"Sejak kapan suka sama harta Karun?"
"Lah? Baru tahu? Padahal dari mereka debut. Eh iya kan kamu sekarang tinggal di kota," jawabku.
"Biasnya siapa nih? Pasti Yoonjae kan?" tanyanya lagi.
"Aku suka Parkji ih. Padahal dari tadi playlist aku cover song-nya Parkji semua... Eh itu bajumu hanyut!" jawabku.
"Eh, eh! kamu kejar! aku tunggu di perbatasan sana ya!" titahnya.
Percakapan kami terhenti karena kaos putih kesayangan Jaehyuk-orang yang tadi bersamaku- hanyut terbawa air sungai. Tentunya aku meninggalkan cucianku untuk membantunya. Bisa-bisanya dia lengah saat arus sedang deras.
"Jangan ditarik pakai ranting. Nanti robek. Aku mau masuk saja," ujarnya.
"Hati-hati, Jae."
Drama hanyutnya kaos Jaehyuk telah berakhir. Kini kami kembali mencuci pakaian.
"Tiba-tiba keinget kamu nangis-nangis engga mau sekolah dulu," ujarnya.
"Tiba-tiba banget. Jangan bahas itu ih malu, waktu kecil rasanya takut banget buat sekolah," ujarku.
"Gara-gara itukan? Apa kamu engga kangen sama orang itu?" tanyanya.
"Apa si, Jae. Itukan dulu banget. Lagian aku bersyukur engga diganggu dia lagi," jawabku.
***
Dahulu saat aku baru menginjak kelas 2 SD. Di sekolah kami diwajibkan untuk menyanyikan lagu kebangsaan dan literasi meskipun ada saja anak kelas 1 dan 2 yang hanya memegang bukunya serta mengecek kerapian seperti seragam dan kuku sebelum memasuki kelas. Aku memang sering menangis tidak mau ditinggalkan oleh ibu. Namun, ibu selalu melatih keberanianku.
Sampai di awal tahun pelajaran, hari pertama aku menginjak kelas 2. Awalnya aku bertekad untuk tidak meminta ibu menemaniku. Sayangnya ada saja yang menggagalkan rencanaku. Saat menyanyikan lagu kebangsaan. Setelah sang pemimpin menyelesaikan tugasnya. Ia menghampiri guru yang berada di sampingnya.
"Pa, saya suka anak itu," ujarnya menunjukku yang kebetulan berada tepat di hadapannya. Kemudian mengedipkan sebelah matanya.
Aku berusaha untuk menahan rasa ingin menangis. Takut, otakku langsung merespon hal-hal negatif yang terselip dari kata suka dan pacaran. Sampai selesai pembiasaan aku langsung menghampiri ibu yang untungnya belum pulang."Ibu... Aku engga mau sekolah. Mau pulang...," rengekku.
"Kenapa? Katanya berani sekolah sendiri?" tanya ibu.
"Ada yang suka... Mau pulang aja.. engga mau sekolah..." rengekku dengan isakan yang makin keras.
Karena tubuhku juga bergetar hebat, dan tangisku makin menjadi. Akhirnya ibu meminta izin kepada wali kelas untukku.
Setelahnya aku selalu ditemani ibu ataupun bibi,ibunya Jaehyuk saat sekolah sampai akhir ajaran. Karena setelah kejadian itu, dia selalu menggodaku meski dari jauh. Seperti mengedipkan matanya, bersiul, mengecupkan bibirnya dari jauh ataupun yang lainnya. Bahkan selama itu pula aku tidak pernah bermain bersama Jaehyuk, kecuali saat kami bermain di rumahku. Bukan karena apa-apa. Tetapi, orang itu adalah teman dekatnya dan selalu bersama di manapun, entah di rumah ataupun di sekolah.
***
"Hahaha, lucu banget si. Sampai engga mau main sama aku," godanya.
"Diem, Jae! Sudah ah, aku mau pulang buat jemur ini baju," ujarku.
"Tapi serius deh, Al. Kamu mau ketemu harta Karun engga? Kalau mau nanti Sabtu siap-siap ikut aku ke kota," ujarnya.
Aku hanya merespon dengan jariku yang membentuk ok, tanpa melihatnya. Aku tahu itu cuma candaan. Eh tapi mungkin saja. Pamanku termasuk jajaran orang kaya di desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah J
Fanfictionkumpulan cerita pendek dari Park Jihoon treasure 1. He is Him 2. J? 3. Pacaran 4. Yaksok 5. Single For Life 6. Studytour 7. Sepak bola 8. Kopi ungu 9. Jodoh Park Jihoon treasure fanfiction