2┆OVERTIME

1.2K 156 12
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis, kan? ♡(◍>ᴗ<◍)♡

.
.
.

Chap 2 •
__________

Besarkanlah rasa sabar seorang Na Renjun untuk menghadapi tingkah aneh yang dari hari ke hari semakin aneh saja suaminya semenjak Naren dirasa merebut posisi utamanya.

Renjun belum sempat menyelesaikan ucapannya, sudah dikejutkan dengan Jaemin yang diam-diam berdiri tepat di belakangnya kemudian mengeluarkan suara nyaring ditambah wajah seperti badut tapi malah jatuhnya menyeramkan membuat Naren kembali menangis, semakin kencang.

“Sayang sayang, anak tampannya Baba cup cup cup, jangan menangis lagi ya, ulululu.” Renjun menimang-nimang sembari membubuhkan kecupan dikepala Naren yang masih ditumbuhi sedikit rambut. Dan itu semakin membuat Na Jaemin merasa posisinya semakin terancam. Dia harus melakuakan sesuatu.

“Sayang boleh coba gendong Naren?” pinta Jaemin dengan wajah memelas.

“Memangnya dia mau?”

“Tentu saja, aku kan Appa-nya.” Ragu sebenarnya saat dia berhasil menenangkan Naren dan mungkin setelahnya akan dibuat menangis lagi karena ulah suaminya.

“Wajahmu itu tidak meyakinkan.”

“Kau tega Naren nanti jauh dari Appa-nya?” Dibalas deheman pelan. Renjun harus percaya pada suaminya, dengan hati-hati memindahkan si kecil ke gendongan Jaemin. “Anak Appa tampan sekali, meskipun tetap lebih tampan Appa-nya.” Jaemin menimang kecil anaknya yang berekspresi seakan-akan mengatakan, (“Siapa ya?”). Sedangkan Renjun memutar bola matanya malas mendengar kalimat terakhir itu.

Ya walaupun memang tampan.

“Um anu Tuan.” Bibi Son akhirnya terdengar juga suaranya.

Renjun langsung menoleh, melihat wanita paruh baya itu dengan tatapan ramah. “Iya, ada apa Bibi Son?”

Yang ditanya memberikan jeda. Bingung harus mengatakan isi hatinya yang sedari tadi ditahan atau tidak. “Anu itu sebenarnya saya.”

“Katakan saja Bi, saya tidak akan menggigit kok.” Renjun tersenyum simpul berusaha meyakinkan supaya lawan bicaranya tidak maju mundur.

“Sebenarnya saya ingin mengundurkan diri sebagai pengasuh den Naren.” Bibi Son yang sedari tadi menunduk kini mencuri pandang ke arah majikannya, ingin tahu tanggapannya akan bagaimana.

“Saya boleh tahu alasannya kenapa?”

“Anak saya sebentar lagi akan melakukan operasi sesar, saya berpikir ingin mendampingi selama proses persalinan.”

“Lalu?” Agaknya Renjun masih kurang puas, kalau hanya ingin mendampingi kenapa harus berhenti bekerja, setidaknya bisa mengambil cuti saja.

“Saya ingin membantu merawat cucu saya Tuan. Jadi saya dengan berat hati ingin mengundurkan diri.”

Renjun terdiam. Ini sebuah keputusan yang sulit mengingat mendapatkan pengganti pengasuh bayi itu harus benar-benar teliti karena banyak orang yang mungkin akan baik di depan dan buruk di belakang.

“Tunggu sebentar ya Bi.”

“Baik Tuan.” Renjun berdiskusi dengan Jaemin yang juga sebenarnya berat untuk melepas Bibi Son yang memang sebelumnya adalah orang kepercayaan keluarga Na dari dulu. Pekerjaannya sudah tidak diragukan lagi. Beliau pun juga tidak membeda-bedakan pasangan sejenis karena memiliki jalan pikir terbuka.

“Bagaimana? Kita juga tidak bisa menahan Bibi Son untuk tetap tinggal.” Setelah selesai berdiskusi Bibi Son mengucapkan banyak terimakasih karena sudah diijinkan mengurus Naren hingga menginjak usia dua tahun dan sebentar lagi akan menginjak usia tiga tahun.

Bad Sub (2) [JaemRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang