T h e L u c e l e n c e
Smooth it glides upon its travel,
Here a wimple, there a gleam -
O the clean gravel!
O the smooth stream!Sailing blossoms, silver fishes,
Pave pools as clear as air -
How a child wishes
To live down there!We can see our coloured faces
Floating on the shaken pool
Down in cool places,
Dim and very cool;Till a wind or water wrinkle,
Dipping marten, plumping trout,
Spreads in a twinkle
And blots all out ...River rasa dia punya kepribadian ganda sekarang. Perubahan situasi yang ia alami saat ini amat menyenangkan.
Sekolah dan rumah. Bila dulu kedua tempat merupakan ruang River mengistirahatkan diri, kini sedikit-sedikit fungsi sekolah untuknya menjadi sesuatu yang lain.
Misalnya seperti kejadian hari Senin yang mendung kali ini.
River menutup kedua matanya damai. Ocehan teman-temannya dan rutukan mereka mewakili perasaan River yang memburuk. Meski berrkat kumpulan awan yang menaungi, River bisa menarik napas lega sekalipun berdiri di barisan depan upacara. Untunglah langit berpihak padanya.
"Sehabis ini kita kumpul ke ruang OSIS." Mahesa berbisik di sampingnya. River mengangguk, dia sudah tahu. Ini kali kedua.
Bicara tentang ini, pengumuman anggota OSIS diumumkan seminggu setelahnya, kelas dua belas menyerahkan tampuk kekuasaan organisasi untuk angkatan sebelas, dan River (kelas sepuluh) berdiri di antara anggota-anggota OSIS baru lainnya sebagai murid baru yang tidak tahu apapun dan berusaha bersikap baik. Sebuah keajaiban dia diterima.
Upacara berjalan lancar tetapi perasaan River tidak. Kakinya lemas sepanjang waktu dan perasaan untuk pingsan di tempat menguat. Teman jahat yang menyeretnya ke depan adalah Mahesa yang tengah menjiwai perannya sebagai anggota OSIS teladan. Barangkali, ketua OSIS adalah target selanjutnya yang akan dicapai anak itu.
"Saat! Diam semua." Uuu... River mengecek barisan kelas berjarak semeter darinya. Barisan Reon yang budiman dan kalem. Dia resmi menjabat sebagai wakil bagian humas. Padahal, keamanan lebih cocok karena River membayangkan Reon yang memegang catatan hitam murid-murid akan menakjubkan bila disandingkan bersama.
Mahesa sendiri lebih cocok mengenakan topeng badut.Jangan tanyakan River pendapatnya tentang tempatnya di OSIS apalagi mengenai diri sendiri. Bayangkan, sifat air yang tenang disatukan dengan pemilik kemampuan yang menyukai suara. Coba katakan dimana kesesuaiannya? Dia menyerah soal itu, mengerti?
Namun kembali lagi. Tidak dapat dipungkiri pengalamannya seminggu terakhir menyegarkan. River bak asisten algojo sakti, mengekor kakak kelas melakukan inspeksi mendadak pagi-pagi.
Perintah untuk bubar dan masuk kelas digaungkan. River yang baru ingin merosot ke tanah melepas lelah gagal melakukan aksi karena tangannya ditarik. Mahesa pelakunya. Pasrah, dengan kecepatan serasa cheetah, tiba di depan ruang OSIS, Mahesa sukses menubruk kakak kelas.
Kakak kelas yang dimaksud adalah pemuda dengan bekas luka tiga sentimeter melintang di rahangnya. Seseorang yang mereka tabrak. Perwakilan OSIS bagian keamanan, kakak laki-laki Reon, Roy.
"Maaf, Kak... Ketua."
"Udah. Cepat sini!" Dia menarik dengan enteng kerah murid baru dan seorang badut.Empat anggota baru lain mengatupkan bibir. Menyimak ceramah Roy yang aktif ia suarakan. Bercerita mengenai sulitnya berperan, di saat ia adalah adik kelas dan anggota OSIS. Semua serius sedangkan River memasang raut memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Meet The Lucelence's
Teen Fiction[PART 1 SELESAI] Tidak ada keluarga yang lebih sempurna dibandingkan keluarga Lucelence. "Iris... kenapa merenung begitu?" "Bukan hal penting, Ma. Kak Keith dimana?" Tidak ada. "Kesinikan remotenya, Anak Nakal!" "Ini baru episode lima, Granny! Kube...