Hal pertama yang dilakukan Seokjin begitu tiba di Seoul malam itu adalah meminta maaf pada Junhee. Gadis itu menangis histeris selama beberapa saat, tapi kemudian berangsur-angsur mulai lega setelah menonjok pipi Seokjin sekuat tenaga.
"Itu untuk sakit hati yang kurasakan selama ini, Oppa!" teriaknya.
"Ouch!" Seokjin mengaduh kesakitan, tenaga gadis itu lumayan juga, "Maafkan aku, Junhee-ya. Aku memang bukan orang yang sensitif, tapi aku tak tahu jika perbuatanku ini menyakitimu, ehm, dan semua orang yang dekat denganku."
Junhee mengangguk sambil menyeka air matanya yang masih berlinang, "Seokjung-sajangnim telah memberitahuku apa maksud Oppa selama ini. Dan aku tak bisa hanya menyalahkanmu, karena aku yang terus nekad menjadi FWB-mu meski kita telah berjanji untuk segera berhenti kalau ada yang jatuh cinta."
Seokjin menggigit bibir gugup, "Aku tahu ini sulit bagimu, tapi kuharap kamu bisa memaafkanku. Kamu gadis baik, Junhee-ya. Jangan sia-siakan hatimu untukku."
"Shibal." Umpat Junhee pelan, "Mauku juga begitu, tapi pesona Oppa sulit sekali dihindari."
Seokjin merasa telinganya memanas, salah tingkah membuang pandangannya dari Junhee.
"Lihat, siapa yang tahan melihatmu salah tingkah begini." Omel Junhee, sedikit melunak.
"Haish! Kamu menggodaku, ya?" sahut Seokjin sebal, "Artinya kamu sudah tidak marah lagi, kan?"
Junhee cemberut, "Aku tetap marah, tapi aku akan berusaha untuk melupakan Oppa, melupakan kenangan kita paling tidak. Seokjung-sajangnim bilang, Oppa punya pacar di Pyeonghwa. Benarkah itu?"
Pacar.
"Yep." Seokjin mengangguk pelan, "Namanya Kim Taehyung, cottage kami sebelahan. Semua terjadi cepat sekali, dan tiba-tiba saja aku tak bisa melepaskannya begitu saja."
"Ya ampuun.." Junhee memandang Seokjin yang wajahnya kini berseri-seri, "Oppa benar-benar jatuh cinta pada Kim Taehyung ini, ya. Boleh aku lihat fotonya? Aku baru rela melepas Oppa padanya kalau dia setampan para idol."
Seokjin merogoh ponselnya dan menunjukkan Instagram Taehyung.
"Nih!" Dia mengambil ponselnya dan menunjukkan Instagram Taehyung, "Dia lebih tampan dari idol manapun, tahu!"
Junhee mengambil ponsel Seokjin, kemudian ternganga.
"Baiklah, Oppa. Aku menyerah!" kata Junhee hampa, "Kalian memang cocok satu sama lain."
Seokjin mengelus kepala Junhee, "Kamu gadis yang baik, Junhee-ya. Pasti kamu akan bertemu orang baik juga nantinya. We're good?"
Junhee tersenyum dan mengangguk, "Good. Tapi kalau Kim Taehyung tak mau padamu lagi, aku masih mau."
"Shibal!" umpat Seokjin.
Mereka tertawa, kemudian bersalaman, dan mengobrol santai hingga hampir tengah malam.
-------
Hidup Seokjin kembali seperti biasanya setelahnya. Tiap hari berangkat kerja, memasak untuk para pelanggan bersama dua koki yang lain, bersabar menghadapi pelanggan yang rewel, dan bersama Seokjung-hyung mengurus pembukuan dan keuangan restoran. Seokjun bersikeras kalau Seokjin harus mempelajari semua hal ini, karena mereka bermimpi untuk membuka cabang di beberapa tempat di Korea, kalau bisa keluar negeri—dan bila impian mereka terwujud, tentunya Seokjung tak bisa hanya bekerja sendiri.
Seokjung dan Seokjin selalu datang lebih awal dan pulang lebih lama dari para pegawai mereka. Hal ini membuat Seokjin tak tega mengajak Taehyung tinggal bersamanya. Taehyung sekarang masih tinggal bersama teman-temannya di rumah Yoongi yang lebih dekat dengan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened in Pyeonghwa Island?
FanfictionKata orang, Pulau Pyeonghwa bisa memberikan penghuni dan siapapun yang mengunjunginya mendapatkan kedamaian. Seperti namanya. Kim Seokjin, yang menolak keras disebut playboy, datang ke Pyeonghwa untuk mencari ketenangan pikirannya. Kim Taehyung, yan...