Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 24)
#Seputih_Cinta_Amelia~Fadil Lelaki yang Tepat Untukmu, Mel~
Rinai hujan mengiringi perjalanan ke kantor pagi ini. Wiper terus bergerak mengimbangi tetesan hujan yang jatuh pada permukaan kaca depan mobil.
Bersyukur, jalanan masih tidak terlalu padat, sehingga bisa sampai ke kantor lebih pagi. Aku harus membereskan beberapa hal sebelum besok pergi ke Bandung, menyelesaikan list to do di sana yang lumayan terjeda karena urusan pribadi yang lumayan menyita waktu akhir-akhir ini.
Sebaiknya aku kabari Brian perihal keberangkatanku. Setidaknya ia tahu aku sedang tidak di Jakarta untuk beberapa waktu. Sudah dua minggu aku tidak bertemu dengannya. Kelihatannya ia pun sedang sibuk dengan pekerjaannya. Satu hal yang menenangkan, setiap habis Isya ia meneleponku hanya untuk bertanya kabar dan memastikan aku baik-baik saja. Setelahnya ia tak menggangguku seharian sampai malam tiba kembali. Ia cukup mengerti kesibukanku.
Tentunya akupun menghargai kesibukan Brian. Seharusnya dia yang lebih tak bisa di ganggu.
Bersyukurnya di antara kesibukannya kemarin, ia meluangkan waktu hanya untuk bertemu denganku, seolah ia begitu santai dan punya waktu. Terlihat sekrang setelah ia mendapat kepastian dariku, ia tenang menjalani hari dan pekerjaannya.
[Assalamualaikum, Bri. Besok aku akan pergi ke Bandung.]
[Waalaikumussalam. Oya, jam berapa berangkat? Perlu aku antar?]
[No, nggak usah, Bri. Aku pergi sama Pak Pardi, supir kantor. Kamu pasti juga sibuk. Fokus saja sama kerjamu. Pergi sorean, habis Ashar.]
[Nggak, Mel. Aku selalu ada waktu buatmu, apalagi dua minggu ini belum ketemu. Gimana kalau siang ini kita lunch bareng? Apa kamu bisa?]
[Nanti aku kabari, ya. Soalnya kemarin, Papa ngajak aku dan Mama, makan siang di luar juga.]
[Oya? Apa aku bisa bergabung? Maaf, Mel. Aku ingin bertemu Papa kamu. Boleh?]
Jawaban yang ia berikan begitu spontan. Tak pernah sebelumnya aku melihatnya se-sepontan ini. Tapi aku tak langsung menjawab. Memastikan apakah Papa mau jika ada temanku yang ikut bergabung makan siang.
Aku juga agak khawatir memperkenalkan Brian ke Papa. Waktunya seperti tidak tepat. Aku belum benar-benar bercerai dari Reo.
Tapi tak memberinya kesempatan Brian untuk sekedar silaturahmi dengan orang tuaku juga rasanya terlalu. Siapa tahu justru setelah pertemuan ini, mereka jadi tambah akrab.
[Ya, Bri. Sebentar lagi aku kabari tempatnya, ya. Persiapkan waktu saja dari jam sebelas sudah ada di area dekat kantorku, Bri.]
[Siap. Terima kasih, Mel. Senang sekali kamu ijinkan.]
[Aku yang merasa tersanjung atas niatan kamu, Bri.]
[Karena aku bersungguh-sungguh sama kamu, Mel. Aku sayang kamu.] balasnya.
Deg! Sayang kamu? Kemajuan luar biasa, Bri. Kamu nggak pernah mengucapkan ini bahkan dari belasan tahun lalu.
Senyum tersungging di bibirku membaca balasan darinya. Ada bunga-bunga yang sepertinya sedang bermekaran di dalam dada.
Akhirnya kubalas dengan emoticon senyum simpul di ikuti sedikit balasan.
[Oke, Bri. Sampai ketemu nanti siang, ya.]***
Lumayan padat, meeting pagi. Meeting dengan jajaran direksi. Dan kali ini aku sudah ada di ruangan Papa, menyerahkan berbagai berkas laporan kerja, juga beberapa hal yang perlu beliau tanda tangani.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomancePernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...