01 ' scintilla

23 1 0
                                    

"Kim Tae-ra!" Yoshioka terperanjat. Gadis yang dipanggil berbalik badan dan mendapati kakaknya berdiri diambang pintu dengan wajah bangun tidur.

"Buatkan aku ramen."

Yoshioka mendengus, "Bikin saja sendiri."

Kakaknya memasang wajah gemas, "Kau nggak boleh bersikap dingin pada kakakmu."

"Buat saja sendiri. Mudah 'Kan. Aku harus menjemput Tae-ho," Ungkap gadis itu seraya meraih waistbag dengan jaketnya.

"Kenapa dengan Tae-ho?" Lelaki itu maju beberapa langkah, melontarkan tanya seraya menatap ornamen-ornamen yang terpasang dihomedecor penyangga kayu.

"Sulit keluar sekolah. Akhir akhir ini banyak Manager talent menyodorkan kartu agensi, bahkan mengcasting dijalanan secara tiba-tiba," Yoshioka dan kakaknya berpandangan.

Kim Taehyung lantas menggaruk sisi tulang selangkanya yang terbuka, "Tae-ho biar kakak yang jemput. Gantinya, buatkan saja aku ramen," Taehyung barangkali sering bersikap terlalu santai. Termasuk bertindak tanpa berpikir. Sekali dua kali pria itu melakukannya.

Yoshioka menghela nafas, enggan menjelaskan alasan ketisaksetujuannya. "Diam saja dirumah."

Taehyung mencebikkan bibir dan menjatuhkan dirinya disofa. Yoshioka semakin menghela nafas, "Intinya, bukannya melempar bangkai. Aku malah melempar rusa hidup hidup pada sekumpulan buaya. Jadi kakak diam saja dirumah, bukankah kau sibuk?" Tanya gadis itu dengan nada sewot.

Yoshioka menatap kakaknya yang hanya terdiam, membuatnya kembali menghela nafas. "Oke! aku buatkan dulu ramen. Baru menjemput Tae-ho," gadis itu kembali menyimpan tasnya dan melangkah lebih dulu.

Taehyung langsung beranjak dengan wajah berseri-seri dan tangan merentang, "Sini, peluk dulu. Sayang deh,"

Yoshioka segera menghindar. Namun tetap saja, menghindar beberapa jauh dari lengan pria tak membuatnya lepas. Jadi Yoshioka membiarkan Taehyung menempel padanya selama perjalanannya menuju dapur.

###

Aku menekan angka 12 pada deretan tombol didalam lift. Seoul tengah memasuki musim panas, jadi hari ini aku hanya mengenakkan kaos tipis dengan jeans kelewat pendek. Aku bahkan yakin bra nya sedikit tembus pandang, sekalipun dinding lift tak begitu membuatku dapat berkaca.

Kalau Taehyung tahu pakaian model apa yang ku gunakan hari ini. Aku yakin lelaki itu tak segan menyeretku untuk berganti baju, mengomel disepanjang jalan menyusuri lorong, dan berkata bahwa nenek mungkin akan menangis diatas langit melihat cucu perempuannya seperti kekurangan uang untuk membeli satu set pakaian.

"Aku mungkin akan langsung dipukuli nenek begitu tiba di akhirat. Karena tidak mampu membelikanmu pakaian untuk menutupi kulit tubuhmu. Padahal uangku kelewat banyak." Taehyung memang selalu berlebihan, bahasanya juga terlalu spesifik kadang membuat orang-orang mengerutkan wajah saking jijiknya. Tidak usah heran begitu, kurasa fans nya pun tahu.

Begitu pintu lift terbuka, tatapanku tertuju pada Hanabi yang berdiri disisi kanan pintu lift dengan wajah cemas, lengkap dengan ponsel ditelinganya. Persis seperti orang terdesak situasi.

"Ada apa?" Tanyaku. Gadis itu langsung menurunkan ponselnya dan membuang nafas lega, hanya sekilas. Sebelum rautnya kembali terhias.

"Kau harus ikut denganku."

###

Menjadi bagian dari manajemen artis pasti sulit, itu pikirku ketika melihat Hanabi tengah mengurus anggota Boy grupnya yang terserang demam. Aku tahu dia. Jay ENHYPEN.

Gwen. Teman satu jurusanku dikampus begitu gila padanya. Banyak keringat sebiji jagung menghiasi wajahnya yang pucat. Yang membuat sulit adalah, lelaki itu berkata demam usai didatangi hantu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCINTILLA : Into a sparklesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang