MHT 13

68.6K 1.6K 19
                                    

nih tadi ada yg minta double up

enjoyy
———

Fakta baru soal Aksel yang super duper mesum menjadi sesuatu yang tidak terlalu mengejutkan bagi Shey. Umur suaminya itu sudah dewasa, belum pernah dekat dengan wanita, juga Aksel yang selalu menggodanya.

Semalam, tidak pernah terpikir dalam benak keduanya mereka akan melewati malam pertama pernikahan dengan santai. Tidak ada kecanggungan seperti yang dibayangkan. Kuncinya hanya satu, saling membuka diri dan menerima pasangan. Termasuk sifat pasangan.

Baru Shey ketahui bahwa suaminya ini sangat doyan tidur. Apalagi dengan tangan memeluknya.

Memang sih semalam ia yang meminta ingin dipeluk, tetapi karena merasa pegal tidur hanya pada satu sisi, Shey melepaskan diri dari pelukan sang suami dan tidur dengan posisi membelakangi Aksel. Tiba-tiba saja, saat bangun laki-laki itu sudah melilit perutnya erat sekali.

Beberapa kali Shey mencoba menghempaskan lengan Aksel. Tetapi suaminya itu semakin mengeratkan pelukan di perutnya. Shey mendengus.

Rencananya untuk bangun pagi gagal karena Aksel. Jadilah ia ikut terlelap kembali bersama sang suami.

Pergerakan manusia di belakangnya dirasakan Shey. Apalagi sesuatu keras yang terasa menusuk belahan pantatnya. Gadis itu menggeliat bangun dan membalikkan tubuhnya hingga bisa melihat wajah tampan sang suami. Mata Aksel terpejam tetapi terlihat mengintip.

"Mas, mas Aksel."

"Kenapa, sayang?" Bukannya bangun, Aksel justru menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Shey. Wangi anak kecil katanya.

"Bangun, ih. Udah siang ini. Nanti ada mama sama papanya mas." ucap Shey. Memajukan dirinya saat Aksel akan mengecup lehernya lagi. Terasa geli dan membuat bulu kuduknya meremang.

"Mama sama papa nginep di rumah satunya. Pulangnya baru nanti malem, kamu tenang aja." Aksel pemalas. Tidak sedikitpun berusaha melonggarkan pelukannya atau membuka mata.

"Ya tapi bangun duluu. Aku laper," Shey menepuk-nepuk perutnya. Terasa kosong tidak berisi.

Berbeda dengan tadi yang terlihat menolak dan enggan bangun, Aksel langsung terduduk saat mendengar istrinya merasa kelaparan. Laki-laki itu mengucek matanya menghilangkan lem tak kasat mata yang menempel di sana.

"Ayo sini." ucapnya merentangkan kedua tangan.

"Mas gendong, sayang." sambungnya saat melihat raut bertanya-tanya dari sang istri.

Shey turut bangun dan menubruk suaminya. Mengalungkan kedua tangannya yang bertaut di leher Aksel. Membiarkan tubuhnya turut terangkat saat laki-laki itu menggendongnya. Shey berasa naik pohon yang tinggi saat digendong Aksel. Gadis itu terkikik kecil.

Keduanya menuruni tangga. Aksel melangkahkan kakinya menuju dapur dan mendudukkan sang istri di salah satu kursi. Menyuruh Shey menunggu sembari ia menghangatkan makanan.

Shey mengamati tubuh sang suami dari belakang. Tubuh Aksel terlihat tinggi besar lagi tegap. Aura jantan sangat terpancar dari laki-laki. Apalagi penampilannya kini yang memakai celemek tetapi tidak mengenakan pakaian. Telanjang dada bercelemek.

"Awas ngiler liatin mas." Peringatan Aksel membuat Shey tersadar. Refleks gadis itu menyeka ujung bibirnya menggunakan punggung tangan. Gelak tawa suaminya terdengar.

"Kenapa, hm? Terpesona sama mas? Baru sadar suaminya punya badan keren kayak gini?" Satu lagi sifat Aksel yang baru diketahui Shey. Super duper pede.

Shey menggeleng. "Aku liatin makanan tuh. Kayaknya enak banget, perut aku udah laper." jawabnya meyakinkan. Telunjuknya mengarah ke makanan yang sedang dituangkan Aksel ke piring.

Aksel mengangguk-angguk. Memilih percaya. Laki-laki itu menghidangkan nasi dengan lauk yang tadi ia hangatkan kepada sang istri. Shey menerimanya dengan tersenyum manis.

"Makasih pak guru." candanya.

Pasangan suami-istri itu menyantap makanan di piring masing-masing. Sesekali Aksel membereskan makanan yang belepotan di wajah sang istri. Istrinya itu tidak bisa makan rapi. Sesuai pengamatannya selama ini.

"Abis ini mau renang?" tanya Aksel.

"Emang ada kolam renang?"

Laki-laki itu mengangguk. "Ada. Di sana." Tangannya menunjuk kolam renang yang terlihat dari posisi mereka kini. Sebab dinding yang mengarah ke kolam renang adalah kaca-kaca transparan.

"Mauu. Tapi aku ga bisa renang. Bisanya cuma gaya batu." aku Shey jujur. Menang ia tidak terlalu mahir berenang. Hanya bisa gaya batu dan gaya dada. Dadah maksudnya.

"Mas ajarin." Senyum senang merekah di wajah Shey. Yes, sebentar lagi pasti ia akan pandai berenang. Suaminya itu pasti jago melakukan olahraga air yang mengharuskan pelakunya tenggelam itu.

Setelah selesai makan mereka kembali ke kamar. Di tengah-tengah tangga saat Aksel sedang menggendong istrinya, laki-laki itu bertanya.

"Bra kamu belum dipake ya?" tanya laki-laki itu.

Shey seperti baru tersadar. Oh iya, sejak bangun tadi ia tidak menyentuh wadah itu. Bahkan ia langsung turun untuk makan tanpa berniat mencari penutup buah dadanya. Mata gadis itu turun memperhatikan dua gundukannya.

"Ga terlalu keliatan kok. Cuma rasa kenyal dan empuknya terasa di dada mas." Aksel seperti menggarami Shey. Pipi istrinya itu langsung bersemu malu.

Aksel menurunkan istrinya setelah mengecup bibir gadis itu. Shey langsung melipir menuju lemari untuk mengambil baju renangnya. Baju renang berwarna hitam dengan gambar kuda poni dan pelangi di bagian dada. Sebenarnya pakaian renang yang terlihat seperti bikini itu dibelinya saat kelas 9 SMP. Saat berlibur ke pantai dulu.

"Sekalian celana renang mas, yang." ucap Aksel meminta tolong.

"Ada di mana pak guru?"

"Di tumpukan paling bawah." Shey mengangkat tumpukan pakaian sang suami. Hingga matanya menangkap celana renang berwarna hitam di dasar tumpukan. Gadis itu menariknya.

Shey bergidik saat melihat celana yang dipegangnya. Celana macam apa ini. Pendek dan bahannya fit kaki. Di bagian tengah, selangkangan, terlihat ada kain tersisa atau mungkin sengaja didesain lebih besar.

"Makasih, sayang." Aksel tersenyum kala mengatakannya.

"Ganti baju sana." Shey mengangguk dan melenggang pergi meninggalkan sang suami. Menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.

Gadis itu menyempatkan diri mematut dirinya di cermin. Tidak ada yang banyak berubah dari tubuhnya sejak pertama kali memakai pakaian renang ini. Hanya buah dadanya yang terlihat membesar karena pertumbuhan usia.

Shey keluar setelah mengenakan pakaian seksi itu. Aksel terus memperhatikannya tanpa berkedip sedikitpun. Mungkin jika Aksel adalah tokoh kartun, akan ada ilustrasi air liurnya menetes kala melihat sang istri.

"Ayo renang." ajak Shey. Sebenarnya ia malu berpakaian sedemikian seksi di depan sang suami. Tetapi ia mencoba untuk tidak menunjukkannya.

Aksel tersenyum dan mengangguk. Menggandeng istrinya menuju kolam renang. Sebenarnya ia ingin menggendong gadis itu tetapi Shey menolak.

"Sini masuk." Aksel menyuruh Shey masuk ke kolam renang bersama dirinya. Laki-laki itu sudah menceburkan diri di kolam air itu.

"Mas pegangin tangannya." ucapnya mengangkat tangan ke arah sang istri saat melihat keraguan di wajah Shey.

Perlahan Shey mau melangkahkan kakinya. Gadis itu menceburkan dirinya perlahan. Di kolam renang, Aksel langsung menangkap sang istri dengan memegang di ketiak Shey.

Shey memeluk erat leher Aksel dengan siku menumpu pada bahu sang suami. Berusaha agar dirinya tidak tenggelam.

Aksel terkekeh. Mengecup santai pipi Shey dan memeluk pinggang istrinya.

"Ga akan tenggelam kok, sayang. Ada mas, tenang aja."

———
uwuu

MY HUSBAND TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang