Semakin masuk ke dalam Liberté, semakin keras alunan kematian yang Raz dengar. Aroma amis darah serta abu pembakaran menguar di udara membuat dada pemuda itu sesak. Teriakan lantang para warga sipil dengan para penjaga di Tri-Way Outer Circle menambah melodi menegangkan di telinga Raz.
Mengabaikan para warga sipil yang berjatuhan layaknya lalat di bawah sengatan listrik, kendaraan bergerak cepat menuju distrik tempat Tilia Branch ditawan. Mungkin sekitar dua ratus meter dari mereka, tank dan pagar kawat berduri telah didirikan, para penjaga juga terlihat membidik senapan, bersiap memangsa siapa pun yang hendak lewat.
Raz hanya bisa berdoa, semoga hal buruk tidak terjadi lebih banyak.
Di ruang kemudi, Owen berbicara dengan sang sopir. "Kita tidak bisa menembus mereka tanpa bala bantuan. Untuk sementara, lebih baik kita masuk ke Lab Pusat dengan memutar ke area pemukiman. Tinggallah di sini, aku akan turun bersama mereka." Gestur tangannya mengarah ke belakang kendaraan.
Sang pengemudi, rekannya, walau terlihat sedikit ragu, akhirnya menganggukkan kepala. "Baiklah, hati-hati, Tuan. Aku mencium ada jebakan di sini."
Owen menyeringai lembut. "Kita lawan mereka dengan distraksi. Aku akan masuk lewat pintu belakang," ucapnya seraya berdiri dan menepuk pelan bahu rekannya.
Owen melihat ke arah Ducky dan Raz. "Ducky, Raz. Kita harus turun di sini, ada banyak penjaga di depan. Kita akan memutar lewat pemukiman," ungkapnya sambil mempersiapkan pistol di saku, mengisyaratkan mereka agar turun perlahan dan hati-hati dari belakang kendaraan.
Raz menelan ludah untuk sesaat mendengar pernyataan Owen. Ya, lebih baik begitu. Lebih baik menghindari konflik sebisa mungkin agar korban jiwa dapat diminimalkan.
Ducky yang membuka pintu perlahan, sedikit saja, agar orang-orang tidak dapat melihat mereka. Raz kemudian mengikuti. Perlahan dia melangkah agar tidak membuat kegaduhan.
Raz hanya bisa memperhatikan Ducky dan Owen, serta jalanan Liberté yang penuh dengan potongan tubuh manusia bergantian. Sesekali mual merambat masuk membuat pemuda itu ingin muntah. Ditahannya sekuat tenaga dengan syal birunya agar tidak membuat dua rekannya khawatir.
Lalu, pertanyaan Ducky sekejap membuat fokus Raz beralih padanya. "Kita ke arah rumah sakit atau langsung ke lab utama, Owen?"
"Prioritas pertama kita Lab Utama, ada banyak ilmuwan di dalamnya. Aku ... curiga mereka akan menjadikan salah satu dari dua bangunan itu untuk kuburan massal dengan memancing kita ke sana. Bagaimanapun juga, kita mesti berhati-hati," ucap Owen sepelan mungkin, matanya sempat melirik Raz dengan tatapan khawatir.
Mata Raz sedikit membulat mendengar pernyataan Owen. Kuburan massal? Itu gila! Liberté ternyata memang bukan seperti yang Raz kira. Dia sudah terlalu dibuai oleh omong kosong. Tatapan khawatir Owen padanya mengisyaratkan bahwa mungkin dirinya belum siap dengan ini.
"Aku nanti akan berjaga di pintu belakang Lab sementara kalian mencari Tilia. Jika ada bahaya, gunakan ponselnya, oke?" ucap Owen yang menghela napas menilik bangunan Lab Utama di kejauhan. Sepertinya, bakal ada beberapa penjaga di halaman depan. Ini akan sedikit menyusahkan. Mereka harus sampai ke pintu belakang secepat mungkin tanpa menebar aroma keberadaan mereka pada musuh.
Raz hanya bisa mengangguk dengan perintah Owen.
Dalam diamnya menahan mual, Raz hanya bisa memperhatikan Ducky dan Owen. Dia takut kalau berbicara akan membuatnya tak sengaja menghirup asap atau mencium bau amis yang lebih pekat dari darah hewan. Ya, Raz pemburu. Berteman dengan darah adalah makanan sehari-hari, tetapi bukan darah manusia apalagi dengan mereka yang bergelimpangan tak bernyawa.
Saat Ducky bertanya pun, Raz hanya diam.
"Nomor mana yang harus kupanggil. Apakah cukup menekan redial saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith in the Desert (END)
Science FictionMaukah kau bertarung hanya untuk segelas air atau segenggam makanan yang layak dikonsumsi? Di Direland, semua itu sudah biasa. Siapa yang kuat dia yang bertahan. Tempat di mana mereka yang terbuang dan tersisihkan dari oasis penuh kehidupan. R...