmnya. Sekolah sudah cukup sepi dan ia ingin bergegas pulang.
Andai saja ponselnya tak pakai acara ketinggalan di ruang musik, Haechan juga enggan kembali ke sekolah.
Mata lelaki Lee menyipit begitu motornya beranjak dari parkiran, matanya memandang dua lelaki yang berdiri di pojokan gerbang sekolahnya.
Kayak, kenal?
"Jaemin?"
Iya.
Haechan matiin motornya terus di standarin. Natap dua lelaki di depannya bergantian.
"Haechan?"
"Iya ini gue. Lu berdua ngapain belum balik?"
"Ini gue lagi nunggu gojek tapi daritadi gak ada yang nerima orderan gue." Balas Jaemin.
"Padahal kan udah gue tawarin anter aja." Balas lelaki satunya. Itu Mark Lee. Ketua OSIS sekolah mereka. Tentulah Haevhan mengenalnya.
"Nah itu, dianterin aja. Udah malem juga." Haechan ikut membujuk.
"Masalahnya rumah gue sama Mark beda arah. Tar dia bolak-balik kalau anterin gue." Jaemin menjelaskan.
"Gue gak masalah Na." Balas Mark.
"Emang rumah lu dimana?"
"Daerah jalan fatmawati gue."
"Searah sama gue dong. Sama gue aja ayo." Haechan menawarkan.
Jaemin menjilat bibir bawahnya sendiri. Melihat wajah Haechan dan Mark bergantian. Dan sekali lagi melihat kelayar ponselnya.
"Gak ngerepotin?" Tanya Jaemin.
"Gak lah. Tapi gue gak bawa helm lagi."
"Gue bawa helm 2, pake helm gue aja." Ini Mark yang menyahut. Si tampan yang punya alis seperti burung camar itu bergegas mengambil helm yang ia letakan di bagasi motornya. Lantas menyerahkannya pada Jaemin.
"Makasih ya Mark. Sorry juga jadi ngerepotin lu. Bikin nungguin gue." Jaemin tak enak hati.
"Gapapa santai." Mark mengibaskan tangannya. Tanda tak masalah.
Haechan lantas kembali menyalakan motornya. Jaemin sendiri bergegas naik ke boncengan motor milik Haechan.
"Yo Mark duluan." Haechan mengangguk pelan pada ketua OSIS sekolahnya itu.
"Iya hati-hati."
"Lu juga Mark."
"Dadah Mark. Gue duluan. Pulangnya hati-hati gausah ngebut." Jaemin melambaikan tangannya.
"Iyaa."
Begitu motor Haechan sudah tak terlihat, Mark lantas naik ke motornya sendiri.
Gapapa.
Belom kesempatannya kan ya?
...
"Sorry ya gue ngerepotin lu."
Jaemin menyampaikan ketidakenakannya saat mereka berhenti di lampu merah.
"Santai aja kali. Eh lu laper ga? Gue tiba-tiba laper."
"Laper ini. Mau mampir jajan dulu?"
"Mie nyemek mau ga?"
Jaemin ngangguk bikin helm yang dipakainya ngantuk helm punya Haechan sampai bikin Haechan ketawa.
"Deket sini ada kaki lima jualan mie nyemek enak. Buka kalau malem."
"Iyaa."
Bener aja, letaknya ga jauh dari lampu merah tadi. Habis pesen, mereka milih tempat duduk.
"Udah kabarin orang rumah?" Haechan bertanya.
"Buat apa?" Jaemin malah balik nanya.
"Gue kira lu tipe yang selalu kabarin orang rumah. Minimal kasih tau kalau lu pulang telat mampir makan dulu, sama bilang juga posisi lu lagi sama siapa. Biar mereka ga khawatir."
Jaemin langsung keinget kakaknya. Buru-buru dia ambil ponselnya dan ngehubungin kakaknya itu. Begitu dapet balesan 'ok' Jaemin nyimpen ponselnya.
"Udah?" Tanya Haechan.
Anggukan Jaemin berikan. "Makasih ya udah diingetin."
"Sama-sama."
"Lu kok malem-malem masih disekolah. Ngapain?" Tanya Jaemin.
"Ponsel gue ketinggalan. Padahal tadi gue tinggal naik ketempat tidur. Sialan banget."
Jaemin tertawa. "Ceroboh juga ya lu."
"Iyanih. Kadang susah ilang sifat cerobohnya."
Begitu pesanan mereka datang, selepas berdoa mereka mulai makan. Sesekali sambil mengobrol.
Haechan sih rela banget ponselnya ketinggalan kalau akhirnya dapet rejeki bisa boncengin Jaemin gini, makan bareng juga. Berasa mimpi.
Tadi bahkan Haechan sempat cubit pahanya tapi sakit.
Selepas makan, Jaemin sibuk menunjukan arah rumahnya pada Haechan. Tak perlu waktu lama, keduanya sampai.
"Makasih ya Chan, beneran makasih banget. Udah direpotin. Makasih juga tadi makannya dibayarin. Kapan-kapan gue ganti traktir ya."
Wajah Jaemin lucu. Haechan mau cubit tapi gak enak.
Alias, belum seberani itu.
"Santai-santai. Anggap aja jajan perkenalan kita. Udah sana masuk, mandi terus beberes. Istirahat. Lu pasti capek."
Jaemin manggut-manggut.
"Lu pulangnya hati-hati ya."
Haechan membalas dengan anggukan disertai senyuman.
"Haechan?" Pas Haechan mau stater motornya, Jaemin manggil.
"Kenapa?"
Jaemin tersenyum kecil.
"Piyama lu lucu. Gambar beruang."
Wajah Haechan memanas. Tawa Jaemin menguar begitu melihat wajah Haechan.
"Lucu banget wajah lu. Dah sana pulang. Makasih ya."
Haechan rasanya mau ngilang aja kalau bisa.
Dia lupa kalau tadi dia posisi udah pakai piyama, siap tidur. Cuma dilapisin hoodie aja dia ke sekolah lagi.
Waduh, wajahnya mau ditaroh mana ya?
Malu banget.
TBC.