MHT 12

70K 1.7K 40
                                    

CONTAINS KISS!! Hati-hati!!!

‼️⚠️‼️

————

"Ehm, kamu telanjang dada juga? Sama seperti saya?"

Mata Shey membola. Tidak menyangka Aksel akan bertanya sedemikian jujur. Gadis itu langsung mengalihkan pandangan pura-pura tidak mendengar.

Aksel menyadari sang istri yang sepertinya enggan membahas soal itu. Ia mengangguk-angguk. "Yasudah. Maafin saya ya, udah lancang ga sengaja nyentuh dada kamu."

"Iya. I don't wear a bra." jawab Shey menghentikan gerakan Aksel yang akan kembali berbaring.

"Kenapa engga pakai? Kamu gerah juga ya? Mau saya kipasin?" Pertanyaan bodoh Aksel yang tidak pernah dekat dengan perempuan. Jadi harap maklum saja ya teman-teman.

Wajah Shey memerah. "Ish, engga. Bukan karena itu." sangkalnya. Ia tidak merasa gerah sama sekali. Justru dingin karena AC di kamar ini menyala cukup kuat.

"Lalu kenapa?" Hais, masih saja ingin tahu. Tidak sadar saja bahwa wajah Shey mungkin sebentar lagi akan berubah menjadi raksasa merah saking malunya.

"Sesek." jawab Shey singkat.

"Sesak?" Aksel menaikkan sebelah alisnya bingung. "Memangnya apa yang membuat sesak? Dada kamu kan kecil." Sialan. Entah Aksel sungguh-sungguh berniat menggumam atau memang sengaja membuat Shey mendengarnya.

"Bapak, ih!" Shey melemparkan guling yang berada di sebelahnya ke wajah Aksel. Tidak peduli bahwa laki-laki itu guru sekaligus suaminya. Harga dirinya sudah diinjak-injak!!

Walaupun tidak ada yang salah dengan ucapan Aksel tetapi kan ini soal harga diri huh.

Aksel justru tertawa tanpa merasa dosa. Menghalangi wajahnya dari serangan ganas sang istri. "Aduh iya ampun. Saya minta ampun, kamu ganas sekali sayang."

Shey langsung berhenti menganiaya Aksel. Bukan karena permintaan laki-laki itu tetapi karena panggilan di akhir kalimat Aksel. Perutnya seperti ladang penuh kupu-kupu beterbangan. Terasa geli tapi menyenangkan.

"Kamu kecil-kecil tapi ganas juga, ya. Saya sampai berkeringat karena melawan kamu." Aksel mengusap peluhnya. Belum menyadari ucapannya tadi sangat berefek pada Shey.

"Iya, dong. Kan aku jagoan. Emangnya bapak, lemah." ucap Shey meremehkan. Tangannya memberikan jempol terbalik mengejek sang suami.

Aksel terkekeh. Mencubit gemas pipi gadis di depannya. "Iya jagoan saya."

"Loh, kok pipinya merah?" serunya seperti baru sadar. Padahal sudah dari awal pertemuan mereka ia membuat Shey selalu memerah malu.

"Engga, ini itu cuma karena lampunya." Shey justru mendongak menunjuk lampu. Menyalahkan lampu yang tidak bersalah.

Guru geografi itu memilih mengangguk percaya. Walaupun ada setitik keraguan tetapi tidak baik berburuk sangka kepada istri tercinta. Iya, dia sudah mencintai Shey. Semoga gadis itu juga memiliki perasaan yang sama.

"Shey..." panggil Aksel. Shey langsung menolehkan kepalanya menatap sang suami.

"Hum?"

"Saya mau merealisasikan ucapan saya di mobil tadi. Saya mau mencium kamu." Nah begini dong. Langsung sat set sat set maszeh.

"Kamu mau dicium saya?"

Shey bingung harus apa. Sebenarnya ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya berciuman. Apalagi kini ia sudah sah menjadi sepasang suami-istri dengan Aksel. Soal perasaannya, ia mulai kagum dengan sosok Aksel yang selalu izin dan bertanya. Sangat menghargai wanita.

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang