BAB 41

514 85 97
                                    

"bangunnnn wehhhh, lo mau sampe kapan tidur mulu.. ini udah jam 10 pagi.

Puk! Puk! Puk! Gadis yang bersuara tadi memukul – mukul pipi gadis yang sedang tertidur itu, yang tak lain adalah Emilly. Emilly menyipitkan maanya mencoba mengadaptasi penglihatannya dengan caraya yang masuk ke mata. Matanya sempat terbuka, namun ia memejamkan lagi berniat untuk melanjutkan tidurnya

"ehhhhh, malah tidur lagi.. "

"lagi 10 menit linnn, gue ngantuk banget"

"yaampun ini udah jam 11 lly, yaudah gue duluan deh, mau cari spot yang bagus buat fotoan sama Vio. Anak – anak udah sarapan dari tadi. Gue juga udah, tinggal lo nya aja yang belum" ujar kakak sepupu yang beda beberapa bulan darinya, Evellyn. Gadis itu langsung meninggalkan Emilly yang sedang tertidur di ranjangnya.

Memang betul Emilly merasakan kantuk yang amat sangat luar biasa pagi itu, hal iu dikarenakan ia bergadang hingga pukul 3 pagi, bukan disengaja, namun memang beberapa hal yang membuatnya tidak bisa tertidur, bahkan sampai saat ini ia masih memikirkannya.

Emilly rasanya ingin mengutuki Sakha saat ini, gara – gara laki – laki itu yang mengatakan akan membuat pengakuan kepada gadis yang di sukainya. Tapi mengapa kabar tersebut sangat mengganggu fikirannya semalam sampai – sampai membuatnya tidak bisa tidur.

Emilly tak mau ambil pusing terkait hal itu di pagi hari, ia kembali melanjutkan tidurnya, memejamkan matanya dengan nyaman, namun belum selesai gadis itu melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda, ia dapat merasakan kehadiran seseorang memasuki kamarnya dengan Evellyn.

Bruk!!

Gadis itu merasa tubuhnya tergoncang, seseorang memasuki kamarnya, bukan seseorang ini bahkan lebih. Orang – orang itu terasa bergerak tidak beraturan di tas ranjangnya, gerakannya seperti sedang loncat – loncat di atas tranpolin yang membuatnya hampir saja terjatuh

Emilly kembali membuka kelopak matanya dengan perlahan ada rasa perih yang ia rasakan saat ia melakukan hal itu. Namun karena ranjang itu semakin terguncang dengan hebat maka mau tidak mau ia harus benar – benar membuka matanya dengan sempurna. Namun yang ia lihat saat ini adalah dua orang sangat ia kenal kini sedang melompat – lompat di atas ranjangnya, benar – menar menganggap tempat tidurnya sebagai trampolin di arena bermain.

"Lann, Chann... berhenti.. gue masih ngantuk"

"Enggak sebelum lo bangun" Jawab Chandra "ini udah jam berapa lo masih molor"

"kak lly, bangun!!, mama tadi nelfon" Kini adiknya yang berbicara ia telah berhenti melompat dan sekarang berbaring di samping kakaknya itu "dia nanyain desain – desain gaun yang kakak buat, udah ada yang terbaru atau belum?, soalnya ada orderan bridge gown"

"Hahh?" Emilly menyipitkan matanya wajahnya masih terkantuk – kantuk "ya nanti kak telfon mama, pergi sana. Masih ngantuk"

"yeee ini udah siang, lo mau tidur sampe jam berapa sih? Bilang mau holiday, tapi ini lo diem di kamar mulu" Chandra sudah terduduk di tempat tidur gadis itu, lalu memainkan ponselnya

Seseorang datang ke kamar itu membawa sebuah nampan berisikan bubur ayam dan juga segelas susu. "udah bangun lo?" tanya seseorang itu yang tak lain adalah Adrian

"ini di buatin bubur sama Sakha tadi, soalnya Ellin sempet bilang badan lo anget tadi" Adrian menaruh nampan yang berisi bubur buatan Sakha. Walaupun Adrian dan Sakha bisa di bilang rival untuk mendapatkan hati seorang Emilly, namun mereka tidak harus memperebutkan bagaimana terlihat lebih baik dan lebih perhatian di hadapan Emilly, bagi mereka yang terpenting adalah Kesehatan gadis itu

Emilly menyernyitkan alisnya "trus orangnya mana?"

"lagi keluar sama Daniel, Amanda, Tiara, sama si Gevan, mereka lagi belanja beli bahan – bahan untuk di masak hari ini"

I'm not the PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang